“Kenapa dengan wajahmu?” tanya Levent di hari Minggu pagi ketika mereka sudah bertemu di kafe tempat Claris cupu bekerja. Hadi yang mendapat pertanyaan itu hanya mendecih kesal, membuang muka menghindari tatapan dingin Damian yang duduk di seberang meja. “Baiklah. Kalau kamu tidak mau menjelaskannya, aku tidak akan bertanya lagi. Mari kita segera membahas masalah lomba debat itu,” kata Levent lagi. Dia tampak masa bodoh dengan pria yang merajuk di seberang meja. “Wuah. Wajahmu sangat parah. Aku dengar kamu bertengkar dengan Damian, ya?” celutuk Keenan seraya membawa senampan kue untuk para anak bimbingannya. Hadi menggertakkan gigi marah, memberinya kode untuk tidak ikut campur. Keenan segera menambahkan. “Jangan keras kepala. Wajahmu yang seperti itu mana bisa ditampilkan saat kita

