Adnan POV
Aku pria berusia 27 tahun yang akan segera melepas masa lajangku. Diusiaku yang masih terbilang muda aku dipaksa menikah oleh orangtua ku. Pacar saja gak punya gimana mau nikah kataku setiap mama dan papa bertanya. Karena aku gak bisa membawa calon istri kepada kedua orangtuaku dalam waktu yang mereka tentukan maka mereka akan menikahkanku dengan gadis pilihannya. Sudah berbagai cara untuk menolak pernikahan yang dibuat mama dan papa tetapi hasilnya akulah yang kalah.
Aku seorang CEO diperusahaan yang dipimpin papa, aku akan pindah kerja ke perusahaanku yang selama ini sahabatku pegang. Aku memiliki perusahaan itu dengan hasil kerja kerasku sendiri aku akan pindah kesana saat aku sudah menikah nanti.
Ngomong-ngomong soal pernikahan akhirnya aku menyetujui pernikahan itu dan malam ini keluargaku akan langsung melamar pada orangtua gadis itu yang merupakan sahabat papa.
Saat ini aku mama papa dan adikku Alisha sudah duduk di hadapan teman papa istri dan putrinya. Kulihat gadis itu hanya menundukkan kepala. Saat ingin berkenalan akhirnya gadis itu mengangkat wajahnya, kulihat wajahnya yang cantik aku terpana melihat kecantikan wajahnya yang natural. Tetapi hanya sebentar kupandang dia, aku pun langsung memberikan wajah datarku.
Saat aku ingin bersalaman dengannya dia malah menangkupkan tangannya didada, aku pun langsung menurunkan tanganku malu karena dia menolak bersalaman denganku mungkin karena bukan mukhrim.
Setelah itu papa dengan cepatnya berbicara akan melamar gadis yang kuketahui sekarang bernama Anindya. Dia terlihat bingung saat ingin menjawab pertanyaan ayahnya. Dan akhirnya ia menjawab
"Ehhh iya apa boleh saya bicara berdua sebentar dengan Adnan?" Ucapnya orangtua pun mengangguk, dengan cepat aku ikut berdiri lalu mengikutinya keluar rumah dan duduk dikursi teras rumahnya.
Tanpa basa basi ia langsung bertanya dan aku pun menjawab pertanyaannya. Setelah berdebat kecil kami, aku dan Anin masuk kembali kedalam rumah. Setelah itu Anin menerima lamaran yang tadi papa bicarakan. Dengan satu syarat yang ia buat dengan membolehkan ia bekerja saat setelah menikah sampai habis kontrak dikantornya. Aku pun menyetujuinya saja sebenarnya aku keberatan dengan syarat yang diajukannya karena menurutku seorang istri seharusnya dirumah saja dan suami yang akan mencari nafkah. Aku mampu kok membiayai hidupnya toh hartaku akan menjadi harta dia juga kenapa juga ia harus masih bekerja, tak habis pikir aku. Tapi sudahlah aku akan menerima syarat itu mungkin gadis itu masih ingin mengejar karirnya dan aku akan mengerti hal itu.
Dan akhirnya pernikahan akan dilaksanakan 2 minggu lagi aku yang memintanya, karena lebih cepat lebih baik bukannya aku ngebet nikah tapi aku ingin pernikahan itu cepat terjadi karena aku takut sibuk dengan perusahaanku yang baru kupegang lagi karena setelah menikah aku akan memegang perusahaan ku yang sebelumnya dipegang sahabatku.
****
Hari-hari yang ditunggu pun datang. Hari ini Anin akan menikah dengan laki-laki yang baru dikenalnya 2 minggu ini. Anin tidak menyesali apa yang telah ia pilih karena setelah menikah ia masih diperbolehkan bekerja, sungguh senang hati Anin karena ia tidak akan meninggalkan pekerjaan yang sangat sulit ia perjuangkan dulu saat masuk perusahaan itu.
Anin sudah siap dan cantik dengan kebaya putih dan hijabnya serta polesan make up yang membuat wajah Anin terlihat lebih cantik. Setelah itu ibu dan ayahnya datang menghampiri putrinya, memberikan nasihat menjadi seorang istri yang berbakti. Anin sempat menangis karena akhirnya ia akan menikah dan akan mengikuti suaminya dan meninggalkan keluarganya. Tetapi Farhan dan Rinanti tetap menyemangati putrinya. Tak lama Firman adik Anin datang
"Selamat ya mba, sebentar lagi mba jadi seorang istri," ucap Firman menghampiri kakaknya yang sedang berpelukan dengan ibunya
"Iya Man makasih ya, nanti kalau mba sudah gak tinggal disini kamu harus jagain ibu dan ayah ya," ucap Anin lalu mengusap kepala adiknya itu. Adiknya mengangguk lalu memeluk kakaknya. Ayah ibu dan adiknya pun keluar dari kamar Anin karena keluarga Adnan sudah datang.
Anin duduk dikamar bersama Fina sahabatnya dari SMA lalu Lina dan Rere sahabat barunya dikantor yang baru saja datang saat orangtua dan adiknya keluar kamar.
Terlihat wajah gugup Anin yang dari tadi hanya diam saja karena ijab qabul segera dimulai. Para sahabatnya pun memberikan semangat pada pengantin perempuan agar tak tegang.
Disisi lain
Adnan laki-laki yang sebentar lagi akan melepas masa lajangnya sedang gugup di hadapan dua orang laki-laki dihadapannya dan dua orang laki-laki disampingnya mereka adalah pak penghulu dan ayahnya Anin serta dua orang saksi.
Ijab qabul akan segera dimulai Adnan menarik nafasnya pelan lalu mendengarkan kalimat yang sakral yang diucapkan oleh Farhan yang sebentar lagi akan menjadi mertuanya setelah itu Adnan mengucapkan kalimat sakral dengan satu tarikan nafas dengan lantang.
"Bagaimana sah, sah?" ucap penghulu yang dijawab oleh kedua saksi lalu diikuti para tamu yang hadir
Sah
"Alhamdulillah," Adnan bernafas lega karena ia berhasil mengucapkan kalimat sakral itu yang berarti sekarang Anin adalah tanggung jawab Adnan.
Anin POV
Ucapan ijab qabul telah selesai diucapkan dan kudengar kata sah dari para tamu undangan yang hadir di acara akad nikah. Aku mengucapkan hamdalah dan juga airmata turun dari mataku begitu saja. Sekarang aku benar-benar sah menjadi seorang istri Adnan Pratama sosok laki-laki yang baru kukenal 2 minggu ini menjadi imam di kehidupanku. Aku bersyukur karena ijab qabul ini lancar berarti Allah meridhoi pernikahan ini
Dengan hati yang tak karuan aku segera turun kebawah dengan adikku Firman dan sahabatku dibelakang. Firman menggandengku sampai bawah hingga aku duduk di samping pengantin pria yang tak lain adalah Adnan. Banyak pasang mata yang melihatku aku masih menundukkan kepalaku hingga sebuah seruan menyadarkanku
"Kalian sudah sah sebagai pasangan suami istri, silahkan mempelai wanita mencium tangan mempelai pria sebagai tanda bukti baktinya kepada sang suami dan juga suami boleh mencium sang istri," ucap pak penghulu dihadapanku aku pun dengan sigap mengambil tangan mas Adnan dan menciumnya. Ya aku sekarang memanggil Adnan dengan tambahan mas didepannya karena aku menghormati dia sebagai suamiku.
Setelah itu Adnan mencium keningku lama, aku merasa deg degan sekali saat mas Adnan menyentuhku untuk pertama kalinya. Lalu setelah itu mas Adnan memakaikan cincin di jari manisku. Lalu kami mentanda tangani buku nikah dan sekarang benar-benar sudah sah dimata hukum dan agama bahwa kami adalah pasangan suami istri. Aku tersenyum lebar menghadapnya dan kulihat ia juga membalas senyumku.
Setelah itu kami pun sungkeman dengan orangtua kami, terasa sangat khidmat dan haru saat aku meminta maaf dan restu kepada kedua orangtuaku begitu juga mas Adnan.
"Terimakasih karena kamu menerima saya sebagai suami kamu," ucap mas Adnan saat kami duduk dipelaminan. Aku tersenyum memandangnya, ah ternyata cakep juga suamiku
"Iya sama-sama mas,"
Kami pun menyalami para undangan yang memberikan ucapan dan doa. Hari ini hanya sampai jam 12 siang saja karena resepsi akan digelar malam nanti setelah magrib di hotel.
Aku dan mas Adnan sudah berada dikamarku. Aku duduk diranjangku melepaskan sepatu yang tadi kupakai. Mas Adnan menghampiriku lalu duduk disampingku
"Kamu cantik Anindya," aku tersipu mendengar pujiannya untukku. Karena baru kali ini ada laki-laki yang menyebutku cantik selain ayah dan Firman.
"Makasih, kamu juga tampan mas,"
Mas Adnan menatapku lalu mengelus kepalaku yang masih tertutupi hijab.
"Ganti baju gih terus habis itu istirahat, siap-siap untuk nanti malam," aku pun mengangguk lalu beralih masuk ke kamar mandi
Adnan POV
Setelah mengucapkan kalimat sakral itu sekarang aku resmi menjadi suami dari gadis yang baru kukenal 2 minggu. Sungguh aku tak menyesali pernikahan ini karena gak tau kenapa semenjak bertemu dengan gadis itu yang kini sekarang istriku aku semakin penasaran dengan dirinya. Anin adalah gadis yang baik, cantik dan mandiri, aku senang bisa memperistri dia semoga dia adalah pendamping hidupku untuk selamanya dan menjadi ibu untuk anak-anakku kelak.
Memang aku belum mencintainya tetapi aku janji akan mencintainya dan menjadikan ia wanita satu-satunya dihatiku selain ibu, adik, dan anakku kelak.
Setelah berganti baju aku mengistirahatkan tubuhku diranjang, aku memejamkan mataku sebentar tetapi baru saja kupejamkan mata istri cantikku datang
"Mas jangan tidur dulu belum sholat zuhur," kata istriku sambil menggoyangkan badanku, aku membuka mata dan menatap wajah istriku
"Iya mas tadi gak tidur kok," ucapku sambil duduk diranjang membetulkan pakaianku lalu beralih ke kamar mandi.
Setelah sholat dan makan siang aku dan Anin berada dikamar kami yang sebelumnya adalah kamar Anin. Aku dan Anin mengobrol seputar kehidupan masing-masing. Aku menceritakan diriku dan bagaimana diri Anin. Kami sudah sepakat untuk saling terbuka satu sama lain.
Sekarang yang kutahu Anin adalah gadis pekerja keras karena tadi ia bilang saat kutanya kenapa masih ingin bekerja, Anin menjawab karena ia masuk kedalam perusahaan itu cukup sulit dan juga ia terikat kontrak kerja sampai 2 tahun makannya ia tak mau menyia-nyiakannya dan memberiku syarat seperti itu agar ia masih bisa bekerja diperusahaan yang sangat ia ingini pada saat kuliah.
Jadi apa boleh buat aku mengizinkannya untuk bekerja dengan syarat ia tak lupa menjalankan kewajibannya sebagai istri dirumah dan ia pun menyetujui itu.