Medina membuka lebar pintu dan menyambutnya dengan wajah semringah, “Selamat datang, Suamiku.” Namun, Gazain sekedar berjalan maju lalu berakhir memeluknya. Medina tersenyum maklum, tak langsung bertanya sebab kusut wajah suaminya, tapi menepuk-nepuk punggungnya, menenangkan. “Tak apa, Suamiku. Kamu sudah di rumah.” Mendapat dukungan setenang itu Gazain semakin mengeratkan pelukannya. “Ada apa, Sayangku?” “Bertemu Rahman." Medina meringis. Jawaban singkat itu bisa ia terka sendiri penjelasannya. Ia ingat jika salah satu saudari Rahman sedang hamil tua dan Medina pun tahu jika tadi suaminya bersama Gia mengunjungi sebuah klinik. Memang, selayaknya pernikahan diumumkan supaya tak jadi fitnah, tapi Gazain bersikeras terus menyembunyikan Gia bahkan dari sahabat dekatnya, Rahman Kaluk

