Salah Paham

4777 Words
Airsya P.O.V “Bagaimana Sya? Tadi kamu mau bilang apa?” tanya Bu Daniar. Saat ini aku berada di rumah Bu Daniar dan sedang duduk di sofa ruang tamu rumah Bu Daniar. Di depan ku, Bu Daniar sedang menatap ku seraya tersenyum. “Begini,bu. Saya dan ketiga sahabat saya berniat mengajak ibu bekerja sama. Jadi kami akan merilis paket makanan di usaha kami. Namanya Paket Lemon. Nah di salah satu paket, kami berniat akan memakai kue kering yang ibu jual. Bagaimana bu?” tanya ku. “Ide bagus sih. Tapi kue apa yang harus ibu bikin?” tanya Bu Daniar. “Begini bu, nanti kami akan beli 1 toples nastar, coklat siram, castenggel, dan soft cheese.Gimana bu? Buat percobaan.” Kata Aul. “Ok. Ibu setuju. Semoga berjalan lancar.” Kata Bu Daniar yang ku jawab anggukan. Aku langsung mengeluarkan uang senilai lima ratus ribu ke Bu Daniar. “Ini bayarannya ya bu. Jadi kamu sudah lunas. Dan nanti uang kontrakan akan Airsya kasih besok ya bu.” Kata ku yang dijawab anggukan serta senyuman Bu Daniar. Aku dan Aul pamit dan menuju kontrakan. Aku melihat Catlyn, Windi, Nabila, Adis sedang sibuk melayani pembeli di fotocopy mereka. Aku dan Aul langsung masuk ke dalam kontrakan. “Sya? Mau nyoba bikin sekarang atau besok?” tanya Emil. “Besok aja, Mil. Sekarang kita nyanyi dulu aja. Gw bosen.” Kata ku. “Mau nyanyi apa? Perlu gw vidioin ga nih buat nyindir yang selingkuh?” tanya Emil. “Wih ide bagus tuh. Boleh deh gw nyanyi di vidioin.” Kata ku. “Lo mau nyanyi apaan, Sya?” tanya Jesi. “Gw mau nyanyi Told You So aja yang dinyanyiin sama Little Mix.” Kata ku seraya tersenyum. Aku melihat Emil yang mengeluarkan ponselnya lalu mulai merekam. Aku mendengar Jesi memutarkn instrumen nya dari ponsel lalu aku mulai tersenyum. “This song is for you who was always in my heart even thought you’ve hurt me.” Kata ku. Lalu nada mulai terdengar seperti petikan gitar. “Be honest, how are you feeling, boyfriend? Have you been crying again? Just give it some time breath out. See I’m happy. That girl was just playing pretend. We said it you wouldn’t listen but finally you found out.” Kata ku seraya menunjuk kamera. “Than she’s never gonna love you like she do. No.” Nyanyi Jesi seraya menunjuk ku. “But please, she’s never gonna find no one like you. No.” nyanyi ku. “Boy just come round mine tonight. I’ve got wine and make up wipes. I’ll hold you. I’ll hold you. We can put the kettle on. Talk ‘bout how she’s not the one. I told you, but I’m never gonna say I told you so.” Nyanyi ku dan Jesi dan kami tersenyum seraya menunjuk kamera. “To be honest. Her bestfriend was hotter than her. Her jokes were just lacking content but darling, you’re better than.” Nyanyi Jesi seraya menunjuk ku. “Someone who lies and cheats to set the scene it’s very week and every single club we’ve been in. YOU’ve with another girl again!!” nyanyi ku seraya menatap kamera dan tersenyum kecut. “Now you know that he’s never gonna love you like we do. No.” Nyanyi Jesi menunjuk ku dan memeluk ku. “Please, he’s never gonna find no one like . Oh no, no, whoa.” Nyanyi ku seraya memeluk Jesi. Tiba-tiba Emil meletakan ponselnya dan dia serta Aul duduk di sebelah ku. “Boy just come round mine tonight. I’ve got wine and make up wipes. I’ll hold you. I’ll hold you. We can put the kettle on. Talk ‘bout how she’s not the one. I told you, but I’m never gonna say I told you so.” Nyanyi Aul dan Emil. “I’m never gonna say I told you.” Nyanyi Aul. “I’m never gonna say I told you so.” Nyanyi Jesi. “I’m never gonna say I warned you.” Nyanyi Emil. “But I’m just so glad that you know, that you know, that you know. No.” nyanyi ku seraya tersenyum. “Boy just come round mine tonight. I’ve got wine and make up wipes. I’ll hold you. I’ll hold you. We can put the kettle on. Talk ‘bout how she’s not the one. I told you, but I’m never gonna say I told you so.” Nyanyi Jesi dan Aul seraya menunjuk ku. “Just come round mine tonight. I’ve got wine and make up wipes. I’ll hold you. I’ll hold you. We can put the kettle on.” Nyanyi Emil. “Talk ‘bout how I’m not the one yeah, but I’m never gonna say I told you so” nyanyi ku seraya tersenyum ke kamera. “Finally, selesai juga lagu ini. Coba Sya lo cerita, ada apa sama lagu itu? Kenapa sih kok lo nyanyi lagu itu?” tanya Emil pura-pura ga tau. “Oh dear. I don’t know. No, we don’t need talk about it.” Kata ku. “Oh c’mon babe. Biarin orang di luar sana tau alesan lo nyanyi lagu Told You So.” Kata Jesi. “Oh yeah, when I’m in some food area I get so big surprised and from someone.” Kata ku yang langsung dijawab tawaan Jesi. “What do you mean babe. Coba ceritain yang lengkap.” Kata Aul pura-pura ga tau. “My Boyfriend gave me hurt again. He lost his second chance. He’s cheats with somegirl. Well, I think it’s not my problem. His not mine anymore.” Kata ku seraya tertawa ke Jesi. “Okay guys!! Ayo lanjut ke lagu kedua. Sya? Mau lagu apa?” tanya Aul. “Good Enough aja.” Kata ku. “Yoi.” Kata Emil. “Okay. Kayak biasa ya.” Kata Jesi. “She was the diamond you left in the dust. She was the future you lost in the past. Seems like, she’s never compared. Would notice if she’s disappear. You stole the love that she saved for her self. And she’s watched you give it to somebody else. But these scars no longer her hide. She found the light you shut inside. Couldn’t love her if you tried.” Nyanyi Jesi menatap ku dan tersenyum. “Has she still not good enough? Has she still not worth that much? She said sorry for the way her life turned out. Sorry for the smile she’s wearing now. Guess she still not good enough.” Nyanyi Jesi seraya menunjuk ku. “Does it burn? Knowing her used all the pain. Does it hurt? Knowing you fuel t her flame. Don’t look back, don’t need your regrets. Thank god you let her love behind. Couldn’t change her if you tried.” Nyanyi Aul menunjuk ku. “Has she still not good enough? Has she still not worth that much? She said sorry for the way her life turned out. Sorry for the smile she’s wearing now. Guess she still not good enough.” Nyanyi Emil menunjuk ku. “Release your curse. Cause I know my worth. Those wounds you made are gone you ain’t seen nothing yet. Your love worth it. And I never win. You want the best so sorry that’s clearly not me.” Nyanyi ku dan mulai merasakan sesak karna aku menahan tangis ku. “Just it’s all I can be.” Nyanyi ku seraya menundukan kepala ku. Musik pun mengalun hingga inilah saat nya aku bernyanyi. “Am I still not GOOD ENOUGH???” nyanyi ku seraya berteriak mengeluarkan suara yang tinggi dan panjang. “Has she still not good enough? Has she still not worth that much? She said sorry for the way her life turned out. Sorry for the smile she’s wearing now. Guess she still not good enough.” Nyanyi ketiga sahabat ku seraya menunjuk ku. Sedangkan aku sudah mulai menangis. Ketiga sahabat ku langsung memeluk ku. “Calm down babe.” Kata Emil. Aul dan Jesi langsung pura-pura mengobrol. “Jadi guys, Airsya terlalu emosional pas nyanyi lagu ini. Wajar sih karna dia lagi ngerasain makna dari lagu ini. Dan kalian mungkin yang tau siapa pacar upsss ralat mantannya Airsya coba bilangin ke dia kalo dia ga pantes buat dapet orang sebaik Airsya.” Kata Jesi. “Yeah that’s true. Mungkin Sya’s menghujat orang itu karna pasti kalian tau siapa yang di maksud hahahaha!!” kata Aul. Aku langsung menghapus air mata ku dan berusaha tersenyum. “Guys, segini dulu ya lagu dari kami. Tunggu vidio kami di ig kami ya.” Kata ku seraya tersenyum. Emil langsung berjalan ke arah kamera ponselnya dan mematikannya. “Sya? Are you okay?” tanya Jesi. “Yeah, I’m okay.” Kata ku seraya tersenyum. “Udah jangan sedih lagi. Mendingan gini deh, lo sama Jesi nyoba bikin percobaan buat paket lemon. Gw sama Emil ngedit vidio nya.” Kata Aul yang ku jawab anggukan. Skip setelah selesai membuat percobaan Aku dan Jesi sedang berjalan ke rumah Bu Daniar untuk memberikan hasil percobaan masakan ku. “Assalamualaikum!!” Salam ku di depan pintu rumahnya. “Wa’alaikumsalam. Eh, Airsya dan Jesi. Ada apa?” tanya Bu Daniar. “Ini bu hasil percobaan kami. Coba ibu cicip ya bu nanti bilang ke kita apa yang kurang dan apa cocok untuk di jual.” Kata ku. “Wah iya. Ayo masuk dulu, nak.” Kata Bu Daniar. Kami langsung masuk ke dalam rumah dan melihat banyak orang yang kebanyakan tentara. “Bu? Rumahnya ramai. Apa ada acara?” tanya Jesi. “Bukan. Ini temen kerja nya anak ibu. Mereka lagi libur jadi berkunjung kesini deh.” Kata Bu Daniar. “Oh begitu ya bu. Apa ga sebaiknya kami pulang aja bu?” tanya ku. “Kalian mau langsung pulang? Sebentar ya.” Kata Bu Daniar yang kami jawab anggukan. Aku melihat ke sekeliling dan melihat banyak tentara yang sedang duduk di sofa dan sedang mengobrol. “Adrian? Itu tipe lo kan? Yang tinggi, seksi, cantik, dan pinter masak tuh kayaknya.” Kata salah seorang menunjuk ku dan Jesi. “Yang pakai kaca mata? Adrian mah ga suka.” Kata salah seorang teman si tentara itu. “Bukan. Itu yang sebelahnya.” Kata orang yang tadi menunjuk ku dan Jesi. “Heh! Jangan di godain. Dia anak kost nya emak gw. Lo mau di usir dadakan?” kata Ka Bimo yang baru keluar dari dapur seraya membawa totte bag. “Nih, Sya. Dari ibu buat kamu sama temen-temen kamu ya. Oh iya maafin temen kakak ya. Mereka emang suka ngeledek si Adrian yang belum punya pasangan.” Kata Kak Bimo yang ku jawab anggukan. “Gapapa kak. Yaudah kami pamit ya. Nanti bilangin Bu Daniar untuk komentar lewat WA hehehehe.” Kata ku yang dijawab anggukan. Aku dan Jesi langsung kembali ke kontrakan dan melihat Catlyn, Windi, Nabila, dan Adis yang sedang bernafas. “Kalian kenapa? Kayak abis tenggelem deh.” Kata ku seraya tertawa. “Iya gw abis tenggelam di lautan manusia. Gila tadi foto copy rame banget.” Kata Catlyn. “Alhamdulillah.” Kata Jesi seraya tersenyum. Ga aneh sih kalo foto copy mereka selalu ramai karna harga nya murah dan juga bukanya dari jam 3 sore sampai jam 8 malem. Tentu aja banyak yang mau memakai jasa mereka. Aku dan Jesi masuk ke dalam dan melihat kedua sahabat ku sedang tersenyum. “Sya? Liat deh. Mereka ngedukung lo.” Kata Aul memperlihatkan komentar yang menyemangati ku. “Besok juga ada kejutan buat mantan lo, Sya. Bahkan mungkin sama selingkuhannya.” Kata Jesi. “Lo mau apa Jes?” tanya ku. “Besok mereka dapet kejutan dari gw dan bocah. Pembalasan akan berjalan babe. Dia akan ngerasain karna di tempat.” Kata Jesi seraya tersenyum simpul. “Sya? Lo dulu pernah disakitin sama Maul juga kan? Dia ngapain?” tanya Aul. “Dia ngebohongin gw. Awalnya gw ga percaya kalau dia waktu itu bohongin gw demi ngejemput mantannya.” Kata ku tersenyum kecut. “Besok kita dateng pagi ya.” Kata Emil yang ku jawab anggukan. “Yaudah gw mau ke kamar dulu ya. Mau mandi.” Kata ku yang di jawab anggukan ketiga sahabat ku. Aku berjalan ke kamar ku dan mulai mengisi bath up dengan air dingin dan bunga melati yang sangat ku suka. Kalau aku lagi stress emang cuman bunga melati obatnya. Saat aku sedang mandi, aku mendengar suara dari ponsel ku. Aku langsung mengambilnya dan melihat notifikasi yang ada. Ternyata dari Bu Daniar. Lalu ga lama kemudian, aku mendapat telfon dari Bu Daniar. “Hallo, assalamualaikum.” Salam ku. “Wa’alaikumsalam, Sya. Ibu suka deh sama masakan kamu. Apa lagi yang es nya. Enak banget manis nya pas. Nah saran ibu sih buat yang puding aja, mendingan jangan di kasih s**u di atasnya nanti agak eneg.” Kata Bu Daniar. “Oalah okay bu.” Kata ku seraya tersenyum. “Kamu bawainnya kurang banyak, Sya. Temennya Bimo suka banget sama masakan kamu.” Kata Bu Daniar. “Waduh maaf bu. Karna Airsya kan ga tau kalau ada tamu di rumah ibu.” Kata ku. “Iya gapapa kok. Nih temennya Bimo lagi ngomongin kamu sama Jesi.” Kata Bu Daniar. “Hah?! Beneran bu? Waduh!!” kata ku kaget. “Iya. Tapi tenang aja mereka muji masakan kamu kok.” Kata Bu Daniar yang membuat ku tenang. “Yaudah, ibu lanjut masak lagi ya. Ini Bimo mau ngomong sama kamu.” Kata Bu Daniar. “Iya bu.” Kata ku. “Hallo, Sya?” aku mendengar suara Kak Bimo. “Iya kak. Maaf ya, Airsya bawanya sedikit. Airsya ga tau kalau di rumah Kak Bimo ada tamu.” Kata ku. “Iya gapapa kok. Kakak juga jadi ga enak ngerepotin kamu deh.” Kata Kak Bimo. “Enggak kok ka. Itu kebetulan Airsya, Emil, Jesi, sama Aul mau ada paket makanan terbaru nanti mau beli kue keringnya Bu Daniar. Ini biar tester kak. Takutnya keaseman atau mungkin ga enak.” Kata ku. “Enak kok, Sya. Apa lagi yang bikinnya manis.” Kata Kak Bimo. “Hahahaha! Kakak nih bisa aja.” Kata ku tertawa. “Hahaha, nanti malem kakak sama temen kakak nginep di rumah nanti kamu dateng ya, Sya. Ibu masak buat nanti malem makanya nyuruh kakak ngundang kamu.” Kata Kak Bimo. “Ok deh kak. Tapi nanti Airsya sama sahabat Airsya gapapa kan?” tanya ku. “Ya gapapa dong. Makin ramai malah makin bagus. Apa lagi kalo ramainya liat kita di pelaminan.” kata Kak Bimo. “Hahahaha! Udah ah, Airsya mau lanjut. Assalamualaikum.” Kata ku seraya memutuskan sambungan telfon. Aku tersenyum karna kelakuan Kak Bimo. Aku langsung memilih melanjutkan acara berendam. Kalau aku suka sama Kak Bimo salah ga ya? “Sya? Lo mandi lama banget deh. Gc! Gw mau panggilan alam.” Aku mendengar suara Emil dari luar. “Gw lagi berendam. Lo ke kamar mandi nya Jesi aja.” Kata ku. “Justru karna di pakai makanya gw ga kesana.” Kata Emil. Aku langsung menyudahi acara berendam ku. Aku langsung memakai handuk dan membuka pintu. “Asli lo ganggu kenyamanan gw. Tuh sana! Btw, kita di undang Bu Daniar makan malem di rumahnya.” Kata ku. “Ok deh.” Jawab Emil. Aku langsung keluar kamar mandi dan segera memakai baju ku. Aku mengecek ponsel ku yang memberi tau ada banyak notifikasi dari ** ku. Saat aku membuka nya, kebanyakan menyemangati ku dan ada juga yang menghujat Maul dan Fanya. Aku memilih tidak berkomentar dan segera keluar kamar. “Guys!! Nanti kita di undang makan malam di rumah Bu Daniar. Jangan lupa pakai baju yang sopan ya karna hari ini Ka Bimo bawa temennya ke rumahnya. Lumayan banya tadi kita liat mah.” Kata ku memberi informasi ke sahabat ku. “Ok deh. Nanti kompakan yuk pakai baju warna putih!!” ajak Catlyn. “Wih ide bagus. Ok deh kalo gw mah setuju.” Kata Jesi. “Tapi nanti gw ga bisa ikut. Hari ini Bryan ngajak gw ketemu orang tua nya.” Kata Windi. “Oh gitu. Eh kok gw baru nyadar kalo lo sama Bryan dah. Sejak kapan?” tanya Aul. “Minggu lalu gw sama dia jadian. Ya lo kan tau sendiri gw sama dia emang udah pdkt dari kelas 10.” Kata Windi yang kami jawab anggukan. “Sya? Tadi kata lo, Ka Bimo bawa temennya ke rumah dia?” tanya Catlyn. “Iya. Ngapa dah?” tanya ku. “Lo kayak ga tau Catlyn aja sih, Sya. Dia kan naksir sama Ka Bimo.” Kata Nabila yang membuat ku kaget. Jadi Catlyn suka Ka Bimo?? “Wah! Beneran tuh Cat?” tanya ku. “Ya gitu deh.” Kata Catlyn. “Baru aja mau gw gebet.” Kata ku. “Hah?! Beneran?! Jangan dong, Sya.” Kata Catlyn. “Iya enggak elah.” Kata ku seraya tertawa. “Sya? Besok lo jadi mau jualan?” tanya Adis. “Iya jadi. Tiap senin sama kamis jualan paket lemonnya.” Kata ku. “Wah ga sabar deh.” Kata Nabila. “Si Emil mana?” tanya Jesi. “Dia lagi panggilan alam. Gw lagi mandi di gangguin.” Kata ku. “Oalah. Yaudah kita siap-siap aja. Ini udah jam setengah tujuh. Mendingan kita siap-siap!” kata Catlyn. Aku langsung kembali ke kamar dan memakai kaos dan celana pendek yang tadi ku beli. Aku menguncir rambut ku dan setelah itu, aku mengambil flat shoes ku. Aku melihat Emil keluar dari kamar mandi. “Gc! Bu Daniar udah nunggu kayaknya.” Kata ku. “Iya deh, Bu Komandan.” Kata Emil. “Pakai baju putih, Mil. Kita kompakan.” Kata ku. “Ok deh. Gw pakai baju yang tadi gw beli aja.” Kata Emil. “Sip deh. Gw tunggu di bawah yah. Baju nya yang sopan!” kata ku. “Iya, Airsya Adriana.” Jawab Emil. Aku langsung keluar kamar dan duduk di sofa ruang tv. Aku melihat notifikasi dari ** ku. Aku melihat banyak yang nge-direct massage ku. Kebanyakan nanya apa yang di lakuin sama Maul. Ya! Hubungan aku dan Maul memang udah bukan rahasia lagi karna satu sekolah tau hubungan kami begitu juga dengan keluarga ku dan keluarga dia juga. Aku memilih membaca aja tanpa berniat membalasnya. “Sya? Lo putus sama Maul?” tanya Adis. “Yaps.” Jawab ku. “Kenapa? Lo berantem?” tanya Nabila. “Lebih dari itu.” Aku mendengar suara Jesi. Aku melihat tatapan bingung cari Catlyn, Windi, Nabila, dan Adis. “Maul nyia-nyiain Airsya demi cewek lain.” Kata Jesi. “What?! Beneran?! Anjir! Kok jahat sih!!!” Kata Catlyn yang hanya ku balas senyuman. “Biarin aja dia begitu.” Kata ku tersenyum. “Besok dia kena karma di tempat kok.” Kata Aul. “Guys! Kuy ke rumah Bu Daniar!!” Ajak Emil. Aku langsung menutup pintu kontrakan setelah ketujuh sahabat ku keluar. “Hola guys!!” Aku melihat Bryan turun dari motornya. “Yo!” Jawab kami. “Gw duluan ya beb.” Kata Windi. “Iya gih sono. Kalo bisa mah nginep disana.” Kata Catlyn. Windi hanya memutarkan bola mata nya lalu pergi bersama Bryan. “Kuy!!” Ajak ku. Kamipun berjalan ke rumah Bu Daniar. Aku berjalan di paling belakang karna aku sambil mendengarkan musik lewat headset. Jarak rumah yang tidak begitu jauh membuat kami sampai di depan rumah Bu Daniar dan aku melihat ada 6 orang lelaki berseragam loreng sedang duduk di teras rumah Bu Daniar. “Assalamualaikum!” Kami mengucapkan salam. Ke-enam lelaki itu langsung menengok dan memperhatikan kami. “Wa’alaikumsalam. Eh? Yang di undang Bu Daniar ya?” tanya salah satu dari mereka. Aku dan keenam sahabat ku menganggukan kepala. “Silakan masuk.” Tiba-tiba ada Kak Bimo di depan pintu. “Kak Bimo!!” Sapa Catlyn. “Hai, Catlyn!! Udah lama ya ga ketemu!!” kata Kak Bimo tersenyum. “Yaiyalah gimana mau ketemu kalo kakak aja tiap pulang ga pernah keluar.” Kata Catlyn. “Hehehehe kakak bawa teman kakak nih. Itu yang paling pojok namanya Adrian Milliano, yang tadi sore ngegodain Airsya namanya Fandi, yang duduk disana nama nya Arya, tuh yang megang gitar nama nya Rifqi, yang sebelahnya Rizqi. Nah yang tiga itu namanya, Lilo, Andi, Moza.” Kata Kak Bimo memperkenalkan teman-temannya. “Oh gitu ya kak.” Jawab Nabila. “Guys! Kenalin, ini namanya Catlyn, itu yang pakai dress putih Nabila, yang pakai kacamata namanya Adis. Nah yang pakai jaket namanya Aul sebelahnya Emil. Nah kalau ini yang tadi digodain Fandi namanya Airsya. Sebelahnya, Jesi. Awas kalian kalo godain mereka. Gw usir dadakan nanti.” Kata Kak Bimo. “Iya, Pa Kades.” Kata ke-enam teman Kak Bimo eh ralat kelima maksudnya. Aku melihat teman Kak Bimo yang bernama Adrian sedang fokus dengan ponselnya. “Bimo? Airsya sudah datang?” aku mendengar suara Bu Daniar memanggil Kak Bimo. “Udah, bu.” Kata Ka Bimo. “Mbok ya di suruh masuk! Nanti di lalerin.” Kata Bu Daniar. “Iya, bu. Ini juga udah masuk.” Kata Kak Bimo. “Kalian masuk gih!” kata Kak Bimo. “Okay deh kak.” Kata ku seraya tersenyum. Aku dan ke-enam sahabat ku langsung masuk ke dalam dan melihat Bu Danar yang sedang memasak. “Bu? Masih masak? Ada yang bisa Airsya bantu?” tanya ku. “Eh iya. Ada kok,Sya. Tolong kamu tumisin kangkungnya ya. Ibu keteter banget. Temen bimo yang dateng banyak juga makannya. Ibu jadi takut kurang.” Kata Bu Daniar. “Yaudah Airsya bantu ya, bu.” Kata ku. Aku langsung membantu Bu Daniar memasak kangkung. “Bu? Perlu Airsya bikinin minuman ga bu?” tanya ku. “Ga usah, Sya. Nanti mereka minum air putih aja.” Kata Bu Daniar. Aku tersenyum dan kembali melanjutkan membantu Bu Daniar. Setelah kangkung sudah selesai, aku melihat Bu Daniar yang sedang menggoreng kentang. “Bu? Mau bikin apa?” tanya ku. “Perkedel, Sya.” Kata Bu Daniar. “Wah!!! Airsya aja bu yang bikin. Dulu pernah di ajarin mama.” Kata ku. “Wah, ok deh. Ibu lanjut goreng ayam ya.” Kata Bu Daniar yang ku jawab anggukan. Aku langsung melanjutkan menggoreng kentang dan setelah matang, aku langsung menghaluskannya dan menambahkan telur serya kornet atau daging cincang lalu aku aduk lagi hingga merata. “Bu? Perkedel nya mau kecil atau besar?” tanya ku. “Ukurannya kecil aja, Sya. Jadinya bisa bikin banyak.” Kata Bu Daniar. “Ok deh bu.” Kata ku. Aku langsung membentuk adonan yang sudah ku siapkan dalam bentuk bola-bola lalu aku goreng. Setelah siap, aku langsung menyajikannya di piring. “Bu, Kangkung nya Airsya sajiin di mangkuk ya, bu.” Kata ku seraya menuang kangkung yang sudah matang ke mangkuk. “Yuk, Sya! Pasti mereka udah laper.” Ajak Bu Daniar yang ku jawab anggukan. Aku langsung tersenyum dan membawa piring untuk nanti menjadi alas makan. Aku langsung berjalan ke meja makan setelah aku meletakan makanan di meja, aku mau kembali ke dapur namun tanpa sadar aku menginjak lantai yang basah dan aku terjatuh tapi kok ini ga sakit ya?? Aku membuka sedikit mata ku dan melihat seseorang di depan ku. Kalau ga salah, namanya Adrian deh yang tadi dikenalin Kak Bimo. “Eh, makasih ya kak. Maaf jadi ngerepotin.” Kata ku langsung berdiri tegak. “Kamu ceroboh. Coba kalo jalan tuh pakai mata.” Kata dia. Ck! Masih mending aku ngucap ‘makasih’ dan untungnya muka nya ganteng. Kalo enggak mah udah aku cakar mukanya. “Iya maaf. Tadi ga sengaja jatuh doang.” Kata ku seraya mengalihkan pandangan ku. “Rian? Kenapa si Airsya?” tanya Bu Daniar. “Dia ceroboh, tant. Hampir aja jatuh tadi.” Kata dia seraya tersenyum ke Bu Daniar. “Sya, kamu jangan kayak gitu ya. Kan nanti kalau kamu jatuh bisa-bisa pinggang kamu sakit. Yaudah gapapa. Rian? Panggil Bimo dan teman-teman kalian ya. Sama jangan lupa ajak sahabatnya Airsya juga!” Kata Bu Daniar. “Iya, tant.” Kata Kak Adrian seraya berjalan ke teras. “Sya? Kamu ga ada yang sakit kan?” tanya Bu Daniar yang ku jawab gelengan kepala ku. “Yaudah kamu nanti mau ga bantu ibu nyajiin makanan ke piring? Karna kan ga mungkin mereka ambil sendiri-sendiri.” Kata Bu Daniar. “Iya, bu. Airsya mah gapapa kok.” Kata ku seraya tersenyum. Aku dan Bu Daniar langsung berdiri di pintu dapur menunggu keenam sahabat ku, Kak Bimo dan teman-temannya datang ke ruang makan. “Wih!! Siapa yang masak, tant?” tanya Kak Fandi seraya menatap makanan yang sudah tersaji di meja makan. “Airsya.” Kata Bu Daniar. “Aih, enggak kok. Bu Daniar yang masak. Airsya mah cuman bantu di kangkung sama perkedel.” Kata ku seraya tersenyum. “Udah, yang terpenting kita bisa makan sekarang. Yuk!!! Lilo udah laper.” Kata Kak Lilo. Mereka langsung duduk di kursi sedangkan aku dan Bu Daniar langsung menyajikan makanan ke piring. Dan saatnya aku menyajikan makanan ke piringnya Kak Adrian. “Nasi nya kurang ga kak?” tanya ku ketika menaruh nasi di piringnya. “Enggak.” Katanya singkat. Aku menganggukan kepala ku lalu lanjut ke yang lain. Bu Daniar sedang menyajikan kangkung ke piring. Aku dan Bu Daniar memilih menyajikan lauknya satu persatu. Dan saat semua udah kebagian, aku dan Bu Daniar duduk di kursi kami. “Bimo atau Adrian yang mau memimpin do’a?” tanya Bu Daniar. “Adrian aja. Bu.” Kata Kak Arya. “Ok, Adrian.” Kata Bu Daniar. Kak Adrian langsung menundukan kepalanya. “Bismillahirahmannirrahim, ya allah ya tuhan ku di hari ini kau memberikan kami banyak rizki mu. Hari ini pula, kami berada di kediaman teman kami, Bimo. Di hadapan kami ada makanan. Jadikan lah makanan ini sebagai rizki mu yang menghasilkan banyak manfaat dan banyak rizki bagi kami semua. Allahumma barik lanaa fimaa razaqtanaa waqinaa adzaa bannar. Aammiin ammiin ya rabbal allamin.” Ucap Kak Adrian. “Aammiinn.” Ucap kami semua. Kami langsung makan dengan khikmad sampai tiba-tiba Kak Bimo bangun dan menghampiri ku. Mungkin dia mau ngambil perkedel yang ada di depan aku. “Sya?” aku mendengar Kak Bimo memanggil. Aku menengok dan tersenyum. “Iya, kak. Kenapa?” tanya ku. Kak Bimo langsung duduk di lantai di samping ku lalu mengelus tangan ku. “Sya, kakak suka sama kamu. Ralat ini bukannya suka. Tapi cinta. Kakak akan tunggu kamu siap.” Kata Kak Bimo yang membuat ku kaget dan mematung. Brukk!!! Aku mendengar suara kursi yang bergeser, saat aku nengok ternyata Catlyn yang berdiri. “Cat, sumpah gw ga tau.” Kata ku. Catlyn langsung berjalan keluar rumah. Aku menengok ke Kak Bimo. “Maaf, kak. Airsya ga bisa. Ada seseorang yang nunggu kakak selama 3 tahun ini. Dan itu Catlyn, kak. Airsya ga bisa nerima kakak. Maaf ya kak.” Kata ku seraya melirik Bu Daniar. “Bu? Airsya duluan ya. Maaf kalau ganggu suasana makan malamnya.” Kata ku seraya salim ke Bu Daniar. “Iya, gapapa kok.” Kata Bu Daniar. Aku tersenyum lalu segera berdiri. “Maaf ya semua. Saya harus duluan. Assalamualaikum.” Kata ku seraya berjalan keluar rumah. “Lyn!! Tungguin gw!!!” Panggil ku. Catlyn berhenti dan aku langsung menghampirinya. “Lo temen makan temen tau ga?! Lo ambil cowok yang gw taksir sejak kelas 10!!” kata Catlyn. “No, I don’t. Kak Bimo emang nembak gw? Kan enggak. Dia cuman bilang kalo dia cinta sama gw dan dia siap nunggu. Tenang, gw udah nolak dia.” Kata ku. “Kenapa lo tolak? Kan kriteria lo.” Kata Catlyn. “Gw ga akan mau ngerusak pertemanan karna cowok.” Kata ku singkat. Tapi ga tau kenapa, Catlynmalah lari yang membuat aku harus mengejarnya. Aku masuk ke kontrakan dan melihat Catlyn yang sedang merapiihkan kopernya. “Cat? Lo mau kemana?” tanya ku. “Gw mau pergi. Gw ga mau ngerusak hubungan lo sama Kak Bimo.” Kata Catlyn. “Cat, ga perlu. Ya ampun gw kan udah bilang ke lo kalo gw nolak Kak Bimo. Lo kenapa ga ngerti sih!!” kata ku. “Gw ga ngerti?! Lo!! Lo yang ga ngerti!!” kata Catlyn. “Gw ga ngertiin lo? Dimana nya woy?! Gw nolak Kak Bimo karna gw tau lo suka ke dia!” kata ku. “Lo pasti ngasih harapan ke Kak Bimo makanya dia suka sama lo!!” kata Catlyn. “Gw? Gw ngasih perhatian ke Kak Bimo?! NIH CEK HP GW!!!” kata ku seraya melempar ponsel ku ke Catlyn. “Ga perlu. Udah basi!” kata Catlyn. “Hidup lo ribet!! Bikin gw puusing! Terserah lo deh mau kayak gimana sekarang! Gw minta maaf ke lo. Malah ga di maafin! Sekarang sekarep mu!!” kata ku kesal.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD