Bab 1 - Mertua Rese

1560 Words
Chikita Pov     Pasti elo-elo semua sudah pernah melihat penampakan artis angkatan lawas yang terkenal jahat seantero Indonesia yang selalu membawakan peran sebagai mertua kejam dan jahat di sinetron yang tayang di berbagai TV swasta, yup nama artis itu Leily Sagita. Tatapan matanya sanggup membuat batu keras langsung pecah tak berbentuk.     Nah kalau disamakan begitu tuh tampang mertua gue, persis banget kayak saudara kembar beda Bapak beda Ibu, bahkan nama mereka hampir sama. Emak mertua gue nama aslinya Leyla Majinun panggilan Mpok Inun (versi gue sih, kata emak mertua semua anak-anak serta mantunya wajib manggil Mommy, you know? MOMMY beuah banyak gaya juga si emak mertua), sifatpun juga sama atahu mungkin lebih kejam emak mertua gue secara emak mertua nyata sedangkan Leily kejamnya mungkin hanya ada di sinetron saja.     Seperti di sinetron-sinetron yang pernah gue tonton, emak mertua akan melakukan apa saja demi bisa memisahkan anak dan menantunya. Begitupun emak mertua gue, berbagai macam cara dia lakukan agar gue dan yayang Dimas berpisah atau paling tidak bertengkar mungkin sudah menjadi candu baru baginya. Salah satu usaha emak mertua yaitu dengan memaksa yayang Dimas tinggal di rumahnya atau ngerecoki dengan kekepoannya yang bikin gue senewen setiap hari.     Nah berhubung kami berdua pengantin baru dan belum punya rumah sendiri mau nggak mau, sudi nggak sudi, gue dan yayang Dimas mesti tinggal di rumah emak mertua sesuai perjanjian saat emak mertua akhirnya rela gue jadi menantunya. Perjanjian yang mewajibkan kami selama satu tahun kedepan tinggal di rumah emak mertua sampai rumah yang yayang Dimas bangun bisa ditempati.     "Yank, Mommy kambuh lagi tuh resenya sama aku. Kemarin dia sengaja kasih rawit se-ons ke dalam kuah bakso sampai aku mules eh tadi siang dia sengaja menumpahkan kopi panas ke baju kerja kamu yang susah payah aku setrika," gue sengaja merengek manja dan terkesan lebay agar yayang Dimas tahu selama dia pergi kerja emak mertua selalu menyiksa gue baik fisik dan batin.      Bukannya gue pengadu ya tapi andai kalian tahu kalau emak mertua sedang kambuh beuhhhh semua hal bisa dia ceritakan ke yayang Dimas dengan majas hiperbola alias dilebih-lebihkan.     "Dimas, istri kamu itu pemalas ... bangun saja jam 10 siang dikiranya ini hotel apa ... Mommy nggak sanggup hidup serumah dengan dia."     Itu sekelumit ocehan Mommy saat mengadukan sikap gue ke Yayang Dimas. Andai kalian tahu ya, gue itu bangun selalu lebih dulu daripada yayang Dimas, maksud hati pengen bikinin sarapan buat suami tercinta tapi apa daya emak mertua lebih dulu bangun dan menyiapkan sarapan untuk yayang Dimas, catet ya khusus buat yayang Dimas, gue mau sarapan? Makan di luar atau masak sendiri, kejamnya ngalahin hitler.     Yayang Dimas tertawa dan tawanya sanggup membuat gue klepek-klepek kayak ayam baru disembelih meski dari tubuhnya tercium bau asam setiap pulang dari kantor dan gue akui bau itu semakin membuatnya terlihat manly di balik badan bongsornya.     Yayang Dimas memelototi seluruh tubuh gue dari atas sampai bawah pokoknya nggak ada tempat yang terlewatkan dari pandangannya dan setelah puas memeriksa tubuh gue yayang Dimas menghela napas lega, "Tubuh kamu masih mulus kok, Alhamdullilah... aku pikir Mommy bakal siram kamu dengan air panas," ujarnya dengan wajah lega, gue mendengus kesal dan membantu membuka kemeja kerjanya.     "Kalian ini setiap hari selalu ada saja masalah yang dipertengkarkan, nggak capek apa? Aku sih capek ya, nggak tahu deh kamu?" balas yayang Dimas dengan logat ala ala Anang saat jadi juri acara pemilihan idol di TV.     "Aku sih NO!" balas gue, yayang Dimas bukannya masuk ke kamar mandi yang ada dia menggendong gue dan langsung melemparkan gue ke ranjang, dia kira gue karung beras kali ya seenak udel main lempar-lempar.     "Maaf yank, lagi palang merah," gue yang lagi nggak mood langsung menolak keinginan yayang Dimas, bukannya menyerah itu yayang Dimas makin bringas kayak pemain bokep, yeahhh namanya wanita mulut bisa menolak tapi kalau sudah dimanja, dicium dan dielus-elus yang tadinya ngaku lagi palang merah tanpa sadar malah ngebuka kaki dengan reflek untuk mengundang yayang Dimas masuk bertamu.     Oke skip bagian ini, banyak dedek unyu yang baca. ****     Kali ini gue akan buktikan kalau gue ini istri terbaik yang pantas mendampingi yayang Dimas, biasanya gue bangun jam lima subuh kali ini gue bangun jam tiga pagi, penuh dedikasikan gue sebagai istri demi apa coba? Ya demi dihargai emak mertualah masa dihargai elo-elo. Meski mata sepet alias ngantuk, gue rela bangun pagi-pagi demi menyiapkan keperluan yayang Dimas sebelum berangkat kerja.     Gue mulai menyiapkan kemeja, celana kerjanya, kaos kaki, kolor, singlet serta sepatu hitamnya yang kotor sudah gue semir bahkan wajah cantik gue bisa terlihat di sepatunya itu saking mengkilatnya.     Setelah itu gue masuk ke dapur untuk menyiapkan sarapan, yah sarapan ala kadarnya saja nasi goreng plus s**u putih, kali ini gue sengaja buat nasi goreng untuk dua porsi manusia saja. Satu untuk yayang Dimas dan satu lagi untuk gue, sarapan emak mertua? Beli sendiri! Pembalasan memang selalu sakit cuy, selama dua bulan gue nikah sekalipun emak mertua nggak pernah kasih gue sarapan dan hari ini akan menjadi hari pembalasan gue.     Hari masih gelap dan yayang Dimas juga masih mandi, karena mata ngantuk gue memilih selonjoran di ranjang sambil mencoba bobok bobok ayam dan kebablasan saking ngantuknya. Pas bangun jam sudah menunjukkan pukul tujuh pagi dan yayang Dimas sudah nggak ada di kamar. Dengan tergesa-gesa gue keluar dan melihat yayang Dimas sedang asyik memakan nasi goreng yang gue masak dengan rakusnya, serakus saat dia memakan gue. Niat hati ingin duduk di samping yayang Dimas yang ada kursi itu di rebut emak mertua dan dengan polos serta wajah tanpa rasa bersalah emak mertua memakan nasi goreng jatah gue.     "Wah wah wah tumben nyonya besar mau masak," sindir emak mertua dengan kejam, beuh sejak masih belum di coblos yayang Dimas gue juga rajin masak tapi berhubung emak mertua nggak mau kalah dari menantunya mau nggak mau jatah masak di rebutnya dengan kejam, sekejam hitler. Yayang Dimas memberi kode agar gue nggak balas sindiran emak mertua tapi berhubung gue orangnya nggak suka di tindas dan kalaupun di tindas gue bakal balik membalas dengan santai gue cium yayang Dimas persis di depan emak mertua.     "Pagi sayang, enak nggak tidurnya semalam setelah aku kelonin, eh ada Mommy ... pagi Mom," gue sengaja memperjelas di depan Mommy, wajah Mommy memerah antara malu atau sirik karena gue bisa kelonan sama suami tercinta sedangkan dia ... ah siapa suruh jadi wanita kejam makanya bapak mertua gue kabur entah ke mana.     "Pagi cinta, nasi gorengnya enak loh ... kamu memang istri is the best," puji yayang Dimas.      Wajah emak mertua semakin nelangsa, sudahlah dibully menantu di tambah mendengar pujian dari mulut anak tercinta, semakin panas dan bete wajah emak mertua dan gue senang melihatnya.     "Ehemmmm nanti malam ada pengajian di mesjid. Mom, Silvia dan Ghania harus datang. Kalian juga datang ya." Mbak Silvia itu kakak tertuanya yayang Dimas, Mbak Ghania itu kakak kedua Yayang Dimas, berbanding terbalik dengan emak mertua yang kejam, kedua kakak ipar gue itu baik banget dan selalu belain gue.      Mbak Silvia sudah menikah dan sekarang tinggal bareng emak mertua dan suaminya, jarak pernikahan kami hanya sebulan sedangkan Mbak Ghania masih single dan kemungkinan akan terus single, Mbak Ghania itu Yayang Dimas versi wanita. Bahkan mereka mempunyai rambut berpotongan sama, Mbak Ghania sangat tomboy dan membenci laki-laki, itu katanya sih nggak tahu saja kalau laki-laki itu menggiurkan hehehe, sekali jatuh cinta bakal klepek-klepek seumur hidup.     "Kayaknya Dimas nggak bisa hadir deh Mom, Chiki saja ya yang wakilin Dimas. Hari ini akhir bulan dan pekerjaan pasti menumpuk di meja," balas yayang Dimas, emak mendengus mungkin kesal harus pergi ke mesejid dengan gue.     Eh eh akhir bulan?     Yiha! Ini yang gue tunggu-tunggu! Tanggal gajian laki tersayang dan itu berarti dompet gue yang kosong bakal kembali gemuk, niat hati dapat suami kaya kayak di novel yang rela memberikan kartu kredit unlimited, belanja ke mall setiap hari tapi apa daya suami tersayang hanya pegawai biasa.     "Riang amat wajah kamu yank dengar akhir bulan," Yayang Dimas sepertinya tahu apa yang ada di benak gue, gue mengeluarkan cengir andalan dan meletakkan kepala gue di bahunya.     “Ah ayank tahu aja sih,” gue mengedipkan kedua mata, “itu loh yank, aku kan kepengen beli …” gue berhenti bersikap manja saat melihat Mommy menjatuhkan gelas dengan sengaja.      Yailah apa lagi sih ulah emak mertu gue ini, selalu saja bikin gue senewen dengan ulahnya yang terkadang menggemaskan tapi juga menjengkelkan.     "Dimas, nanti kalau gajian kamu harus setor uang listrik, air, beras, lauk pokoknya Mommy nggak mau kalian hidup gratis di rumah ini," sela emak mertua dengan teganya mengingatkan bayaran yang harus kami keluarkan setiap bulannya, bayangan dompet gue gemuk langsung buyar seketika.     "Iya Mom, nanti Dimas sisihkan sebagian gaji untuk keperluan rumah," balas yayang Dimas dengan lesu. Sebagai istri entah kenapa gue merasa kasihan, suami tersayang capek-capek banting tulang dan setiap gajian emak mertua selalu morotin tanpa perasaan sedangkan uangnya sendiri nggak berseri dan di saat seperti ini rasanya gue ingin kembali bekerja agar bisa membantu keuangan suami tersayang.     "Dimas pergi kerja dulu Mom, bye sayang hati-hati di rumah..." Yayang Dimas mencium pucuk kepala gue dan berbisik pelan agar tidak didengar emak mertua.     "Nanti aku transfer ke rekening kamu, jangan sampai mulut kamu ember, aku akan mencari akal agar Mommy tidak ngerecoki gaji aku," bisiknya pelan, gue tersenyum sambil menjulurkan lidah ke arah emak mertua dan untungnya dia nggak sadar gue mengejeknya. ****
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD