2. Menikahlah denganku

1150 Words
2 Tahun Sebelumnya. Sudah hampir satu minggu ini kediaman keluarga Lutolf selalu ramai. Salah satu pewaris dari keluarga itu akan melangsungkan pernikahan. Keluarga Lutofl lebih memilih melaksanakan akad nikah dan resepsi di kediaman mereka, sekali pun mereka memiliki beberapa hotel besar di wilayah itu dan tentu saja fasilitas untuk resepsi pernikahan yang terbilang mewah sangat bisa dilaksanakan, namun keluarga Lutof lebih memilih melaksanakan akad dan resepsi pernikahan mereka di rumah mereka, karena bagi mereka rumah adalah tempat ternyama dan terhangat untuk berbagi kebahagiaan. Rumah yang terbilang besar itu memiliki halaman dan taman samping yang sangat luas, jasa wedding organizer tentu tidak akan kesulitan untuk mendekor rumah itu. Aldrik membuka pintu kamar Ola, pria itu tersenyum hangat menatap gadis di depannya yang sudah berias untuk akad nikah yang akan di gelar sesudah sholat jum’at. Gadis yang sangat dia sayangi, gadis yang membuat Aldrik rela melakukan apapun untuk kebahagiaannya. Hari ini dia harus merelakan gadis itu untuk di jaga oleh pria lain. Ola mengulurkan tangannya pada Aldrik, wajah gadis itu tampak sangat bahagia. Aldrik menyambut uluran tangan Ola. “Edward tidak akan berani mengecewakanmu. Percayalah !” Ola meyakinkan Aldrik. “Aku percaya itu. Aku tidak mungkin merelakan adik kesayanganku ini begitu mudahnya jika laki-laki itu bukan Edward.” Ola tersenyum mendengar ucapan Aldrik. Tidak ada satupun keluarga Aldrik yang meragukan Edward, pria yang mereka kenal sejak remaja. Edward merupakan sahabat dari Altherr, putra pertama keluarga Lutolf. “Jadi abang Ola yang tampan ini kapan akan mengakhiri masa lajangnya ?” Tanya Ola tersenyum menggoda Aldrik. “Jangan lupa kamu masih punya abang yang lebih tua dariku.” Ola memajukan bibirnya mendengar ucapan Aldrik. Selalu saja kedua abangnya yang masih lajang akan saling lempar jika ditanyakan perihal pernikahan. “Mbak Ceyda mungkin akan hadir pada saat akad nikah.” Aldrik melepaskan genggaman tangan Ola. Pria itu berjalan ke sisi kanan, berdiri membelakangi Ola. Pria itu memandang keluarga balkon kamar Ola. Aldrik melirik gaun pengantin yang akan digunakan Ola untuk acara resepsi besok malam “Kamu pasti akan sangat cantik memakai gaun ini Princess !” Ucap Aldrik mengalihkan pertanyaan Ola. “Jangan ketus saat bertemu Mbak Ceyda. Kalian sudah sangat lama tidak bertemu. Bersikap baiklah padanya !” Ola tidak menggubris ucapan Aldrik. Aldrik menghela nafas, pria itu lupa kapan terakhir kali dia bersikap baik pada Ceyda, karena dalam ingatannya hanya kata-kata kasar dan sikap dingin yang selalu dia berikan pada Ceyda. “Jika abang tidak memiliki perasaan pada Mbak Ceyda, jangan bersikap kasar padanya !” Aldrik memutar tubuhnya menghadap Ola. Pria itu menautkan kedua alisnya meminta penjelasan dari pernyataan Ola barusan. Ola menarik nafas dan menghembuskannya dengan kasar. Gadis itu menatap dalam pada mata Aldrik. “Mungkin perasaan Mbak Ceyda bukan lagi seperti gadis kecil yang merasa kehilangan saat ditinggal teman barmainnya.” Ungkap Ola “Abang pasti menyadari itu kan ?” Tanya Ola. Aldrik berjalan mendekati Ola, pria itu mengusap kepala adiknya itu. “Mungkin kamu salah dalam meterjemahan sikap Ceyda padaku Princess.” Ucap Aldrik. “Ceyda, wanita itu selalu ingin diperhatikan, dan aku tidak mungkin bersikap sama lagi padanya. Aku pria dewasa, begitupun dia. Aku tidak ingin keluarga kita ataupun keluarga Ceyda salah dalam menilai.” Ungkap Aldrik. “Jangan memberikan alasan yang tidak masuk akal.” Ola berjalan ke arah sofa, gadis itu merapikan baju bagian belakang pinggulnya sebelum duduk. “Jika memang seperti itu penilaianmu, tapi aku tidak memiliki perasaan yang sama untuknya. Seharusnya dia menyadari dari sikapku padanya.” Ucap Aldrik. *** Sesudah acara akad nikah Aldrik kembali ke kamarnya yang berada pada lantai dua. Di bawah sudah dipenuhi para tamu yang memberi ucapan selamat kepada kedua mempelai dan kedua pihak keluarga. Setelah menyapa semua tamu pria itu memutuskan untuk kembali ke kamarnya. Aldrik memang tidak begitu nyaman berada dikeramaian, selain itu Aldrik juga berusaha menghindari Ceyda. Dari awal acara akad digelar, Aldrik sudah melihat Ceyda, begitu pun Ceyda. Namun Ceyda tidak bersikap seperti biasanya bila bertemu dengan Aldrik, wanita itu terlihat lebih tenang, tapi tetap saja Aldrik tidak bisa berada di tempat yang sama dengan Ceyda, wanita yang selalu dia hindari sudah hampir dua puluh tahun ini. “Kamu masih sama. Empat tahun kita tidak bertemu ternyata aku tetap tidak terlihat olehmu.” Aldrik menghela nafas kesal kesumber suara yang berbicara dengan lembut padannya. Entah sejak kapan Ceyda berada di depan pintu kamarnya. Aldrik menatap dingin pada Ceyda. Pria itu hendak turun ke bawah untuk mengambil minuman segar. “Apakah empat tahun belakangan ini hidupmu merasa jauh lebih tenang tanpa gangguan dariku, Kak ?” Tanya Ceyda, namun Aldrik tetap diam menatap dingin pada mata Ceyda. Pria itu masih berdiri di depan pintu kamar yang masih terbuka. “Apa kamu tidak merasa kehilangan sedikit pun ?” Sambung Ceyda menatap dalam pada Aldrik. “Bagaimana mungkin aku merasakan itu. Kamu bukan siapa-siapa bagiku.” Ucap Aldrik tertawa sumbang. Ceyda menggigit bibirnya menenagkan hatinya yang terasa sakit, lalu wanita itu mendorong tubuh Aldrik ke dalam kamar dan menutup pintu itu dengan cepat. Mata Aldrik membola menerima perlakuan Ceyda. “Apa yang kamu lakukan ?” Ucap Aldrik panik mencoba membuka pintu kamar, tetapi Ceyda berdiri menghalangi tangan Aldrik untuk membukannya. “Kenapa kamu membenciku ?” Tanya Ceyda. Aldrik menarik nafas, pria itu mengusap wajahnya dengan kasar. “Aku tidak membencimu.” Ucap Aldrik menatap mata Ceyda yang tampak nanar. Ceyda menggelengkan kepalanya mendengar jawaban Aldrik. “Kamu membenciku Kak ! Aku tidak tahu apa kesalahanku. Hanya kepadaku kamu bersikap dingin.” Ucap Ceyda. “Sudah aku katakan, aku tidak membencimu !” “Keluarlah ! Aku tidak ingin orang salah paham bila melihatmumu ada di kamarku.” Ucap Aldrik “Menikahlah denganku !” Aldrik terkejut mendengar ungkapan Ceyda dengan suara penuh keyakinan itu. “Kita sudah tidak muda lagi Kak, aku sudah 30 tahun, Mama memaksaku untuk segera menikah.” Sambung Ceyda. “Aku hanya ingin menikah denganmu !” Mata Ceyda menatap penuh harap pada Aldrik, berharap pria itu akan memenuhi permintaanya, namun pria dingin di depannya itu masih menatap dingin padannya. “Carilah pria lain yang pantas untukmu.” Ucap Aldrik. “Apa aku seburuk itu sehingga tidak pantas bersanding denganmu ?” “Keluarlah !” Aldrik tidak ingin melanjutkan pembicaraannya dengan Ceyda, namun Ceyda menggelengkan kepalanya. “Keluarlah Ceyda ! Aku tidak ingin orang berpikir yang tidak-tidak tentang kita.” Ucap Aldrik. “Itu yang aku inginkan.” Aldrik mengernyitkan dahinya mendengar jawaban Ceyda. Tidak berapa detik Aldrik seakan tersadar bahwa Ceyda mencoba menjebaknya dengan cara kotor. “Walaupun kamu menyerahkan tubuhmu ini padaku, aku tidak akan pernah menikahi mu !” Ucap Aldrik dengan wajah menahan amarah. Aldrik mendorong tubuh Ceyda kesamping, lalu membuka pintu dengan cepat dan meninggalkan Ceyda yang tersandar dengan wajah pias menahan tangis. “Aku kembali bertindak bodoh hanya karna ingin bersamamu. Ceyda, kamu sudah tidak ada harga lagi di matanya.” Bisik Ceyda dengan air mata yang mengalir di sudut pipinya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD