"Ngapain lu kesini?" tanya Diana saat sudah keluar kamar menghampiri Alex yang duduk diruang tamu bersama mamanya
"Diana jangan begitu, yang sopan sama suami kamu, salim dulu." tegur Renata mengingatkan anaknya, Diana tersenyum menampilkan giginya
"Hehe." Diana duduk di samping Alex lalu menarik tangan Alex untuk diciumnya, Alex terkekeh lalu mengelus kepala Diana
"Anak yang baik."
"Ih apaan sih lu." ucap Diana sambil melepaskan tangan Alex dari kepalanya
"Ya sudah mama tinggal dulu ya nak Alex, kalau mau langsung pergi, pergi aja enggak apa-apa, mama masuk dulu ya, Diana baik-baik sama suami." pamit Renata lalu mengundurkan diri meninggalkan pengantin baru tersebut.
"Ngapain elu kesini?" tanya Diana, Alex tersenyum
"Mau mengajak kakak beli cincin, semalam kan belum ada cincin jadi gue mau belikan kakak cincin." jawab Alex, Diana mengangguk-anggukan kepalanya.
"Kalu gue enggak mau?"
"Ya harus mau, kata mama Renata kakak harus nurut sama suami."
"Yehh dasar bonyu kapan nyokap gue bilang begitu?"
"Tadi setelah gue keluar kamar kakak." mengingat kamar Diana jadi malu sendiri, pipinya memerah ia sungguh malu karena asetnya yang berharga dilihat bonyunya, walau bonyunya suaminya tetap saja Diana belum rela.
"Jangan bilang lu.. "
"Iya gue bilang ke mama Renata gue enggak sengaja ngintipin kakak buka handuk, terus kata mama Re enggak apa-apa kan sudah halal." ucap Alex polos sambil tersenyum manis, Diana menggerutu dalam hati dasar bonyu, lu polos atau bagaimana sih
"Ihh bonyu, ngapain sih lu cerita-cerita bikin malu aja."
"Ngapain malu mama Re aja senang gitu, ketawa mulu pas gue cerita, sudah yuk kita jalan ka." sumpah kalau Alex enggak unyu sudah Diana lempar muka polosnya pakai sandal, memang polos atau oon sih nih bocah, gemas sendiri jadinya.
"Auah... Dasar bonyu oon, ceritanya lu ajak gue kencan nih?" Alex mengangguk, Diana pun segera bersiap-siap.
"Kita pakai motor?" tanya Diana saat ia sudah siap untuk diajak kencan, menghampiri Alex yang sudah menunggu di motor.
"Iya, kakak enggak suka ya? Eh kok kakak enggak pakai hijab bukannya pas kemarin pakai ya?" tanya Alex memperhatikan istrinya yang keluar hanya memakai rok bermotif bunga selutut dan kaos berlengan panjang dengan rambut yang digerai, cantik sih.
"Eh enggak kok b aja, mau naik motor, mobil, angkot pun sama saja sampai juga. Eh memang lu belum tau ya gue kalau di rumah, kampus atau yang dekat-dekat enggak pakai hijab, kalau pergi jauh baru pakai, sudah yuk jalan." Alex hanya ber oh saja lalu ia mengambil helm untuk Diana dan memakaikannya, Diana gadis itu memandang wajah Alex yang sedang memasangkan pengaitnya, wajah Alex yang begitu imut sangat enak dipandang, itu menurut Diana. Diana heran kenapa ia tak pernah bertemu adik dari sahabatnya ini setiap main ke rumah Indah hanya sesekali dan itu hanya sekilas.
"Sudah, yuk jangan lihatin terus entar naksir." ucap Alex lalu menaiki motornya diikuti dengan Diana, Motor berjalan keluar rumah orangtua Diana, Alex mengklakson kepada satpam yang membukakan pagar.
Diana sebenarnya tidak biasa naik motor, tapi hari ini ia mencoba terbiasa dan menikmatinya.
Dan ternyata naik motor lebih enak dan lebih cepat bisa menyalip disaat macet, walaupun cuaca panas dan debu yang bertebaran banyak tak membuat Diana kapok untuk naik motor lagi, Alex mengambil tangan Diana dan menariknya hingga ke perut.
"Peluk gue biar enggak jatuh." Diana menurut ia melingkarkan tangannya diperut Alex, membuat Alex tersenyum senang.
**
Diana kira Alex akan mengajaknya ke mall ternyata hanya ke pasar, aneh sekali Alex sangat berbeda dengan Indah, Indah selalu terlihat sosialita, dengan barang brandednya juga mobilnya serta Indah yang suka shopping di mall, Diana heran kok bisa ya Alex punya kakak seperti Indah, atau jangan-jangan Alex anak angkat, Diana menggelengkan kepalanya tidak mungkin karena wajah Alex hampir mirip dengan Indah.
"Kenapa kak? Enggak suka ya aku ajak ke pasar, oh kakak maunya di mall ya? Ya sudah kita ke mall saja kalau gitu." Diana menggeleng, ia tidak masalah diajak kemana saja, hanya saja ia sedang berpikir kenapa bisa bonyunya sangat berbeda dengan Indah.
"Enggak kok, enggak apa-apa dipasar juga."
Alex dan Diana berjalan memasuki pasar mencari toko emas, Alex meraih tangan Diana lalu menggandengnya, Diana berhenti lalu menatap Alex.
"Biar enggak hilang," ucap Alex, sedikit-sedikit ia mempraktikkan hal-hal yang biasa orang pacaran lakukan, ia sering melihat temannya yang berpacaran melakukan hal-hal yang dilakukannya tadi, Alex ingin membuat Diananya nyaman. Tanpa Alex sadari Diana tersenyum.
Alex dan Diana sampai di salah satu toko emas dipasar itu, toko yang paling besar.
"Kakak boleh pilih perhiasan apa saja yang kakak ingin." ucap Alex menawarkan, Diana memperhatikan satu-satu perhiasan yang ada di etalase.
Sebenarnya perhiasan Diana sudah banyak dan ia tak pernah memakainya, melihat Alex yang antusias ingin membelikannya membuat Diana berpikir apa Alex punya uang banyak? bukan meremehkan tapi Alex masih pelajar.
"Gue beli cincin aja Lex." ucap Diana melihat lihat cincin di etalase
"Mbak tolong kasih cincin yang mahal dan paling bagus di toko ini buat pacar saya." perintah Alex pada mbak mbaknya. Mbaknya mengambil beberapa cincin keluaran baru di tokonya.
"Ini yang terbaru paling bagus dan mahal karena ada berliannya." ucap mbak-mbak tersebut memperlihatkan cincin yang berkilau.
"Pilih saja kak." Diana mengangguk semuanya bagus ia mengambil acak dan mencobanya.
"Bagus enggak?" tanya Diana sambil menunjukkan tangannya
"Bagus banget kamu suka?" Diana mengangguk lalu melepas cincinnya.
"Bungkus mbak." ucap Alex, yang diangguki mbaknya.
Alex meneguk ludah ternyata satu buah cincin bisa menguras tabungannya setengah, mahal juga ya, ujar Alex dalam hati, tapi melihat Diana yang tersenyum menerima paperbag membuat Alex ikut tersenyum juga, tak apa tabungan yang lama ia kumpulkan habis untuk menyenangkan istrinya.
"Makasih ya Bonyu..."
"Iya sama-sama cincinnya jangan dipakai dulu ya."
Mereka berjalan meninggalkan toko emas dan keluar dari pasar. Alex mengajak makan siang Diana, tak jauh dari pasar ada tempat makan yang enak tapi murah, terkadang Alex suka makan disana bersama temannya.
"Kita makan disini enggak apa-apa kan?" Diana mengangguk, Diana orang yang tak pilih-pilih, yang penting ia nyaman dan tempatnya bersih.
Setelah memesan menu andalan yang paling enak di Kedai ini, Diana menatap Alex, sungguh ia belum tahu apa-apa tentang suaminya ini.
"Ehmm Bonyu boleh gue nanya?"
"Boleh, eh bentar kak, lu kenapa sih panggil gue Bonyu terus ?" Diana tersenyum
"Itu singkatan artinya Bocah Unyu,"
"Unyu?"
"Iya unyu, imut habisnya muka lu imut banget sih haha."
"Haha gitu ya, boleh juga, gue suka. Oiya kakak mau tanya apa sama gue?"
"Hemm tapi lu jangan marah dan jangan tersinggung ya." Alex mengangguk
"Hemm kok lu beda sih dengan Indah,"
"Maksudnya?"
"Ya beda saja gitu, lu terlihat lebih sederhana dibanding kakak lu Indah yang sosialita."
"Ohh haha itu, kata mama papa, gue juga akan dapat fasilitas saat gue kuliah nanti, kak Indah kan sudah kuliah jadi semua fasilitas diprioritaskan ke kak Indah."
"Ohh gitu."
"Tapi tenang saja kok, InsyaAllah gue bisa menafkahi kakak, ya walau sederhana seperti ini, enggak apa-apa kan Kak kalau masih sederhana gini, nanti kalau gue sudah kerja pasti gue bakal bahagiakan kakak." ucap Alex tangannya menggenggam tangan Diana yang berada di meja, Diana tersenyum ia tidak sangka bocah unyunya bisa berpikiran dewasa seperti ini.
Semoga saja, semoga memang Alex jodoh terbaikku ya Allah ujar Diana dalam hati.