After Night

1555 Words
Dan yang terjadi sejak kepergian keduanya dari klub adalah Cleine dan Will yang kini berada di sebuah kamar hotel, suite room. Tentu saja Clein tak ingin kasur keras sebagai tumpuan diri selama menikmati senggamanya. Baru saja masuk ke dalam kamar, Will dengan cepat rebahkan Cleine seraya membuka pakaiannya. Itu buat Cleine terkekeh saat melihat tubuh paripurna dari Will yanng kini terpampang di hadapannya. Barisan d**a bidang dengan rambut halus. Darah Cleine berdesir, ia mengigit bibir bawahnya lalu mengusap perlahan. "Uww, sexy, i like it," katanya menggoda. Will menggelengkan kepalanya, tak tahan dnegan apa yang dilaukan Cleine. "Buka bajumu cepat." Will mengatakan. Tidak, lbih tepatnya memerintah. Cleine menahan diri dan menggeleng. Dia yng menggoda tadi, lalu ketika Will semakin berniat, Cleine malah menggodanya. Cleine suka saat Will tak sabaran dan kini terlihat kesal. "Kamu marah?" Clein bertanya dengan senyum jahil. "Oh please baby," ucap Will, memohon. Clein semakin terkekeh, bahkan saat mabuk berat seperti ini sifat jahilnya tak hilang malah semakin parah. Will kemudian mendekat, mecncium lagi bibir Cline dengan beri afeksi yang menggoda hasrat Cleine. Tentu saj haryusada sesuatu yan ia lakukan agar Cleine membuka kedua pahany lebar. "Baik hentikan dan beri aku segalanya malam ini." Will menekankan, tak sabaran. Cleine perlahan tanggalkan sampai ia tak kenakan apapun. Will semakin b*******h, panas. Pria itu mecium hingga buat Cleine menggelinjang geli dan napsu, tangannya menggelantung di leher prianya sambil kecupi wajah Will. Will memerhatikan ia suka ketika tatapan menjadi sayu dan mengiba seperti saat ini, menikmati apa yang pria itu lakukan pada tubuh gadis itu. Will kini suka saat kemudian Clein pasrah dan seolah menyerahkan jiwa dan raganya pada dirinya dan terlihat mengiba, minta dipuaskan. Seolah tatapannya menunjuk pada bagian paling privasi dari dirinya dan mengatakan 'come on baby, i need you. Do me, pelase.' menurut Will, Cleine katakan itu semua dari tatapan matanya yang berbinar. Desahan demi desahan keluar dari bibir keduanya saat tenggelam dalam nikmat. Cleine memaki dan berteriak hingga jambaki rambut prianya. Dan Will menyukainya. Kini agaknya Will mulai larut dalam afeksi yang dibuat Cleine tanpa sadar. Will mengerang saat ia sampai pada puncak kenikmatan, kemudian rebah di samping Cleine. Cleine menoleh. Ia baru sadar sejak tadi Will tak melepaskan topeng miliknya sementara Will kini bisa melihatya. Cleine bergerak hendak melepas ia ingin lihat wajah itu secara langsung. Hanya saja Will menahan tangan Cleine. "Aku enggak boleh lihat kamu?" tanya Cleine. "Boleh, tentu saja. Beritahu dulu namanu." Cleine mendekat mengecup bibir Will. "Namaku Cleine, Cleine Adams." *** Pagi ini Cleine membuka matanya ia terbangun dan Cleine pulang ke rumah dengan kepalanya yang terasa sakit hingga terpaksa menaiki taksi. Beruntung Will meninggalkan coat miliknya di tempat tidur jadi Cleine tidak perlu ke luar kamar dengan pakaian minim yang pasti akan membuat dirinya menjadi tontonan. Waktu menunjukan pukul sebelas siang saat gadis itu tiba. Segera berjalan masuk ke dalam dan rebah di sofa depan. Kepalanya benar-benar sakit. "Sebenarnya aku pesan apa sih semalam? Kenapa bisa lupa? Padahal kayaknya cuma soju. Ah, Freya benar-benar deh." Ia bergumam sendiri. Cleine lalu menatap ponsel di tangan. Melihat aplikasi untuk mengecek kalender menstruasi. Beruntung ia tak dalam masa subu.r. "semalam pakai pengaman kan? Aku ingat dia ngomong seperti itu." Lagi-lagi bergumam sendiri . Sejujurnya jika dipikirkan Cleine agak menyesal juga karena melakukan hubungan intim dalam keadaan mabuk i jadi tak bisa menikmati dan enggak tau yang selalu Freya sebut 'keenakan sampai merem melek'. "Ya Tuhan aku mikir apa sih?!" Ia mencaci dir sendiri atas pikiran kotor yang barusan lewat di dalam otak. Sejujurnya Cleine coba mengingat apa yang terjadi malam tadi dan i ingat kalau pagi tadi Will coba membangunkan dengan suara beratnya. Dia mengatakan 'Bangun sayang, aku harus pulang. Hmm.' kurang lebih itu yang Cleine ingat. Sialan! ketika Will berdeham bulu kuduk Cleine menggeliat gadis itu seolah bisa mendengar suara beratnya mengatakan itu di telinga. "Kenapa suara saja buat aku merasa tersengat listrik manja begini?" Sudah kebiasaan, bicara sendiri Cleine bertanya lagi. Cleine putuskan segera berjalan ke kamar untuk segera berganti pakaian. Kamarny berada di lantai dua dengan dinding kaca yang menghadap ke luar. Ia sengaja membuka gordennya karena hanya ada taman dan tak akan ada yang melihat. Dengan cuek mengganti pakaian tak akan ada yang memerhatikan kecuali nyamuk, lalat atau serangga lain yang lebih menginginkan darah dibandingkan tubuhnya. Setelah berganti pakaian iA rebah di tempat tidur. Cleine bahkan belum makan apapun sejak pagi tadi. Malas rasanya harus kembali turun. Saat itu ponselnya berdering, Reya. "Helo," sapa Cleine malas. "Turun, aku di depan rumah kamu. Bawa makan siang." "Sendiri atau sama pangeran?" "Sendiri, Yuji udah harus pergi pagi ini." "Oke." Jawaban Reya segera membuatnya berjalan turun. Cleine malas jika Reya bersama Yuji, keduanya terlalu intim dan ia tak suka berada dalam situasi seperti penjaga mereka berdua. Cleine sedikit berlari dan segera membuka setelah berada di depan pintu. Reya menunjukkan bawaannya. "Kejutan," serunya. "You called me and it's not a surprise anymore." kata Cleine kesal sementara Reya hanya tersenyum. "Berpura-pura kalau kamu kaget. Ayo, hargai aku yang bersusah payah datang ke sini." Rey memang aneh, dan Cleine lebih aneh karena dengan sadar bersahabat dengan teman aneh seperti Reya. Yang Cleine lakukan malah menutup pintu dengan malas. Yang terjadi kemudian Reya mengetuk pintu dan bodohnya, Cleine membukakan pintu, lagi. Reya berekspresi sama dengan senyum yang tadi ia tunjukan. "kejutan!" "Wah, aku kaget!" Cleine berseru lalu menutup mulut. Sepersekian detik Cleine kembali dengan wajah tanpa senyum. "Masuk." Reya berjalan masuk mengikuti dan kami duduk di ruang tengah. Cleine menyalakan televisi sementara sahabatnya sibuk membuka makanan yang ia beli. Ada sushi, ayam goreng dan jga bir. Ada sesuatu semalam dengan Yuji entah apa lagi. Cleine bisa melihat matanya yang merah, pasti habis menangis. Lagi, gara-gara laki-laki. "Kenapa lagi?" tanya Cleine. Reya hanya menggelengkan kepala. "Mau?" ia menawarkan sushi. Cleine menggelengkan kepala dan tetap memerhatikannya yang kini memberi banyak wasabi pada sushi di tangannya. Reya menyantap dan ia meneteskan air mata. "Pedas, sushinya buat aku nangis." Tak ada yang Cleine katakan dan hanya memeluknya dan menepuk-nepuk punggungnya. Seharusnya hubungan buruk dengan Yuji segera diakhiri. Mereka berada dalam situasi yang sulit karena pertentangan orang tua pria itu. Yuji pangeran dan itu benar. Pria itu putera mahkota dari sebuah negara kecil dengan sistem monarki. Yuji dan Reya bertemu saat Reya mengikuti workshop bisnis selama tiga bulan di Kanada. Hubungan mereka berlanjut selama delapan tahun sejak Reya berusia 22 tahun. Lalu Reya melanjutkan kuliah disana. Mereka menjadi senior dan junior lalu saling jatuh cinta. "Kamu kemarin baik-baik aja kan sama dia?" tanya Cleine. "Semua baik, Yuji baik, situasinya baik, cuaca yang baik." Reya menjawab kemudian melepas pelukannya. "So? What's wrong?" "Yuji bilang dia harus dijodohkan." "So?" "Aku setuju,' jawabnya. "Dia enggak pertahanin kamu?" "Yuji marah, dia mau aku, dia mau kita sama-sama. Tapi kamu tau kan semua makin sulit dari hari ke hari.Aku diancam aku di teror dan itu sulit. Aku bukan perempuan kuat yang bisa hadapi tekanan seperti itu." Reya menceritakan dan Cleine tau semua yang ia alami selama memilih bertahan dengan Yuji. Cleine gadis berambut pendek sebahu itu kembali memeluk reha . Ini sulit dan setiap manusia memiliki cara yang berbeda untuk menghadapi masalahnya. "Kalau kamu terluka kenapa kamu setuju?" "Ini yang terbaik buat Yuji. Lagian apa menurut kamu sebaiknya aku cek rahim?" "Random Kenapa tiba-tiba membahas ini?" Cleine bertanya ia lalu merubah posisi duduk mencoba lebih fokus dengan pembicaraan kami. "Kenapa tiba-tiba?" "Kamu tau kan kalau aku dan Yuji cukup sering berhubungan. Kadang Yuji juga tanya kenapa aku enggak hamil. aku takut ada sesuatu yang enggak beres di rahimku." Cleine anggukan kepala mengerti ketakutan yang ia rasakan tak ada salahnya melakukan itu. Karena akan baik juga untuk kesehatan Reya. "Jadi, gimana semalam?" tanyanya kini coba merubah suasana. "Aku baru pulang baru banget." Cleine menjawab dan kini mulai tertarik untuk menyantap sushi yang dibawakan Reya. Reya itu mulai fokus dengan pembicaraan ia melepaskan sweater yang ia kenakan lalu mengikat rambutnya. "Tumben banget kamu?" "Hmm, ya," sahut Cleine terputus. Reya menatap dengan curiga. Ia menaikan satu alisnya. Rasanya seperti di curigai dan diinterogasi. Cleine tau Reya pasti penasaran karena ini adalah pertama kalinya Cleine menghabiskan malam yang panjang di klub. "Aku ketemu seseorang,' jawab Cleine. "Laki-laki?" dengan penasaran Reya bertanya. "Kamu pikir?" Reya menggelengkan kepalanya. "Maksudnya enggak seperti itu, Tumben kamu--" Ya, andai Reya tau betapa memikatnya pria yang Cleine temui malam tadi. Meski sepertinya tak akan bisa menggantikan Yuji di hatinya. Selalu saja tentang Yuji dan Yuji, dimana-mana Yuji. "Iyas, aku juga heran, Tapi semua karena dia tampan dan punya suara seksi. Aku suka suaranya." Kini Reya tersenyum di sudut bibirnya. "desahannya?" "Itu juga," sahut Cleine cepat kemudian menutup mulutnya, keceplosan. "HAH?! Cleine Seriously? Do you? Cleine?!" Reya histeris dia tau sahabatnya itu mempertahan keperawanan sampai saat ini. "Shut up!" kesal Cleine dan membungkam mulut teman reya dengan sushi. Reya kini sibuk mengunyah sushi yang dimasukan ke dalam mulutnya. Ia mengunyah dengan susah payah. Tatapannya terlihat sedih ketika mengunyah makanan. "Anggap saja malam itu terjadi satu malam yang spesial untuk kami berdua." "Kamu enggak minta nomor hapenya?" tanya Reya. Cleine gelengkan kepala. "Aku pikir semua akan berhenti di sana.Dan aku enggak punya waktu untuk memikirkan laki-laki. Karena aku punya bos kayak kamu." Cleine katakan itu pada Reya dan kini kembali menyantap sushi di hadapannya. Reya adalah atasan Cleine pemilik Redblue food. Dia berbeda sekali jika berada di kantor. Sikapnya seratus delapan puluh derajat berubah. Tak akan ada yang tau kalau sebenarnya ia begitu cengeng.

Great novels start here

Download by scanning the QR code to get countless free stories and daily updated books

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD