8. Affair

1376 Words
Farhan asik dengan hp ditangannya, sedangkan Ria tidur meringkuk memunggungi Farhan. Dalam hati, ia bersumpah akan balik selingkuh bila mana si suami selingkuh, tapi mau selingkuh sama siapa? Yakali dia sama Gigolo. Bayar mahal dong. Farhan, laki-laki dewasa tapi Plinplan. Setelah empat tahun sang istri pergi, dan sekarang kembali lagi dengan tidak tau malu, ia juga sedikit goyah. Semua yang dikatakan Dora memang benar. Ia laki-laki hyper. Sebenarnya dia tidak pengen mempunyai kelainan s****l seperti ini. Namun, mau bagaimana lagi. Itu terjadi bukan karena kehendaknya.  Farhan curiga kalau kelainan s****l ini terjadi karena dia kebanyakan nonton film esek-esek. Ia sadar dulu waktu Sekolah menengah atas ia selalu nonton bareng dengan teman-temannya di pojokan kelas. Farhan menggelengkan kepalanya, menepis ingatan pada masa putih Abu-Abu. "Ria, puasin aku!" ucap Farhan mencolek bahu Ria. Ria yang memang belum tidur, langsung terkesiap. "Ria, menolak suami itu dosa. Cepet sini!" dengan tidak berperasaan, Farhan menarik Ria agar terbangun. "Apasih, Mas? aku gak bisa." kesal Ria. Farhan sungguh tidak berperasaan menarik-narik tubuhnya. "Aku ajarin!" jawab Farhan seenaknya. Farhan membimbing Ria untuk menuntaskan hasratnya. Ria hanya menunduk sembari tangannya bergerak memuaskan suaminya. Perasaan jijik hinggap di pikiran wanita itu. Saat pelepasannya, Farhan menyebut nama wanita lain, siapa lagi kalau bukan Dora. Wajah dan tubuh Sexy Dora terus melintas di pikirannya. Ria diam saja. Setelah berhasil memuaskan suaminya, ia segera ke kamar mandi. Perempuan itu juga berpindah ke kamar anaknya meninggalkan Farhan yang tengah merutuki kebodohannya karena menyebut nama wanita lain. "Akhhh sialan!" maki Farhan pada dirinya sendiri. Pagi harinya Ria masih mendiami Farhan. Begitupula Farel yang terus melayangkan tatapan sengit pada Papanya. Farhan sama sekali tidak merasa terintimidasi. Pria itu membuatkan s**u putih untuk istrinya. Tak lupa ia mencampurkan obat pencegah kehamilan dengan dosis rendah di s**u. "Minum dulu, Ria!" suruh Farhan. Ria langsung meminumnya tanpa curiga. "Ambilkan Jas ku!" Ria mengangguk. Menuju kamar untuk mengambil jas kebanggaan suaminya. Farel hanya melihat Mamanya yang menurut. "Papa, kenapa Papa tega perintah-perintah Mama?" tanya Farel dengan ketus. "Itu memang kewajiban Istri untuk patuh sama Suami," jawab Farhan. Tak berapa lama Farhan melihat istrinya yang mendatanginya dengan membawa jas putihnya.  "Nih!" Ria memberikan Jas pada Suaminya yang langsung diterima. Secepat kilat Ria segera duduk di kursinya lagi dan mengangkat Farel ke pangkuannya.  "Hari ini aku pulang malam. Kamu langsung tidur aja!" ucap Farhan memberitahu. Ria tidak menjawab, perempuan itu lebih memilih menyuapi Farel yang ada di pangkuannya. Farhan juga acuh tak acuh melihat keterdiaman istrinya. Saat berangkat pun, Farhan tidak pamit. "Ma, kita nanti tidur di rumah nenek aja ya. Papa jahat banget sama Mama," ucap Farel. Ria berfikir sejenak. Semenjak menikah, ia belum pernah ke rumah mertuanya, "Iya nanti kita ke rumah Nenek," jawab Ria. "Asyikk! pokoknya jangan temenin orang nakal kayak papa ya, Ma!" Ria terkekeh. Untung Farel ada di pihaknya, kalau Farel tidak menyayangi nya, sudah pasti Ria tidak akan tahan dengan Farhan. Saat di rumah nenek Solimah alias ibu Farhan, Ria disambut hangat. Memang Solimah sebelas dua belas dengan Ria. Sama-sama cempreng. "Ria, kamu makan di dapur sana! Ambil sendiri. Ibu masak ikan gurame pedes banget," ucap Solimah dengan riang. Solimah sangat menyukai dan menyayangi Ria seperti Ria anaknya sendiri. "Iya, Buk. Nanti aja!" jawab Ria sopan. "Nek, mobil-mobilanku mana? Aku mau main," ujar Farel. Sebelum ada Ria, Farhan biasa menitipkan Farel ke rumah Ibunya ataupun ke rumah Rex. Baru nanti sorenya akan dia jemput. Itu sebabnya di rumah Solimah banyak mainan Farel. Di sisi lain, Farhan tidak sepenuhnya kerja. Saat jam dua belas siang tepat jam nya pulang, ia melajukan mobilnya ke apartemen Dora. Hari jumat memang kerjanya hanya setengah hari. Dora menyambut Farhan dengan senyum sumringah. Pakaian satin tembus pandang dia gunakan tanpa pakaian dalam. Farhan yang tadi malam belum terlalu puas dengan service Ria, hanya menatap tubuh bagian bawahnya sendiri dengan melas. "Gak usah ditahan! Kamu suka kan lihat aku kayak gini?" tanya Dora membelai rahang Farhan. Farhan menepis kasar tangan Dora. "Gak usah jual mahal lah, Mas. Kamu dulu suka banget pegang aku. Nih pegang!" ucap Dora menggesekkan badannya pada Farhan. "Jangan bersikap seperti ini. Katakan saja apa yang kau inginkan!" ucap Farhan dengan tajam. Dora memang pantas menjadi w*************a. Kemarin saja tiba-tiba Dora langsung nyosor memeluknya hingga Ria sadar akan bau parfum yang menempel di kemejanya. Tak akan Farhan lupa, service Dora di ranjang memang sangat memuaskan. Bila dibandingkan dengan Ria, Ria akan kalah jauh. Ria pasif, Dora sangat agresif. "Aku juga bisa memanjakanmu, Mas!" bisik Dora di telinga Farhan. "Jangan buang-buang waktu!" bentak Farhan membalik tubuh Dora. Dora tersenyum senang. Sudah dia duga, Farhan masih menginginkannya. Selama empat tahun berpisah, akhirnya sama-sama kembali merasakan tubuh satu sama lain. Tadi malam, Ria tak bisa memuaskannya. Biarlah dia dikata lelaki b******k, setidaknya untuk kali ini saja dia ingin egois. Melanggar perjanjian sendiri yang dia buat bersama Ria, untuk tidak selingkuh. "Bagaimana? Aku masih bisa memuaskanmu, bukan?" tanya Dora dengan menggoda. Baru saja mereka menyelesaikan kegiatan panas. "Tak pernah mengecewakan," jawab Farhan mengusap pipi Dora. ***** Ria tidur siang bersama Farel di ruang Tv yang ada di rumah mertuanya. Sedangkan si mertua masih asik dengan tanaman-tanaman hiasnya, di belakang rumah. Tak ada rasa sungkan sedikitpun di hati Ria karena tak membantu mertuanya. Sesantai itu Ria pada mertua. Ting tong! Suara bel rumah mengusik tidur Ria. Ria bangun perlahan, tapi Farel malah ikutan bangun. "Ada apa, Ma?" tanya Farel. "Ada tamu, Mama bukain pintu dulu, ya." "Farel ikut, Ma," ucap Farel. Ria pun menggandeng tangan Farel untuk ke depan. Membukakan pintu untuk sang tamu. "Papa?" kaget Farel saat melihat Papanya di balik pintu bersama seorang perempuan. Lebih kaget lagi Farhan, saat melihat Ria dan Farel di hadapannya. Tangannya yang menggandeng Dora, langsung dia lepaskan begitu saja. "Mas ini Farel? Anak kita?" tanya Dora antusias. Farel mengerutkan dahinya, karena takut Farel berlindung di balik punggung Mamanya. "Farel kesini, ini Mama kamu!" ucap Dora mencoba mendekati Farel. Farel berlari ke dalam, masuk ke kamar dan menutupnya rapat. Bocah itu tiba-tiba gelisah tanpa sebab. Kenapa ada yang mengaku Mamanya? Bukankah Mamanya hanya Mama Ria. "Kamu mencari Ibu? Ibu di belakang aku panggilkan dulu. Silahkan masuk!" ucap Ria. Farhan merasa kakinya kaku untuk melangkah. Ria melihat tanda kemerahan di leher suaminya. Ia tidak bodoh untuk sekadar mengenali tanda itu. Biarkan saja, Ria sadar diri kalau dia tidak bisa mengimbangi main suaminya. Saat ini suaminya juga sudah kembali pada mantan istrinya. Dia bisa apa?. Kalau dikata Ria baik-baik saja, itu salah besar. Ria juga punya hati untuk sekadar merasakan. Bersikap bodo amat hanya kedok semata. Dalam hati, Ria mengaku kalau dia gadis bodoh yang akhirnya mewek karena seorang pria. "Ria aku bisa jelasin!" ucap Farhan menarik tangan Ria. "Sudahlah, jangan membicarakan kebohongan yang akan menciptakan kebohongan lain!" jawab Ria menepis tangan suaminya. "Itu artinya kamu cemburu?" tanya Farhan. "Cemburu? Sama mantan istri kamu yang modelan w*************a kayak gini? Amit-amit jabangbayi." jawab Ria seraya tertawa. "Mas, ini istri kamu? Kenapa level kamu anjlog begini?" tanya Dora dengan mengejek. "Lo ngatain gue penggoda? Lo gak sadar kalau lo istri kedua. Karena gue masih sah sama Mas Farhan. Dan gue datang buat nemuin anak gue, Farel," tandas Dora dengan tajam. "Bawa Farhan sekaligus Farel, gue gak peduli. Gue juga bisa ceraiin Farhan saat ini juga, untuk gue sumbangin ke lo wanita gak tau diri. Ibu mana yang tega ninggalin anak demi karir? Hanya ibu jahat macam lo!" maki Ria mendorong Dora untuk menyingkir. Bagi Ria, semua sudah selesai. Farhan tidak bisa tegas sebagai laki-laki, bukannya melerai perdebatan antara dirinya dan Dora, Farhan malah hanya menyimak. Farhan juga menipunya tentang statusnya. Belum lagi, pria itu membawa mantan istrinya ke rumah Ibunya. Lalu, apa dia harus bertahan. Tentu saja tidak. Baginya, sudah cukup untuk sekian. Pernikahan yang belum ada satu minggu berjalan, harus hancur karena datangnya mantan. Ria tak peduli. Ia keluar rumah Ibu mertuanya dengan tergesa-gesa. Percuma dipertahankan kalau suaminya saja membuka pintu lebar untuk mantan istrinya kembali. "Mama jangan tinggalin Farel!" teriak Farel berlari menyusul Ria. Saat di kamar tadi, tiba-tiba perasaan Farel tidak enak hingga membuat bocah itu keluar kamar. Dan saat keluar kamar dia malah mendapati mamanya yang akan pergi.  "Farel, kamu sama Mama. Dia bukan Mama kamu, aku yang Mama kamu," ucap Dora mencegah Farel. Farel meronta-ronta dalam pegangan Dora. "Enggak, Mamaku hanya Mama Ria. Mama ... Farel ikut Mama!" jerit Farel sekencang-kencangngnya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD