5. Calon Pengantin

1633 Words
“Permisi Bu Luna, Ibu udah harus pergi fitting baju pengantin,” ucap Abel sekretaris Luna. Luna menepuk jidatnya karena dia lupa akan janji fitting baju pengantinnya itu. Akhir-akhir ini memang pekerjaannya sedang menumpuk. Mungkin karena Luna harus membagi waktunya mengurusi pernikahan. Kalau biasanya dia akan berada lebih dari 15 jam di kantor, sekarang dia hanya akan berada sekitar 7-8 jam dan tentu saja itu tidak akan cukup. “Duh, saya lupa lagi,” kata Luna kemudian dengan cepat menyambar tasnya dan bersiap keluar. “Abel, kamu ikut saya,” perintah Luna membuat wanita itu langsung buru-buru kembali ke meja kerjanya dan mengambil tasnya kemudian berlari mengikuti Luna yang sudah lebih dulu pergi. “Tahu begitu harusnya gue ingetin dari tadi.” Abel melangkah dengan setengah berlari. Dia tahu bosnya itu memang sedang sibuk dan membuat beberapa pekerjaannya keteteran. Tapi dengan sekuat tenaganya Luna masih berusaha untuk mengejar semua pekerjaannya. Sudah hampir 5 tahun, Abel menjadi sekretaris merangkap asisten Luna. Dia sudah paham betul sikap dan sifat wanita itu. Pekerja keras, jutek tapi sebenarnya Abel tahu bahwa Luna adalah orang baik. Hanya saja, keadaan memaksanya untuk menjadi sekeras itu. Di dunia bisnis, apalagi untuk perempuan, menunjukkan sikap lemah bukanlah sesuatu yang bijak. Abel sudah berada bersama Luna bahkan sejak Luna masih bekerja untuk ayahnya di perusahaan keluarga mereka. Wanita itu mempercepat ketika melihat Luna sudah berada di dalam mobil. Dia langsung masuk ke dalam mobil dan kemudian mobil itu melaju menuju tempat desainer terkenal di negeri ini. “Bel, tolong telepon tempat fitting-nya, bilang kita bakalan terlambat sekitar setengah jam,” ucap Luna. “Baik, Bu.” Abel mengangguk. Dia kemudian segera menelepon butik desainer tersebut dan menjelaskan situasinya. “Gimana?” tanya Luna. “Aman bu, katanya mereka bakalan nunggu,” jawab Abel. “Kok, kamu gak ingetin saya dari tadi sih?” tanya Luna. Dia agak kesal karena sekretarisnya ini tidak memberitahunya lebih awal. “Saya ‘kan udah ngasih tahu Ibu dari sejam yang lalu,” kata Abel. Luna mencoba mengingat kapan wanita itu mengingatkannya. Sebuah ingatan kemudian muncul di mana Luna sedang pusing dengan kampanye baru perusahaannya dan kemudian Abel datang untuk memberi tahunya bahwa dia ada janji dengan desainer itu. Tapi Luna mengabaikannya karena dia sedang fokus melihat anggaran perusahaannya. Luna menarik nafas panjang. Pikirannya agak kacau akhir-akhir ini. Dia harus mencetak ulang undangan pernikahannya karena dia memutuskan hanya akan memasukkan nama keluarga inti karena rasa tidak suka Lucas saat tahu bahwa tidak semua nama keluarganya masuk ke dalam undangan. Ngomong-ngomong, sedang apa pria itu? Dia tidak mengabari Luna apa pun sejak hari itu. Hari di mana untuk pertama kalinya Luna dicium pria. Rasa bibir Lucas bahkan masih membekas di bibir Luna sampai hari ini. Mengingat ciuman itu malah membuat Luna akhirnya tersenyum sendiri. Sedangkan Abel hanya dapat memandanginya dengan pandangan bingung dari kursi samping. *** “Hai, babe,” sapa Donny, desainer terkenal langganan ibunya. “Hai, Don,” sapa Luna sambil mencium pipi kiri dan kanan Donny. “Sorry telat.” Luna tersenyum kikuk. “It’s okay, asal kamu aku rela nungguin kok,” kata Donny. “Oh iya, yang kemarin kamu minta udah aku tambahin loh,” kata Donny lagi. Dia kemudian berjalan menuju satu ruangan besar yang berisi manekin dengan gaun pengantin yang berjejer di dalam ruangan itu. Luna mengekori langkah pria kemayu tersebut. “Nih,” kata Donny sambil memperlihatkan gaun yang minggu lalu dicoba Luna tapi dia meminta Donny agar menambahkan banyak kristal di sana. Gaun itu tampak cantik dengan semakin banyaknya kristal yang tertempel di sana. “Cantik banget,” puji Luna. Matanya membulat karena kagum dengan gaun rancangan Donny. “Dicoba dulu deh, aku masih harus ngukur udah pas belum sama kamu,” kata Donny sambil menunjuk satu asistennya untuk dapat mencopot gaun tersebut dari manekin dan menyuruh Luna untuk pergi ke ruang ganti. *** Lucas telah selesai menyelesaikan praktiknya. Hari ini dia hanya punya 1 pasien baru dan 2 pasien yang masih harus rawat inap. Dia segera melepas jas putihnya kemudian bersiap untuk pulang untuk siap-siap makan malam dengan Regina dan keluarganya. Untuk pertama kalinya dia akan bertemu dengan keluarga Regina. Yang dia tahu, Regina punya satu adik laki-laki yang akan segera menikah. Entah mengapa Regina belum menikah, tapi itu bagus buat Lucas. Karena dia akan menikah Regina nanti. Lucas tersenyum membayangkan dirinya dan Regina akan menikah nanti. Wanita itu akan sangat cantik dalam balutan gaun pengantin. Tiba-tiba saja, Lucas malah teringat Luna yang sepertinya akan melakukan fitting baju pengantin hari ini. Lucas tahu itu karena di grup pesan singkat yang dibuat khusus untuk pernikahan Lucas dan Luna, mereka sedang membicarakannya. Tentu saja yang dimaksud Lucas adalah orang tua mereka, EO, dan beberapa orang yang ikut mengurusi pernikahan itu. Lucas merasa bahwa ponselnya bergetar, nama mamanya muncul. Lucas memutar matanya malas karena tahu mamanya akan membahas soal fitting baju tersebut. “Hai,” sapa Lucas. “Lucas, kamu kok gak ikut nganterin calon istrimu fitting baju pengantin? Ini ‘kan pernikahan kalian,” kata Mamanya. Lucas tersenyum miring, “Mungkin maksudnya, pernikahan orang tua Luna dan orang tuaku?” batin Lucas. “Aku sibuk, Ma! Hari ini ada pasien banyak,” bohong Lucas. “Ya tetap aja, gak baik kamu terlalu cuek begitu. Apa kata calon Mertuamu nanti?” kata Mamanya lagi. Lucas diam. “Papa gimana, Ma?” tanya Lucas mencoba mengalihkan pembicaraan. “Baik, hari ini tekanan darahnya normal. Mungkin karena dia senang tadi Mama infoin soal Luna yang udah fitting baju,” jawab Mamanya lagi. Lucas tersenyum, syukurlah kondisi papanya sehat. “Ya udah ya, Ma. Aku mau lanjut kerja dulu,” bohong Lucas lagi sebelum mematikan sambungan telepon. Lucas menarik rambutnya pelan, merasa frustrasi dengan keadaannya yang sekarang. Seandainya saja dia bisa bilang pada Papa dan Mamanya bahwa dia tidak ingin menikah dengan Luna, bahwa dia tidak mencintai Luna. Dia hanya mencintai Regina. Lucas mengambil kembali ponselnya yang ia letakkan di atas meja dan mengetik sesuatu di sana sebelum kemudian segera pulang. Lucas bergegas menuju mobil di mana Regina sedang menunggunya. Pria itu melambaikan tangannya dengan gerakan berlebihan saat melihat Regina yang sudah berada di dalam mobil, membuat wanita itu tertawa lepas. “Hai babe,” sapa Lucas sebelum mencium bibir Regina singkat. “Ih, nanti dilihat orang,” kata Regina sambil melihat ke kiri dan kanan. “Ya biarin aja mereka lihat, yang ada mereka jadi mupeng nanti,” kata Lucas sambil menyengir memperlihatkan barisan giginya yang rapi dan putih itu. Lucas pun segera menjalankan mobilnya menuju tempat makan malam mereka. Hatinya berdegup sangat kencang. Dia gugup tentu saja, selain dia akan menemui orang-orang yang kemungkinan besar akan menjadi keluarganya, dia juga akan bertemu dengan orang pemilik rumah sakit tempatnya bekerja. “Santai aja,” kata Regina sambil membelai lembut tangan Lucas. Dia tahu Lucas gugup sekarang. “Keluarga aku gak gigit kok,” kata Regina lagi sambil tersenyum manis. Senyum itu terbukti mengurangi kegugupan Lucas. “Wah, udah rame nih” sapa Regina. “Operasinya lancar, kak?” tanya seorang wanita muda yang diperkirakan Lucas sebagai calon istri adik Regina. “Iya,” jawab Regina. “Eh, ini kenalin. Namanya Lucas. Dokter baru lulusan Inggris itu loh, Pi!” kata Regina memperkenalkan Lucas. Lucas kemudian memamerkan senyum terbaiknya. “Lucas, Lucas Alexa,” katanya sambil menjabat tangan wanita muda itu. “Nara, Nara Adinda,” kata Nara. “Calon Adik Ipar aku,” kata Regina menjelaskan pada Lucas. Lucas hanya tersenyum. “Pacar Kakak?” tanya Reagan sambil meminum minumannya. “Temen,” jawab Regina sambil tersenyum malu-malu. “Temen dekat,” tambah Lucas. Lucas kemudian lanjut memperkenalkan dirinya pada Papi, Mami dan juga adik Regina. Mereka tampak membicarakan rencana pernikahan adik Regina. Lucas hanya dapat tersenyum menanggapi obrolan mereka sambil membayangkan tahun depan, dia akan melakukan hal yang sama dengan keluarga ini. Membicarakan pernikahannya dengan Regina. “Jadi kamu dokter anak itu?” tanya Dokter William pada Lucas. “Iya, Dok,” jawab Lucas. “Semoga betah kerjanya ya,” kata Dokter William lagi. “Betah kok, Dok,” jawab Lucas sambil melirik ke arah Regina. *** Luna berpose untuk difoto oleh fotografer milik Donny. Mereka sedang mencoba mencari tahu arah dan pose terbaik untuk gaun itu agar bisa menambah cantik Luna saat di foto nanti. “Lebarkan dikit bahu kamu,” perintah Donny pada Luna. Luna pun menurutinya. “Bagus, cantik,” puji Donny bersemangat. “Oke, kayaknya cukup deh.” Donny kemudian berjalan mendekati Luna. “Ini berarti tinggal bagian ini yang dikecilin dikit ya” kata Luna sambil memperhatikan gaun itu di area pinggangnya. “Ok deh, tapi ingat ya. Kamu udah gak bisa kurusan apalagi gendutan. Makannya dijaga,” kata Donny lagi. “Siap,” kata Luna. Kemudian kembali ke ruangan ganti dan mengganti pakaiannya. “Kamu udah kirim fotonya ke grup?” tanya Luna pada Abel begitu ia kembali dari ruang ganti. “Udah, Bu,” jawab Abel sambil menunjukkan layar ponselnya. Luna mengambil ponselnya dan kemudian menggulirkan layar ponselnya membaca komentar-komentar anggota grup pesan singkat khusus pernikahannya itu. Tapi satu pesan singkat yang ditulis singkat itulah yang membuat Luna mengulum senyum dengan hati berbunga-bunga. Sebuah pesan dari Lucas. [Lucas] Gaunnya jadi kalah cantik dari kamu Luna tersipu membacanya, dia terlalu bahagia untuk membaca pesan singkat itu lagi dan lagi sampai Donny datang menghampirinya. “Duh, calon pengantin. Hobinya senyum mulu,” goda Donny. Luna tersipu malu mendengar godaan Donny. Seumur hidupnya Luna tidak pernah merasakan bahagia yang seperti ini. Dia sudah pernah bahagia sekali ketika berhasil mendirikan perusahaannya sendiri. Dia sudah cukup bahagia dengan kabar bahwa perusahaannya akan menjadi perusahaan unicorn karena berhasil memiliki valiasi lebih dari 1 milyar. Tapi, bahagia yang saat ini dia rasakan adalah bahagia yang lain. Bahagia yang dapat membuat perutnya merasakan banyak kupu-kupu di sana. Satu hal yang disadari Luna saat ini, dia sudah mulai menyukai Lucas. Pria yang dijodohkan dengannya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD