1. Mas Duda
Farhan mengerutkan dahinya lelah, laki-laki itu merebahkan tubuhnya di sofa, untuk sekadar menghilangkan penat. Di dapurnya, ada wanita yang belum genap berumur dua puluh tahun, sedang membuatkannya jus jambu.
Menduda selama empat tahun juga membuat hari-hari Farhan terasa kosong. Menjadi orang tua tunggal juga membuat ia kerap kali merasa lelah dan sering kelepasan emosi. Apalagi selain mengurus anaknya, ia juga mempunyai pekerjaan sebagai dokter spesialis anak di salah satu rumah sakit. Kesibukannya dengan pekerjaan membuat waktu untuk anaknya sedikit berkurang.
Dan dengan bodohnya Farhan menyetujui perjodohan konyol orangtuanya dengan salah satu teman ibunya. Ibunya menjodohkannya dengan gadis berusia sembilan belas tahun, yang menurut ibunya bisa menjadi orangtua sambung untuk Farel, anak semata wayangnya.
Namun kenyataannya, perjodohan ibunya adalah perjodohan paling bodoh. Farhan adalah dokter dengan karir yang lagi naik-naiknya. Sedangkan gadis yang dijodohkan dengannya hanya gadis biasa lulusan SMA, dengan pekerjaan sebagai Admin online shop. Sebenarnya Farhan tak mempermasalahkan apa pekerjaan gadis itu, tapi Farhan hanya menyayangkan, kenapa ibunya menjodohkannya dengan gadis gila.
Menurut Farhan, Riandiny atau kerap disapa Ria, adalah gadis sinting, gila, miring yang pernah dia temui. Bagaimana tidak. Ria terang-terangan mengatakan menyukai Duda-duda tampan dan panas. Belum lagi, laki-laki idaman Ria adalah seorang Dokter. Maka dari itu Ria langsung menerima perjodohan. Sudah ketiban emas, ketiban berlian pula. Ria mendapat paket komplit duda tampan dengan gelar Dokter.
"Mas Duda, nih aku buatin jus jambu. Rasanya enak banget," ucap Ria dengan suara cemprengnya yang baru keluar dari dapur.
"Ya, makasih," jawab Farhan ingin mengambil alih gelas, tapi Ria langsung menjauhkan gelasnya..
"Apalagi Ria?" tanya Farhan lelah. Belum menikah saja ia dibuat darah tinggi dengan gadis itu, apalagi kalau sudah menikah. Tak bisa Farhan bayangkan.
"Sini aku minumin. Biar mesra!" jawab Ria dengan tak tau malunya. Ria menahan kepala Farhan, gadis itu menyodorkan gelas pada bibir Farhan dengan kasar. Mau tak mau Farhan juga menelan jus jambu itu. Untung rasanya enak. Kalau enggak, sudah pasti ia akan mencincang habis Ria.
"Kapan sih kamu mau nikahin aku? Akutuh udah gak sabar mau nananinu sama kamu. Pasti besar dan panjang," ujar Ria dengan frontal. Farhan mengelap bibirnya, ia pusing setiap kali Ria berbicara absurd.
"Kamu selalu diam ya kalau aku tanya soal nikah. Atau jangan-jangan kamu mau mempermainkan hubungan kita," tuduh Ria.
"Kamu jangan bikin aku pusing. Sekarang kamu jemput Farel ke lapangan bola, aku capek!" ujar Farhan lemas.
"Kamu jadi cowok lembek amat. Jangan-jangan itu senjata kamu gak bisa bangun," selidik Ria.
"Mau bukti? Nih pegang!" sentak Farhan menantang. Ia juga sudah kesal dengan pembahasan aneh Ria.
"Oke aku pegang. Awwww!" Ria memekik saat Farhan memukul tangannya dengan keras. Farhan pikir Ria gak akan mau memegang. Namun, dengan PDnya Ria mau menempelkan tangannya pada bawah perutnya. Farhan merinding dibuatnya. Bagaimana bisa seorang gadis perawan mau memegang tytyd seorang pria. Kenapa Ria tak ada jaim-jaimnya sama sekali.
"Belum aja pegang. Udah dipukul!" kesal Ria menonyor kepala Farhan.
"Yang sopan, Ria!" ucap Farhan dengan tajam. Ria langsung kicep sambil menutup mulutnya.
Tiga bulan sudah Farhan dan Ria melakukan pendekatan. Setidaknya, Farhan bisa sedikit merubah kepribadian Ria. Dulu, Ria menggunakan panggilan Lo-gue saat berbicara. Sekarang sudah tidak lagi saat Farhan mengancam akan membatalkan pernikahan.
"Hehe, Maap Mas Duda." jawab Ria cengengesan.
"Sekarang jemput Farel!" titah Farhan.
"Hissh selalu nyuruh-nyuruh," ketus Ria merajuk. Ia paling malas kalau harus menjemput Farel main.
"Kamu gak mau nurut? Mau aku batalin nikahannya? Aku suka gadis yang penurut," ucap Farhan dengan santai. Ria berdiri, ia menendang kaki meja dengan keras. Selalu ancaman itu yang digunakan Farhan. Untung ganteng, kalau enggak, sudah pasti Ria tendang Farhan sampai ke ujung belahan dunia.
Ria berjalan grasa-grusu keluar rumah, gadis itu mengambil sepeda pinknya, dan ia mengkayuhnya cepat. Ia harus segera membawa calon anaknya untuk pulang, sebelum Mas Duda marah.
"Fareeeeeel!!" teriak Ria dengan nyaring. Farel yang sedang main bola dengan teman-temannya pun langsung menghampiri calon istri Papanya.
"Heh Ria, kamu ngapain kesini? Malu-maluin aku tau gak?" kesal Farel. Farel malu kalau main harus dijemput Ria. Pasti dia akan jadi bahan ledekan teman-temannya. Dan Farel selalu memanggil Ria tanpa embel-embel tante maupun Mama. katanya, Farel tidak sudi.
"Lu sekate-kate kalau ngomong. Sini pulang sama gue. Kalau gak pulang, gua buang mainan lu sampai habis," ancam Ria. Farel menghentakkan kakinya. Pengen mengajak baku hantam Ria, tapi Ria pasti yang akan menang.
Pernah Farel sengaja mengajak Ria untuk bertempur, tapi dengan tidak berperasaan, Ria malah melemparnya dengan cobek kecil yang diambil dari dapur. Calon Ibu macam apa itu?.
"Aku naik kemana? Sepeda jelekmu tidak ada boncengannya," maki Farel keras. Sekarang, teman-temannya menatap Farel dan Ria penasaran.
"Naik ke keranjang sini. Badan kecil aja sok-sokan susah," ketus Ria mengangkat Farel dan memasukkan di keranjang depan.
"Ria gila! Aku gak mau duduk di keranjang!" teriak Farel ketakutan.
"Diem lu, ketimbang jatuh!"
"Aaaaaa Farel naik keranjang!" ejek teman-teman Farel menyoraki.
“Ria, turunin aku!" ujar Farel berteriak, bocah itu takut campur malu. Ria pikir dia bayi apa yang bisa dinaikkan di keranjang. Dia sudah berumur empat tahun.
"Diem. Pegangan yang erat! Gue mau ngebut!" ucap Ria mulai menggoes sepedanya. Sepanjang perjalanan, Farel tak berhenti berteriak karena dia ketakutan. Farel takut kalau Ria menabrak sesuatu dan membuatnya jatuh menggelinding.
"Astagfirullah, subhanallah, laqaula waala quwata illabillah ...."
Bocah berumur empat tahun itu terus berkomat-kamit, memohon keselamatan naik keranjang dengan ngebut bagai pembalap liar yang tengah bertarung di arena balap.
"Gue harus banyak-banyak ngajak lo main sepeda. Biar lu nyebut dan istigfar terus," ucap Ria masih dengan mengkayuh sepedanya.