3. San

1118 Words
Iona sudah menjalani pekerjaan di kedai ramen selama tiga bulan, dan hari ini ia mendapatkan kabar dari Kudo mengenai sebuah lomba. Kudo yang pulang lebih awal, sengaja menunggu Iona di kedai hingga pekerjaannya selesai. Saat itu, kedai memang sangat ramai dan membuat Kudo bertanya-tanya. “Tidak biasanya kedai terlihat ramai,” gumam Kudo. Akhirnya setelah selesai, Iona menghampiri Kudo. Mereka kembali ke apartemen bersama-sama, dan selama berjalan kaki, Kudo menjelaskan pada Iona mengenai lomba memasak yang akan diadakan restoran tempatnya bekerja. “Kau harus mengikuti lomba ini, karena chef di tempatku menjadi juri di sana. Aku yakin kau bisa lolos dalam perlombaan ini,” ujar Kudo dengan penuh semangat. Iona tidak begitu yakin, karena lawan yang akan dihadapi pasti orang-orang yang memang sangat pandai dalam hal memasak. Semua pemikiran Iona di tepis oleh Kudo, pria itu tidak mengizinkan Iona untuk berpikir pendek sebelum melakukannya. “Baiklah … baiklah … aku akan mencoba mendaftar,” ujar Iona. Kudo tersenyum lebar mendengar keputusan Iona yang sangat tepat itu. Saat mereka sampai di apartemen, Iona juga menceritakan mengenai resep ramen yang sedikit ia ubah. Dan sebuah keajaiban, ternyata resep yang Iona buat menjadikan kedai itu semakin ramai oleh pengunjung. “Kenapa kau mengubah resepnya? Apa Nenek membiarkanmu begitu saja?” tanya Kudo. “Tidak, awalnya ia hanya menyuruhku menghidangkan makanan saja. Lalu saat Nenek mulai merasa lelah, ia akan menyuruh aku yang menyiapkan ramen itu,” jelas Iona. “Kau memang sangat hebat, kau semakin yakin jika kau akan memenangkan perlombaan kali ini,” ujar Kudo. “Jangan membuat aku berharap. Kau tidak akan tahu bagaimana lawan di sana,” ujar Iona. “Baiklah, lomba akan dimulai dua minggu lagi. Aku sudah mendaftarkan namamu di restoran. Jadi kau hanya perlu berlatih saja,” ujar Kudo. “Makanan apa yang akan dilombakan?” tanya Iona. “Bacalah, aku yakin kau bisa memasak semua hidangan ini,” ujar Kudo dengan yakin. Saat Iona membaca lembaran brosur yang Kudo berikan, senyumnya melebar. Iona sangat menyukai makanan asia terutama dari China dan Korea. Tidak hanya itu, Iona juga sangat menyukai makanan Jepang terutama sushi dan ramen kuah kental pedas. Semakin bersemangat, Iona menyuruh Kudo untuk menyiapkan beberapa bahan saat pulang dari restoran. Karena tidak mungkin untuk Iona berbelanja saat ia sedang bekerja. Setuju dengan keinginan Iona, Kudo memikirkan beberapa cara untuk bisa mendapatkan bahan-bahan segar seperti yang ada di restoran tempat ia bekerja. *** Selama satu minggu Iona terus mengasah kemampuannya dalam memasak, beberapa kali kegagalan tidak membuatnya putus asa. Bahkan Iona semakin mahir dalam beberapa menu Asia yang sedang ia pelajari. Kudo menjadi juri sementara disaat Iona sedang berlatih. Pria itu selalu merasakan setiap makanan yang Iona buat dengan sepenuh hati. Terkadang memang Kudo menggoda Iona, hingga membuat wanita yang memiliki tanda lahir di leher itu emosi. “Apa kau bercanda? Kau sedang menghidangkan makanan Asia, bukan Eropa!” maki Kudo. “Maaf, aku tiba-tiba saja ingin menyajikannya seperti ini.” “Seharusnya kau membuat food plating seperti yang seharusnya. Ini … kau bisa melihat video ini,” ujar Kudo sembari menunjukkan pada Iona video tentang plating makanan Asia. Iona berhenti sejenak, ia memilih untuk melihat video itu sampai akhirnya mendapatkan sebuah ide yang menarik. Iona kembali ke dapur untuk menyiapkan makanan yang masih ada di sana. Dengan ketrampilan tangannya, ia menghidangkan kembali makanan itu dan dengan bentuk yang berbeda dari awal. “Whoa … kau sangat pandai membuat semua ini. Untuk rasanya memang sudah pas, hanya kurang sedikit bumbu, mungkin,” jelas Kudo. “Jika semua juri seperti dirimu. Akan ku pastikan kau menjadi hidangan penutup,” ujar Iona, kesal. “Hahaha, kau tidak akan tau bagaimana kejamnya komentar para juri dari restoranku,” ujar Kudo. “Aku lelah, bantu aku untuk membersihkan dapur.” Akhirnya mereka berakhir dengan membersihkan sisa bahan makanan yang sudah Kudo dapatkan dengan susah payah. Iona menyimpan beberapa bahan yang bisa digunakan lagi di dalam lemari pendingin. “Besok aku tidak bisa pulang lebih awal, karena ada acara penting … aku harus di dalam restoran sampai tengah malam,” ungkap Kudo sembari mencuci piring. “Baiklah, tidak apa. Aku lelah, mungkin besok aku akan beristirahat saja,” ujar Iona. “Ya, aku lihat kau memang kurang istirahat akhir-akhir ini, apa kedai semakin ramai?” tanya Kudo. “Ya, Nenek sakit beberapa hari ini, meski ada cucunya di sana. Tetapi anak itu tidak membantu,” jelas Iona. “Kau ingin aku menegurnya?” tanya Kudo. “Tidak perlu, biarkan saja. Nenek sudah mengatakan jika memang seperti itu cucunya.” “Aku harap Nenek segera sembuh, dan ia bisa melihat tingkah cucunya.” Iona hanya tersenyum saat melihat kekesalan Kudo. Ia menyelesaikan kegiatan itu dengan segera. Keesokan harinya … Kudo sudah siap untuk berangkat bekerja, tetapi ia melihat Iona masih memejamkan mata di dalam kamar. Kudo mendekati Iona, dan melihat wanita itu di sana. “Hei, apa kau tidak bekerja?” tanya Kudo. Iona tidak menjawab, merasa khawatir Kudo menyentuh dahi Iona. “Panas, ia demam.” Kudo melihat wajah Iona yang terlihat pucat. Kakinya seperti menggigil karena kedinginan, dan itu membuat Kudo semakin khawatir. Tidak banyak bicara, Kudo membantu Iona untuk bangun dan memberikan beberapa obat yang biasa ia minum saat sedang demam. “Kau harus makan, ini … untung saja aku membuat nasi kepal,” ujar Kudo. “Kudo, kau harus berangkat, jangan khawatir, aku akan baik-baik saja,” ujar Iona. “Kau selalu mengatakannya saat sedang seperti ini.” “Sudahlah! Kau bisa berangkat sekarang, aku sudah jauh lebih bertenaga untuk bergerak.” “Kau yakin?” “Ya.” Kudo menyiapkan makanan di atas meja, bersama dengan obat miliknya. Kudo beranjak dari apartemen kecil itu, dan meninggalkan Iona. Di dalam kamar itu, ponsel Iona terdengar berdering. Ia pun menyambungkan panggilan telepon itu. “Hai!” “Kau di mana? Kenapa masih belum sampai?” suara dari cucu nenek pemilik kedai ramen. “Aku sedang sakit, bisakah kau menggantikan aku untuk hari ini?” tanya Iona. “Tidak! Karena aku tidak tahu resep dari ramen ini.” “Aku akan mengirimkan resepnya. Kau bisa melakukannya.” “Tetap saja aku membutuhkan orang untuk membantu!” “Baiklah, aku akan datang. Tetapi … tunggu tubuhku sedikit bertenaga.” “Ya … baiklah, aku akan menunggu saja. Aku tidak akan membuka kedai sampai kau datang.” “Ya, aku akan segera sampai di sana.” Iona memutuskan sambungan telepon itu. ia pun hanya bisa menggelengkan kepalanya saat mendengar cara bicara cucu dari nenek pemilik kedai. Dengan terpaksa, Iona mulai bergerak dan membuat tubuhnya menjadi sehat dalam waktu sekejap. Iona menuju ke meja makan untuk menikmati hidangan yang sudah Kudo siapkan. Lalu meminum obat yang juga sudah ada di sana. Setelah itu, Iona kini siap untuk datang ke kedai ramen.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD