LYU-2

1092 Words
Hari pertama Indira masuk sebagai mahasiswa baru berarti harus melalui masa orientasi, jika banyak yang bertanya kenapa memilih psikologi sebenarnya Indira sendiri tidak tahu dan hanya iseng-iseng berhadiah namun ternyata lolos walaupun Indira sendiri belum tahu terlalu banyak mengenai fakultas psikologi dan apa yang dipelajari. Pertama kali berkenalan dengan anak-anak baru dimana ramah-ramah meskipun begitu tetap harus saling menyesuaikan diri dengan yang lain. Jumlah mahasiswa yang banyak membuat Indira tidak terlalu hafal mereka satu persatu dan beruntung teman masa putih abu-abu diterima di tempat yang sama walaupun tidak terlalu akrab. Indira sempat membayangkan bagaimana gambaran ketika masa orientasi mahasiswa baru karena menurut berita yang beredar senior akan menyiksa para juniornya sama seperti kampus lain namun ternyata berbeda dimana di kampus tempat Indira dibuat agar para junior mengenal para senior dan lingkungan kampus. Indira memiliki sikap cuek jadi tidak terlalu memperhatikan dengan seksama orang disekitar tapi jika ada yang mengajak berbicara secara langsung dengan segera Indira akan menanggapinya dan apabila orang tersebut dekat pribadi secara pribadi sudah pasti Indira akan menjadi sosok yang perhatian. "Selamat pagi adik-adik" sapa senior yang ada di depan yang langsung dijawab secara bersamaan "hari ini adalah hari pertama proses masa orientasi mahasiswa baru jadi kami harap kalian semua menyiapkan tenaga dan nanti di akhir acara yaitu weekend kita akhiri dengan kegiatan menginap di luar namanya Psycho Camp dimana kami harapkan kalian ikut berpartisipasi. Sesi ini kita saling mengenal terlebih dahulu saja" kami semua mengangguk dan India sudah tidak mendengarkan sambutan yang ada di depan. "Dik" panggil seseorang tiba-tiba dan saat Indira melihat kesamping senior laki-laki sudah duduk di sebelah. "Saya, kak?" tanya Indira sambil menunjuk diri sendiri yang dianggukin senior tersebut "kenapa, kak?" "Nanti istirahat temui saya di ruangan sebelah ya" ucap senior itu lalu berdiri dari tempat duduk membuat Indira hanya bisa memandang senior yang telah berlalu dari hadapannya. "Itu tadi siapa?" tanya Indira kepada Mita yang merupakan teman masa putih abu-abu. "Aku gak tahu namanya tapi sepertinya dia BEM deh tapi gak tau bagian apa, kenapa?" Mita hanya memandang Indira sekilas. "Memang ruang sebelah apaan?" tanya Indira lagi tanpa menjawab pertanyaan Mita. "Kayaknya ruangan kesehatan deh tapi gak tau lagi" Penjelasan senior akhirnya selesai juga dan meminta kita membuat kelompok. Selanjutnya masing-masing kelompok diberi tugas mengenai tokoh-tokoh psikologi dan dikumpulkan besok pagi. Indira langsung berkumpul dengan satu kelompoknya dan beruntung bersama Mita di dalamnya setelah koordinasi apa yang dilakukan semua memutuskan untuk istirahat yang jelas tidak Indira sia-siakan hal itu karena waktu sudah mendekati masuk ditambah Indir belum shalat. "Dir, mau kemana?" Indira menatap Mita bingung "pasti lupa ketemu senior tadi" Indira memukul keningnya pelan "untung kamu ingetin, Mit" memberikan senyuman terbaik dan langsung meninggalkan Mita yang hanya bisa menggelengkan kepala. Ruangan sebelah banyak para senior sedang istirahat membuat Indira bingung harus bagaimana dan lagipula Indira sendiri tidak tahu siapa nama senior yang menegur tadi. "Cari siapa, dik?" tanya salah satu senior yang menatap Indira dari tadi tapi Indira hanya diam karena tidak tahu siapa namanya. "Cari gue" jawab seseorang dibelakang Indira membuat Indira langsung menatap senior tersebut "ikut saya" Indira mengikuti senior itu ke ruangan yang ada di sebelah dan tidak ada penghuni kecuali mereka berdua membuat Indira bertanya-tanya kesalahan apa yang aku perbuat saat ini "Indira Mardani panggilannya Indira atau Dira atau Indi?" menatap Indira tajam "perkenalkan saya Fajar Pradipta pembimbing untuk kegiatan ini" Indira diam tidak berani membantah hanya menatap Fajar "tahu kesalahan kenapa dipanggil?" Indira mengangguk lalu menggelengkan kepala dan terlihat Fajar menatap tajam membuat Indira langsung menunduk "karena saya yang tangkap basah kamu maka akan saya sendiri yang kasih hukuman" Indira menatap Fajar pasrah dengan memohon agar bukan hukuman yang susah "mau membantah?" Indira langsung menggelengkan kepala dan Fajar tersenyum simpul membuat Indira terpana atas senyumannya dengan segera Fajar merubah ekspresi wajahnya "jadi pacar saya selama masa orientasi ini" "Apa" teriak Indira membuat Fajar menatap Indira tajam "kakak jangan aneh-aneh mana ada hukuman jadi pacar." "Ada barusan" ucap Fajar santai "tulis nomer ponselmu" sambil memberikan ponselnya dengan cepat Indira menulisnya karena tatapan tajam Fajar "simpan nomer itu" Indira menatap ponselnya yang berbunyi dengan cepat memberi nama Senior Fajar "hubungan kita hanya bertahan sampai semua orang menghentikan penilaian tentang saya dan saya tidak membutuhkan persetujuanmu" Indira diam tanpa berniat menjawab perkataan Fajar "shalat dulu sana dan ini buat makan siang" meletakkan roti di depan Indira yang semakin bingung dibuatnya Indira berlalu dari hadapan Fajar setelah memasukkan roti dimana langsung menuju mushola yang sudah penuh dengan anak-anak dapat dilihat Mita masih berada diantara mereka, karena menunggu giliran maka Indira mencoba berkenalan dengan Shinta dan Lia yang berasal dari ibukota. Kegiatan orientasi baru selesai sore, namun kami tetap gak bisa pulang karena harus mengerjakan tugas yang dikumpulkan besok, dimana menjadi mahasiswa sangatlah susah dan terlihat di awal ini. "Busyet bukunya bahasa inggris semua pusing kepala gue" Sintha menatap buku dengan kesal. "Lu bisa, Dir?" tanya Tio. "Dikit" jawab Indira sambil tersenyum. "Ya udah kita bagi aja deh tugasnya setuju?" tanya Tio Kami mengangguk dan mengerjakan tugas sampai malam di gazebo kampus. "Finally kelar juga, gue print ya" ucap Shinta yang langsung kami anggukkin. "Cewek-cewek pulang naik apa?" tanya Tio karena semua di kelompokku pada kost jadi pulang dengan jalan kaki. "Gue tinggal dulu, udah semua kan?" Ryan menatap kami dan mengangguk. "Gue dijemput" ucap Indira setelah kepergian Ryan. "Udah dijemput?" tanya Tio. "Belum sepertinya, kalian pulang aja dulu lagian kampus masih banyak anak-anak." "Yakin?" tanya Shinta yang langsung dianggukin Indira dengan mantap tidak lama mereka meninggalkan Indira di gazebo sendirian. Tidak benar sendiri karena masih ada senior dan teman-teman lain. Indira tidak mungkin bergabung dengan yang lain karena masih sibuk dengan tugasnya masing-masing. "Belum pulang?" Fajar sudah duduk sebelah Indira. "Nunggu dijemput, kak" jawab Indira mencoba untuk sopan setelah pernyataan tidak masuk akal tadi. "Susah tadi?." "Lumayan bahasa inggris semua bukunya" ucap Indira sambil tersenyum. "Belum seberapa itu." "Kakak nakutin aja" ucap Indira sambil cemberut "kakak belum pulang?." "Nunggu kamu pulang baru pulang" Indira menatao Fajar tidak percaya setelah mendengar jawaban tadi "becanda tadi masih ada urusan. Urusan perut di kantin." Indira menatap wajah Fajar dimana jika diamati semakin lama terlihat manis apalagi jika tersenyum seperti barusan, tapi melihat senyuman semakin teringat dengan hukuman jadi pacarnya membuat Indira hanya menghembuskan nafas. "Kak, saya pulang dulu udah dijemput. Mari" pamit Indira ketika melihat mobilnya mendekat. Fajar hanya mengangguk dan dari dalam mobil Indira melihat Fajar berjalan ke parkiran motor. Memikirkan perkataan di ruangan tadi menjadi pacarnya hukuman macam mana itu yang membuat Indira hanya bisa menggelengkan kepala.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD