Pagi harinya, Claris terbangun dengan perasaan kacau. Matanya bengkak dan pakaiannya acak-acakan. Sepertinya semalam dia langsung masuk ke kamar tanpa mengganti pakaian yang dikenakannya usai menemani Damian berbelanja gila-gilaan. Hari Minggu ini seharusnya dia bangun pagi dan menikmati ketenangan langka selama beberapa jam lebih awal, tapi melihat jam dinding kamarnya sudah menunjukkan pukul 9 pagi lewat, membuat wanita di atas ranjang besar mengerang frustasi. Kenapa tidak ada yang membangunkannya untuk sholat subuh, sih? Tuhan bisa saja menghukumnya gara-gara menjadi manusia tidak tahu berterima kasih. Dia memang bukan wanita yang terbilang alim, tapi untuk standar beribadah sebisa mungkin akan dia usahakan. Claris bangkit dari kasur dengan mata setengah terpejam. Kepalanya sakit b

