“Hah? Apa maksudmu?” tanya Claris tak nyaman melalui sambungan telepon. Kening mengencang erat mendengar tuduhan Damian kepadanya. Damian tidak segera menjawab pertanyaan Claris, wajah pria itu dingin bagaikan es beku dan bibir merapat dalam. “Hei! Apa maksudmu menuduhku begitu? Kamu mau cari gara-gara agar pernikahan kita besok batal? Kenapa kamu begitu keji, Damian?! Tidak perlu memfitnahku jika kamu membenci pernikahan kita! Katakan saja sekarang sebelum semuanya terlambat! Apakah kamu sudah berpikir jernih? Aku bisa mengatakannya kepada ayahmu secara langsung! Tolong jangan membuat drama pembatalan pernikahan tepat di hadapan banyak orang! Kamu ingin membuat kita semua mendapat masalah?!” lanjut Claris sangat kesal, melirik hati-hati ke arah pintu balkon tempatnya berdiri sekarang, k

