1. Tunanggan Pengganti

1007 Words
"Jika masih ingin menjaga nama baik keluargamu, kamu yang harus menggantikan Altherr untuk bertunangan dan menikah denganku." Smirk Ceyda menatap Aldrik yang berdiri di depannya. Nada suara datar wanita itu sarat akan ancaman. Wanita cantik itu duduk bersilangkan kaki di kursi santai yang terdapat di bibir pantai salah satu resort di Bunaken. Aldrik menyugar kasar rambutnya, ucapan Ceyda membuat pria itu ingin menenggelamkan Ceyda saat itu juga ke tengah lautan, namun Aldrik sadar bahwa semua ini adalah salah keluarganya, kesalahan dari Altherr Bagaskara Lutolf, kakak laki-laki Aldrik. Altherr pergi dari acara pertunangan dengan Ceyda yang seharusnya di laksanakan nanti malam untuk mengejar istri dan anaknya yang sudah terpisah hampir lima tahun, Aldrik sendiri yang mendukung aksi abang sulungnya itu, namun Aldrik lupa bahwa calon tunangan yang di tinggalkan Altherr adalah Ceyda, wanita keras kepala dan pengganggu yang sudah Aldrik kenal sedari kecil. Saat itu Aldrik hanya fokus agar Altherr bisa menemukan istri dan anaknya, sehingga dia melupakan bahwa calon tunangan abangnya itu adalah wanita berbahaya yang Aldrik kenal selama hidupnya. Tidak ada yang Aldrik takutkan di dunia ini selain Ceyda, Shahinaz Ceyda Hakeem wanita yang selalu mengusik hidup dan mimpi Aldrik sedari kecil bahkan sampai saat ini. "Berhentilah bertingkah kekanak-kanakan, pernikahan itu bukan permainan, setelah bosan kamu tinggalkan begitu saja." Aldrik menatap tajam pada mata Ceyda, wanita yang sudah hampir dua tahun lebih tidak pernah dia lihat lagi, binar mata wanita itu tidak lagi sama saat menatapnya, binar mata yang selalu mengusik Aldrik bahkan sampai ke dalam mimpinya. Ada rasa berdenyut di jantung Aldrik saat mendapati perbedaan itu, ada perasaan kehilangan dan tidak rela. "Aku sangat tahu, karena itu kamu yang harus menikah denganku, agar kamu tahu dan merasakan bahwa pernikahan itu bukan permainan." Balas Ceyda. Aldrik mencoba membaca isi kepala wanita yang duduk di depannya itu, namun pikiran pria itu malah teralihkan saat desiran angin menerbangkan helaian anak rambut yang terlepas dari ikatan rambut yang di cepol asal. "Tenang saja aku tidak akan membuatmu malu di depan umum setelah kita menikah nanti, tetapi kamu harus membayar waktu berhargaku yg telah kamu sia-siakan selama delapan belas tahun ini." Aldrik terperanjat mendengar ucapan Ceyda, mata pria itu membola "Dia masih wanita yang sama." Umpat Aldrik mengusap wajahnya dengan kasar. Aldrik lalu meninggalkan Ceyda yang masih menatapnya dengan senyum miring. Pria berahang kokoh itu berjalan menapaki pasir putih dengan wajah kaku karena menahan rasa kesal disebabkan ucapan mengancam dari Ceyda, wanita yang Aldrik kenal lebih dari dua puluh lima tahun itu sudah banyak berubah. Aldrik membuka pintu kamar tempat dia menginap, pria itu langsung menuju tempat tidur dan merebahkan tubuhnya terlentang di atas kasur. Aldrik memejamkan matanya, kepalanya terasa berdenyut, hanya dalam waktu kurang lebih lima jam dia di hantam oleh berbagai masalah, masalah yang di timbulkan oleh dia dan abangnya Altherr. Suatu kesalahan yang membuat dia dan Altherr menyesali semua perbuatan mereka selama lima tahun ini. Suatu kesalahan yang membuat Altherr mengubur dirinya dengan rasa penyesalan yang merasuki aliran darahnya, dan Aldrik juga terlibat dalam hal itu. Karena tidak ingin membiarkan Altherr terus hidup dalam rasa penyesalan Aldrik membiarkan abangnya itu pergi mengejar istri dan anaknya, istri yang yang status dan keberadaanya tidak pernah diketahui oleh keluarga Lutolf. Aldrik kembali teringat akan Ceyda, wanita yang malam ini seharusnya bertunangan dengan Altherr, tetapi dengan mudahnya Ceyda malah meminta Aldrik untuk menggantikan posisi Altherr yang kabur pagi tadi. Ponsel Aldrik bergetar, panggilan masuk dari maminya Hanin, Aldrik menghela nafas, sebenarnya pria itu merasa tidak sanggup untuk menjawab panggilan dari maminya, setelah apa yang terjadi hari ini, guratan rasa kecewa sangat ketara di wajah wanita anggun itu, Aldrik merasakan itu, Hanin di kecewakan oleh dua orang putra kebanggaannya. Aldrik lalu bangkit dan duduk di sisi tempat tidur, pria itu masih saja menatap layar ponsel yang masih bergetar, Aldrik lalu mengusap layar ponselnya. "Assalammualaikum Mi." Jawab Aldrik dengan suara rendah. "walaikumsalam, Mami tunggu kamu saat ini juga di rumah Jen." Hanin lalu memutuskan sambungan telphon tanpa mendengar jawaban dari Aldrik. Jen adalah pemilik resort tempat mereka menginap, resort yang dalam tahap pengembangan dan menjalin kerja sama dengan Bagaskara Corp, perusahaan milik Altherr. Pria itu menarik nafas berkali-kali, Aldrik sudah yakin dia akan menghadapi kemarahan dari papinya, Adam Lutolf, kemarahan Adam Lutolf mungkin masih bisa Aldrik tanggung, papinya itu pasti akan menghadiahi dia sebuah pukulan yang masih bisa dia tahan, namun rasa kecewa yang tergambar di mata maminya membuat perasaal Aldrik remuk. Aldrik kembali menyusuri bibir pantai untuk sampai ke rumah Jen, rumah pemilik resort itu masih berada di dalam kawasan Arjenta Resort. Aldrik menghentikan langkahnya saat seorang wanita yang memakai dres putih tulang yang panjangnya diatas mata kaki berdiri di bawah gazebo beratap ijuk menatap kearahnya, Aldrik menghela nafas, untuk saat ini Aldrik ingin menghindari wanita itu. Aldrik melanjutkan langkahnya, namun pria itu menghentikan langkahnya saat mendengar ucapan dari wanita itu. "Aku sudah memberi tahu keluargaku bahwa kamu menawarkan diri untuk menggantikan Altherr." Ceyda berbicara tanpa melihat ke arah Aldrik, Aldrik memutar tubuhnya, wanita itu bergeming, tatapan datarnya menembus birunya laut. Aldrik menghela nafas, pria itu tidak pernah mengatakan setuju dengan apa yang diinginkan Ceyda, namun Aldrik tidak menyangka wanita itu menggiring dia pada keadaan tanpa memiliki pilihan. "Beri aku waktu untuk mengatasi masalah ini, dan jangan membuat keadaan semakin rumit dengan ide gilamu itu." Ucap Aldrik menatap Ceyda yang berdiri menyampinginya. "Aku akan bicara kepada keluargamu, aku akan bertanggung jawab dengan semua ini, tetapi bukan menawarkan diri untuk menggantikan Altherr." Ceyda menoleh ke Arah Aldirk, rahang wanita itu mengeras. "Kamu tidak akan memiliki pilihan selain apa yang aku inginkan." Balas Ceyda datar. "Bukankah selama ini Altherr begitu baik padamu, sudah saatnya kamu membalas semua kebaikan abangmu itu, berkorbanlah untuk kebahagian dia Tuan Lutolf." Aldrik terdiam mendengar ucapan Ceyda, wanita itu lalu berjalan melewati Aldrik dengan wajah angkuh. Aldrik tersenyum getir, ucapan Ceyda barusan menyadarkan dia, tentang arti kata terimakasih dan mungkin saja balas budi yang memang harus dia lakukan saat ini. Perasaan Aldrik terasa ngilu, dia tidak menyangka ucapan itu keluar dari mulut Ceyda, sudah terlalu lama Aldrik melupakan tentang suatu kenyataan, dan ucapan Ceyda kembali mengingatkan Aldrik tentang kebenaran itu.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD