part 13 - kredit

961 Words
Feby terbangun dengan keadaan tertidur di sofa, ia pun mencoba mendudukkan dirinya pelan-pelan. Dan mengedipkan matanya beberapa kali. Ia melihat jam gantung di dinding rumah ini, ia masih ingat ini adalah rumah Leindra. Tapi ia luar biasa terkejut melihat jam menunjukkan pukul tujuh pagi. Dia masih harus sekolah hari ini! Buru-buru lah ia bangkit berdiri walaupun sempat terduduk lagi karena kakinya masih sakit. setelah itu, ia mengambil barang-barangnya tanpa melihat penampilannya, ia seperti anak gadis baru kehilangan kegadisannya dalam satu malam sekarang. Tapi ia baru sadar, motornya tidak ada di depan, motornya ada dimana??? Ia pun menaiki tangga dengan kaki kanan yang lebih dominan dari pada kaki kirinya, karena kaki kiri nya tidak bisa ditahan dengan lama. Ia mau ke kamar Leindra, yang dalam ingatannya tidak salah lagi pasti Daddy's room di seberang kamar Elang adalah kamar Leindra. Ia pun mengetuk pintu itu. Tapi tidak ada yang membukakan pintu tersebut. Akhirnya ia mencoba untuk mengetuk lagi, dan benar pintu terbuka. Ada yang menarik pintu tersebut dari belakang. Terlihat lah Leindra yang hanya mengenakan handuk pas di pinggangnya dan juga ada handuk kecil yang melingkar di lehernya. Feby pun reflek tercengang dan menutup matanya dengan jari-jari tangan yang tidak tertutup rapat. Ya,lumayan buat ngintip sedikit. Ini terlalu bagus untuk dilewatkan. Pikir Feby dengan mata yang tak dapat berkedip lagi. Bagaimana bisa berkedip? Pasalnya, badan leindra sangat muscular. Tidak terlalu berotot sih, tapi kekar-kekar enak di peluk gitu. Paham tidak? Cukup lama dengan adegan itu, suara pria di depannya ini pun membangunkan Feby,  "Maaf saya baru selesai mandi, kamu... Bisa naik kesini?"  Tanya Leindra sambil memperhatikan kaki Feby yang sedikit ditahan, bahkan gadis di depan Leindra ini berdiri miring. Feby pun jadi ikut melihat kakinya, yang benar saja, walaupun motornya ada di depan, tapi ia tetap akan sulit mengendarai motor nantinya. Minimal saat standard motor dinaikkan, kakinya harus bisa memapah untuk keseimbangan awal. Feby pun menghela nafasnya pelan dan menunduk. "Motor saya, dimana ya?"  Tenang, Feby masih ingat kalau motornya dalam keadaan parah kemarin, tapi kata Leindra kan pria itu yang akan memperbaiki motornya. Feby kembali teringat separah apa stirnya rusak dan kelecetan yang ada, pasti harga memperbaikinya mahal sekali. "Oh itu, tunggu sebentar ya, saya pakai baju dulu," kata Leindra sambil menutup pintu kamarnya lagi. Yah, ditutup, ga pake baju jugo dak papo dak sebenarnyo.  Batin Feby nakal. Kalau begini terus jangankan hati nya yang mau jatuh, jantungnya juga senam sendiri. Feby menyender pada dinding dekat pintu kamar Leindra. Entah mengapa ia jadi menuruti kata pria itu untuk menunggu. Tidak sampai tiga menit, Feby mendengar suara decitan pintu dan ia pun menoleh ke arah pintu. Alamak jang e.. Bah bening kali. Batin Feby begitu melihat Leindra keluar sambil merapihkan baju kaos abu-abunya yang sedikit terangkat. Lalu Leindra pun mengajak Feby turun pelan-pelan. Bahkan pria itu ingin memapah Feby, tapi Feby yang tidak mau takut khilaf, ah bukan. Karena Feby bisa sendiri. Setelah menuruni tangga, Leindra pun menyuruhnya tunggu sebentar karena motornya sedang diambilkan, Ia dan Leindra pun berbincang sedikit. "Motor kamu rusaknya parah, stirnya pengkang, lampunya pecah, trus plat nomornya juga miring-miring."  Feby meringis mendengarnya, Biayanya berapa nanti... Hanya itu yang ia pikirkan. Tiba-tiba ada motor jenis vespa modern atau kata lainnya seperti honda jenis retro scoopy datang di hadapan mereka dibawakan oleh suruhan Leindra. "Jadi saya putuskan, saya belikan kamu motor baru saja, yang lama saya buang." Bagaikan bunyi gong yang dipukul, Feby langsung terduduk di tangga luar rumah. "Loh kamu kenapa? Kaki kamu sakit lagi?!" Tanya Leindra sedikit panik, pria itu memegang lengan Feby yang sedikit bergetar dan bertambah kaget begitu melihat mata Feby yang sedikit berair. "Loh? Kamu nangis!" Baru pertama kali Leindra berhadapan dengan gadis yang menangis, ia tidak bisa menenangkan manusia selain Elang. "Motor saya itu belum lunas pak, cicilannya tinggal tiga bulan lagi,  Terus sekarang bapak belikan saya motor baru lagi? Saya nyicil nya gimana lagi pak? Ngulang lagi? Saya ga mau motor ini, saya mau motor yang lama pak," Ucap Feby sambil berurai air mata. Sedih sekali rasanya, ia menyicil motor itu dengan jerih payahnya sendiri, tapi sekarang disuruh nyicil ulang? Leindra mengernyitkan dahinya. Awalnya ia kira Feby menangis karena terharu dibelikan motor baru, eh ternyata pikiran Feby melenceng, memangnya Feby kira Leindra tukang kredit apa? Leindra menggaruk tengkuknya sendiri. "Motor kamu itu ibarat katanya hanya tinggal buntang kalau kata orang minang, mau kamu apakan lagi memangnya?" Memang benar, motor Feby itu sudah seperti bangkai. Apa lagi yang mau dibetuli kalau stirnya saja sudah rusak parah hingga pengkang, bahkan Leindra sendiri penasaran, memangnya motor itu diapakan dengan Feby sampai bisa seperti itu? "Tapi saya kan bentar lagi ga aktif di Agen saya ga mau kalau sampai mamak saya yang bayarin kreditannya, pak." Bapak lagi, bapak lagi. Leindra sudah jenuh dipanggil bapak. "Yasudah kamu kredit aja sama saya." Feby langsung menoleh. "Kredit sama bapak?"  Leindra langsung menganggukkan kepalanya sebagai tanda iya. Feby menunduk kembali hening sebentar tampak berpikir, lalu ia menoleh lagi, "Bayarnya gimana?" Sekarang gantian Leindra yang berpikir. Lalu tak lama kemudian Leindra menjawab. "Les in Elang setiap hari mulai bulan depan? Sampai tiga bulan kedepannya? Feby langsung tercengang, yang benar saja? Hanya mengajar Elang tiga bulan bisa dapat motor begitu? "Bayarnya dengan ngajar Elang saja begitu?" Leindra hanya mengangguk sekali lagi. Feby langsung menggeleng, "Tidak deh pak, nanti murid saya yang lain gimana?"  Leindra memutar bola matanya sendiri saat ini. "Terserah. Pilihannya cuma ada dua saat ini, kamu pilih, ambil motor itu atau kamu akan saya antar jemput kemanapun kamu pergi karena kamu tak punya kendaraan dan saya sebagai manusia yang baik memiliki hati nurani yang akan membantu manusia lemah." Feby menatap Lendra yang menatapnya sinis. Ia heran. Kenapa Leindra menjadi seperti ini?  Tingkahnya membuat Feby bingung. Sangat. Apa maksud semua ini? Ya Tuhan, jangan buat ini semakin rumit dengan membuat hatiku berdebar kencang karena perkataannya tadi. Karena perkataannya tampak seperti pria yang protektif kepada wanitanya. Tapi aku? Aku siapa? Hanya manusia lemah dan membutuhkan pertolongan bukan katanya tadi?  
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD