Salah Paham II

2233 Words
Airsya P.O.V “Cat? Jangan pergi!!” aku mendengar suara Jesi. “Jes, nih coba lo liat hp gw dan cek! Apa gw ngasih perhatian ke Kak Bimo! Cek!” kata ku kesal. Jesi langsung mengecek ponsel ku. “Cat, asli ini hp Airsya kosong. Emang dia chat sama Kak Bimo tapi Kak Bimo cuman minta maaf ke dia karna tadi sore, temennya gangguin Airsya.” Kata Jesi. “Denger!!” kata ku kesal. “Cat, lo mau kemana?” tanya Emil dari luar kamar. “Mau pergi. Muak gw disini.” Kata Catlyn. “Muak? Sama Airsya?! Hidup lo terlalu alay!” Kata Aul kesal. “Kok lo jadi ngatain gw alay sih?! Gw ga alay! Gw cuman ga terima sama ini semua!” kata Catlyn. “Lyn, lo jangan pergi. Nanti lo mau tinggal dimana?!” kata Adis. “Gw bisa nyewa apart. Yang terpenting gw ga sama mereka.” Kata Catlyn menunjuk aku, Jesi, Emil, dan Aul. “Lha? Ngapa jadi gw sama Emil di bawa-bawa? Situ sehat?” tanya Jesi. “Lo sahabatan sama Airsya jadi pasti pemikiran lo sama kayak Airsya. Buktinya Aul aja ngatain gw alay. Dia ga tau sih rasanya jadi gw yang ngeliat cowok yang dia suka nembak sahabatnya sendiri.” Kata Catlyn. “Mata lo keseleo! Lo ga inget sama Bandi? Yang jadian sama Kak Sarah?! Gw juga tau rasa nya! Tapi ga ngedrama kayak lo.” Kata Aul kesal. “Sekarang terserah lo. Lo mau pergi, monggo!” kata Emil kesal. “Kalo Catlyn pergi, gw juga pergi.” Kata Nabila. “Sekarep kalian lah. Bingung gw sama kalian.” Kata Aul. Aku mendengar suara motor berhenti di depan kontrakan kami. Dan ternyata itu Windi. “Guys? Kenapa? Lyn? Lo mau kemana?” tanya Windi. “Mereka mau pergi dari sini, Win.” Kata ku. “Lho? Kenapa?” tanya Windi. “Tanya aja sama nih cewek.” Kata Catlyn menunjuk ku. “Win, coba lo baca WA gw sama Kak Bimo!” kata ku memberikan ponsel ku. Windi langsung membaca chat-an ku dengan Kak Bimo. “Ok. Terus?” tanya Windi. “Jadi Kak Bimo nembak gw wait actually gw ga tau itu dia nembak atau enggak. Yang pasti dia nyatain perasaannya ke gw. Gw udah nolak dia tapi Catlyn tetep marah sama gw dan dia mau pergi.” Kata ku menjelaskan. “Cat? Lo kenapa mau pergi?” tanya Windi. “Lo masih bodoh aja sih udah kelas 12. Dia ngambil cewek gw b**o!!” kata Catlyn. “Cat! Gw kan udah bilang kalo gw ga tau si Kak Bimo bakal nembak gw. Lagi pula udah gw tolak juga.” Kata ku. “Udah, Sya. Sekarang terserah dia mau pergi atau enggak dari sini.” Kata Jesi. “Gw akan tetep pergi.” Kata Catlyn. “Silakan. Pintu keluar nya sama kok kayak pintu masuk.” Kata Aul. Catlyn langsung menarik koper nya. “Cat, Tunggu! Gw ikut lo.” Kata Nabila. “Gw juga.” Kata Windi. “Win? Lo serius?” tanya Aul. “Sorry, Sya. Gw harus ikut sama Catlyn dan Nabila. Orang tua nya nitipin dia sama gw dan Adis. Kalau kami ga ikut mereka, kami mau jawab apa ke orang tua mereka. Maaf ya sekali lagi.” Kata Windi. “Yaudah kita hargain keputusan kalian.” Kata ku seraya tersenyum.   Setelah mereka pergi, aku terduduk lemas di sofa ruang tv. Ketiga sahabat ku langsung menghampiri ku. “Lo ga salah, Sya. Catlyn yang salah ngartiin perkataan lo.” Kata Jesi yang ku jawab anggukan. “Udah mendingan kita tidur yuk. Udah jam 8. Besok kita harus berangkat pagi.” Kata Emil. “Iya, Sya. Yuk!!” kata Aul. Aku menganggukan kepala ku dan berdiri. Saat aku memegang ponsel ku, tiba-tiba masuk satu notifikasi. Ternyata dari Kak Bimo. Baru mau aku bales, eh dia malah nelfon. “Assalamualaikum.” Aku mendengar suara Kak Bimo. “Wa’alaikumsalam. Kenapa kak?” tanya ku. “Sya? Kamu berantem ya sama Catlyn? Maafin kakak ya.” Kata Kak Bimo. “Kakak cuman ngasih tau perasaan kakak. Ga salah kok. Catlyn pergi dari rumah.” Kata ku. “PERGI?! Maafin kakak ya.” Kata Kak Bimo. “Kakak ga ada niatan mau nyari Catlyn kak?” tanya ku. “Enggak. Maaf ya, Sya. Kakak tuh suka sama perempuan kayak kamu. Bukan yang supel ke semua orang.” Kata Kak Bimo. “Tapi kenapa kakak gak coba dulu deketin Catlyn? Dia kan emang supel kak tapi dia bukan cewek gampangan kok.” Kata ku meyakinkan Kak Bimo. “Ok deh kakak ikutin saran kamu.” Kata Kak Bimo. “Maaf ya kak, Airsya cuman anggap Kak Bima sebagai kakak Airsya.” Kata ku. “Iya, kakak ngerti kok.” Kata Kak Bimo. “Ya udah, Airsya mau tidur dulu ya kak. Assalamualaikum.” Kata ku mengucapkan salam. “Sya? Kak Bimo ngapain?” tanya Jesi. “Cuman minta maaf karna dia, gw sama Catlyn berantem.” Kata ku. “Oalah yaudah yuk kita tidur. Besok gw mau bikin karma buat Maul.” Kata Jesi. Aku tersenyum dan segera ke kamar ku. Aku langsung membersihkan muka ku dan sikat gigi lalu aku ganti baju dengan baju satin lalu mulai tidur.   Skip keesokan harinya   Aku sudah siap dengan seragam ku. Dan aku sedang menunggu ketiga sahabat ku yang masih di kamarnya. Aku memilih mengecek ponsel ku dan melihat ada notif dari Maul dan Fanya. Aku rasa nya mau ketawa ngeliat chat dari Maul dan Fanya. Mereka kayak orang yang udah selingkuh dan ketahuan sama warga se-RT. “Sya? Lo kenapa? Kok ketawa?” tanya Jesi. Aku hanya tersenyum dan memperlihatkan chat dari Fanya dan Maul. “Wah! Lo SS sekarang nanti kita print. Bagus nih biar anak-anak sekolah tau sifat Maul sama Fanya yang keliatan polos tapi ternyata Ular.” Kata Jesi. “Kayaknya ga perlu deh, Jes.” Kata ku. “Gapapa. Ini biar mereka ngerti kalo setiap perbuatan pasti ada balasannya.” Kata Jesi. “Yaudah deh iya gw terima jadi aja dah yah.” Kata ku. Aku melihat kedua sahabat ku yang baru keluar dari kamar nya. “Morning!” sapa mereka seraya berjalan ke arah ku dan Jesi. “Morning juga!” sapa kami seraya tersenyum. “Kalian kenapa?” tanya Aul. “Lo harus baca! Ada bukti yang bisa bikin Maul sama Fanya makin di hujat.” Kata Jesi seraya tersenyum. “Wah!!! Sip kita harus print!!” kata Aul yang dijawab senyuman Jesi. “Apa ga keterlaluan?” tanya Emil yang ku jawab anggukan. “Udah tenang aja. Mereka harus kita kasih pelajaran.” Kata Aul. “Iya,Sya. Ini saatnya mereka tau siapa lo sebenernya. Lagian mungkin Maul bakalan kaget pas tau siapa nama lo.” Kata Emil seraya berjalan ke arah ku. “Gw ga minat pamer nama gw, Mil. Dah lah yuk kita buruan berangkat. Jadi mau ngeprint?” tanya ku. “Jadi dong.” Kata Jesi. Kami langsung berangkat dan mampir sebentar ke fotocopy. Skip saat sudah sampai sekolah   Kami sudah sampai di sekolah dan ya pasti suasana sekolah masih sepi karna masih jam setengah 7 pagi. “Kalian duluan aja ke kelas. Urusan Maul dan Fanya biar gw sama Jesi yang urus.” Kata Emil yang ku jawab anggukan. “Jes? Lo yakin?” tanya ku. “Sya, percaya sama kita. Lo akan save. Lo tau siapa gw. Dan semua pun ga akan ada yang macem-macem ke lo. Lagian ini biar seluruh sekolah tau siapa Maul dan Fanya.” Kata Jesi. “Ok. Gw serahin ke kalian. Tapi saran dari gw, jangan keterlaluan ya.” Kata ku yang dijawab anggukan Emil dan Jesi. “Ayo, Sya!” ajak Aul. Kami berjalan ke kelas sedngkan Jesi dan Emil ke ruang audio yang biasanya di pakai untuk menginformasikan pengumuman. “Sya? Lo kok kayak ragu sih?” tanya Aul yang sepertinya ngeliat aku ragu-ragu gitu. “Iya, Ul. Gw ragu. Walaupun Maul udah nyakitin gw, dia tetep pernah ada di hati gw. Ralat! Masih ada di hati gw.” Kata ku. “Sya, sakit hati emang akan selalu sakit kalo masih di kenang. Tapi indah kalo ada penggantinya. Ini saatnya lo move on dari dia.” Kata Aul. Aku hanya tersenyum menatap sahabat ku. Ya! Ketiga sahabat ku yang selalu bisa nenangin aku kalau aku lagi ragu dalam segala masalah.   Aku dan Aul berjalan menaiki tangga dan melihat seseorang berdiri di depan pintu kelas. “Mau ngapain sih nih cowok? Ga tau malu banget.” Kata Aul kesal. “Maul!” panggil Aul. Ya! Yang menunggu di depan pintu adalah Maul. Aul langsung berlari dan langsung mendorong Maul. “Pergi! Lo ga pantes ada di depan gw sama Airsya!” kata Aul mendorong Maul. “Sya! Dengerin gw dulu, Sya!!” kata Maul. Aku memilih berdiri di depan pintu dan menatap Maul. “Ul? Udah lepasin. Dia mau ngomong sama gw. Lo duluan aja.” Kata ku menyuruh Aul duluan. “Enggak. Gw tunggu disini.” Kata Aul. “Yaudah gapapa.” Kata ku. Aku langsung menatap Maul yang berdiri didepan pintu. “Mau ngomong apa?” tanya ku. “Sya, gw masih sayang sama lo.” Kata Maul. “Semalem yang chat gw siapa? Yang bilang ga nyesel udah nyakitin gw. Yang ga nyesel milih Fanya di banding gw. Hah! Siapa?!” bentak ku. “Gw.” Jawabnya singkat. “Siapa yang udah nyakitin gw dua kali?” tanya ku. “Gw.” Jawabnya. “Siapa yang udah ngejelek-jelekin gw? Siapa yang udah manfaatin gw biar tenar?! Siapa?!” bentak ku. “Gw.” Jawab Maul lagi. “Hitung udah berapa kata ‘GW’ yang lo jawab!” kata ku. “Tiga.” Jawabnya singkat. “Orang punya kesempatan kedua. Tapi ga ada kesempatan ketiga.” Jawab ku. “Ada kalo orang yang disakitin mau ngasih kesempatan.” Jawab Maul. “Dih, emang lo siapa bisa minta ke gw.” Kata ku singkat. Aku melihat Maul yang terdiam menatap ku. “Sya, please.” Kata Maul. “No. Balik sama lo itu sama aja kayak nonton film dua kali. Pada akhirnya juga bakalan tau ending nya gimana. Jadi ada baiknya ga usah di ulang-ulang. Kalo film favorit mungkin akan gw tonton berkali-kali tapi sorry, bagi gw lo bukan mantan terfavorit gw. Dan juga ga akan ada kesempatan kedua bahkan ketiga buat mantan favorit.” Kata ku seraya melirik Aul yang tersenyum.   “Gimana, Sya? Udah?” tanya Aul yang ku jawab anggukan. “Urus hubungan lo sama Fanya. Lo udah cukup tenar juga. Jadi ga perlu andelin Airsya. Tenar dengan cara lo sendiri itu lebih baik di banding tenar karna ketenaran orang lain.” Kata Aul. Kami langsung masuk ke kelas dan duduk menunggu Jesi dan Emil. Aku menatap pintu berharap semoga Catlyn datang ke kelas karna aku mau ngejelasin ke dia tapi kayaknya dia ga dateng. “Ul? Catlyn ga masuk?” tanya ku. “Ga tau, Sya. Tapi kayaknya iya deh. Gw chat Windi dulu ya.” Kata Aul seraya memainkan ponselnya. Aku menatap Aul dan melihat di pintu sudah ada Jesi dan Emil. “Kalian udah selesai ngebales Maul?” tanya ku yang mereka jawab anggukan.”Guys, tadi gw dapet kabar dari ayah katanya ada 4 murid yang pindah sekolah.” Kata Jesi. “Siapa?” tanya ku. “Ayah belum jawab, Sya.” Kata Jesi. Aku melirik Aul yang sedang senyum-senyum sendiri menatap ponselnya. Kenapa dia? “Ul?” panggil ku yang sepertinya dia ga sadar kalau lagi di panggil. Aku menatap Emil dan Jesi yang terlihat bingung hingga kami memiliki ide jahil untuk sahabat kami ini. “1..2..3..!!” Aba-aba ku seraya perlahan ke belakang Aul begitu juga dengan kedua sahabat ku. “AULIA!!!!” Teriak kami bertiga yang membuat Aul kaget. “Leo!!” Teriak Aul kaget. “Oh! Jadi Leo toh. Pantesan aja cengengesan terus kayak orang bucin tingkat dewa!!” kata Jesi. “Hehehehehe, ya abisnya kalian kan tau gw PDKT sama dia udah hampir 1 tahun.” Kata Aul yang kami jawab anggukan. “Tenang aja, Ul. Nanti pasti kita bantuin.” Kata Jesi. “Iya deh.” Kata Aul.   “Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh, teruntuk anak-anak yang ibu banggakan dan para guru dan staff sekolah di harapkan segera ke lapangan! Kita akan mengadakan upacara memperingati hari kemerdekaan Indonesia!” Aku mendengar suara kepala sekolah. “Yuk gc!” ajak ku. Ketiga sahabat ku segera mengeluarkan topi nya dan kami langsung menuju ke lapangan. “Eh, eh! Kalian liat Mading ga?” aku mendengar beberapa anak mulai membicarakan mading. “Iya tadi gw liat. Gila ya, Fanya yang kita kira polos ternyata PHO. Jijik jadinya eewwhh.” Kata salah seorang siswi. “Gw lebih mikirin perasaan Airsya. Ga kebayang gimana jadi dia. Maul kayaknya sering tau bikin Airsya kesel tapi tetep aja di hormatin sama Airsya. Tapi Maul always myakitin Airsya. Jadi bingung gw sama isi otak Maul. Apa isinya cuman cara nyakitin cewek atau ada yang lain?’ kata siswi satu nya. “Gila sih Ka Maul nyia-nyiain cewek kayak Ka Airsya. Gw aja ngincer Ka Airsya tapi ga bisa.” Kata salah seorang siswa. Aku memilih diam bersama ketiga sahabat ku dan mencari barisan. Upacara pun di mulai walau aku harus mendengar suara murid disini yang ngegibah secara diam-diam. Sampai tanpa terasa, Upacara Peringatan Hari Kemerdekaan sudah selesai dan para murid di perbolehkan kembali ke rumah masing-masing.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD