Suara khas orang memasak memenuhi dapur Gia. Perempuan itu hampir ternganga saat Gazain mulai memasang celemek di tubuh tegapnya. Perkiraan awal Gia yang meragukan kemampuan memasak Gazain ternyata salah besar, lelaki itu gesit. Gazain bisa menggoreng telur sambil tangannya mengupas bawang. Persiapan bumbunya juga tepat, sehingga Gia yakin masakan itu pasti enak sesuai takaran. Sepertinya Gazain butuh sesuatu karena mendadak lelaki tersebut menoleh kepadanya. “Bagaimana kamu menumbuk mereka?” Gia belum membeli lumpang batu, apalagi blender. Uangnya harus hemat. “Biasanya dengan kayu atau gelas. Kayu bulat di sebelah sana,” Gia mengisyaratkan dengan bibir maju. Gazain mendesah. Inginnya bertanya ke mana semua uang Gia, tapi urung segera, daripada muncul perdebatan mereka. Karena lel

