BAB 8

1851 Words
   Lizzy terus menatap suaminya, wanita itu hanya bisa berdoa. Ia juga mendengar suara retakan dari langit-langit ruang bawah tanah.    Lagi, suara retakan itu terdengar lebih kuat. Bahkan debu mulai menabur dari atas sana dan Lizzy berlari mendekat pada akuarium.    "Cancri! Cepat!" teriak Lizzy.    Namun, Cancri masih terus menyelam. Keruhnya air akuarium yang bercampur darah membuat pria itu kesulitan mencari kunci, ia meraba bagian dasar, berharap bisa mendapatkan kunci.    Suara barang terjatuh membuat Lizzy menatap ke belakang, dilihatnya kaca berhamburan dan kalajengking yang segera memenuhi lantai ruangan.    "Cancri!" teriak Lizzy lebih keras. Ia naik ke atas tangga, namun kalajengking itu terus merayap ke arahnya.    "Tolong!" Lizzy menatap Cancri yang masih berada di dasar akuarium.    Cancri masih meraba bagian dasar, ia hampir kehabisan napas dan berharap kunci-kunci itu segera ditemukan. Tangannya menjamah sebuah rantai besar, ia merasakan sesuatu yang berat di sana. Ditariknya, namun tak bisa terlepas. Cancri mencoba menatap barang itu lebih jeli, ia melihat ada banyak kunci di sana. Sialnya, rantai yang mengikat kunci-kunci itu juga memiliki gembok dan harus dipecahkan dalam bentuk angka.    Cancri berusaha membaca peringatan pada gembok angka, ia hanya memiliki kesempatan tiga kali untuk memasukan angka. Jika kesalahan melebihi itu, maka ia sudah gagal.    Pria itu mulai berusaha, ia memasukan angka-angka yang mungkin saja bisa digunakan. Namun, semuanya tidak bisa. Ia kembali mencoba, ini kali kedua. Cancri mengingat masing-masing dari durasi video yang ia terima, namun kembali gagal. Pria itu kembali berpikir keras, tidak mungkin orang yang memintanya bermain memberi kode lain pada rantai itu.    Otak pintar pria itu mulai menyusun semua kejadian dari awal, ia ingat dua buah mobil yang bertabrakan di depan mobilnya, pada kejauhan seratus kilometer dari mansion utama keluarga Snake.    'Dua buah mobil bertabrakan pada kejauhan seratus kilometer dari mansion utama. Video yang diterima berjumlah tiga, dengan durasi; milik Luzia berdurasi tiga menit lima puluh enam detik, lalu milik Tania dan Rania dua menit delapan belas detik. Terakhir, video milik Lizzy, lima belas menit enam belas detik.'    Cancri menahan napasnya, ia mencoba mengumpulkan semua puzzle dari kejadian yang hari ini ia alami, pria itu kembali mengingat-ingat apa saja yang bisa dijadikan penjumlahan dan membuka kode pada gembok itu.    'Lantai satu, dengan korban satu orang. Lantai lima, dengan korban dua orang. Dan lantai sepuluh, dengan korban satu orang. Jika semua digabung, 1 (Mewakili Lizzy) + 1(Mewakili lantai satu bangunan). Lalu, 2 (Mewakili Tania dan Rania) + 5 (Mewakili lantai lima bangunan). Terakhir, 1 (Mewakili Luzia) + 10 (Mewakili lantai 10). Jika semua dijumlahkan menjadi 20'    Cancri memejamkan matanya, ia menghitung keseluruhan angka, pria itu berpikir keras dan menghitung dengan teliti. Beruntung, ia bisa menahan napasnya di dalam air dengan waktu yang lama.    'Tiga menit lima puluh enam detik, satu menit enam puluh detik, 3x60=180+56=236 detik.'    Cancri kembali menjumlahkan milik Tania dan Rania, pria itu menghitung dengan jeli dan mengingat semua penjumlahan yang ia lakukan.    'Dua menit delapan belas detik, 2x60=120+18=138 detik. Jika ditambah dengan milik Luzia; 236+138=374 detik.'    Cancri kembali menghitung jumlah detik pada video milik istrinya;    'Lima belas menit enam belas detik, 15x60=900+16=916 detik. Total semua detik pada video; 374+916=1.290.'    Cancri berhasil menjumlahkan semua detik yang ada pada video itu, ia kembali memghitung;    '1.290 (Detik) +20 (Jumlah lantai dan korban) +100 (Kilometer) +2 (Mobil yang bertabrakan) = 1.412.'    Cancri menatap gembok itu lagi, ia menghitung berapa nomor yang bisa di masukan. Tidak bisa, angka 1, 4, 2 telah rusak, sehingga ia tidak bisa memasukan penghitungannya.    Cancri kembali berpikir, ia lupa satu hal dalam permainan ini. Cepat-cepat, ia menjumlahkan semuanya lagi, namun tak ada kesalahan. Hingga ia mengingat satu hal;    '1.412 (Detik) :4 (Korban) +3 (Video)=.'    Cancri segera menekan tombol angka dari hasil penjumlahannya, 356, ia berharap angka itu cocok dan bisa membawa keselamatan pada keluarganya.    Gembok dengan kode terbuka, ada puluhan kunci yang kini berhasil Cancri dapatkan. Segera saja, pria itu naik ke permukaan dan keluar. Namun, ia kembali harus kaget saat melihat istrinya digerogoti ratusan kalajengking.    "Lizzy!" teriak Cancri.    Lizzy terus menyingkirkan kalajengking yang mencoba menggerogoti wajahnya, air mata wanita itu benar-benar tumpah dengan badan bergetar, beruntung, ia pernah mengandung anak Cancri. Jika saja tidak, racun dari sengatan kalajengking akan membunuhnya.    Cancri segera berlari, ia menyingkirkan semua kalajengking dan menarik tangan Lizzy untuk pergi dari sana. Ruangan itu bahkan penuh dengan binatang beracun itu.    Cancri menggenggam tangan Lizzy, istrinya terasa begitu dingin dan bergetar. Segera saja, dengan tubuh dan pakaian yang basah, Cancri menggendong istrinya dan menaiki tangga. Sial baginya, pintu itu tertutup rapat dan saat ia ingin membuka pintu itu terkunci.    "Berdirilah, sebentar." cancri memberikan kunci-kunci pada istrinya. Ia berusaha menendang pintu beberapa kali, dan akhirnya pintu itu terbuka.    Cancri kembali menggendong Lizzy, pria itu menatap tangga menuju lantai atas dan bergegas menaikinya. Ia tidak memedulikan keadaannya saat ini, napasnya berembus kasar dan terasa begitu melelahkan.    Lantai dua berhasil mereka capai, Cancri kembali harus menghadapi orang-orang yang berjaga di sana. Pria itu kembali menurunkan Lizzy, ia langsung menyerang sekitar dua puluh orang penjaga yang mengenakan masker.    Sementara Cancri melawan musuhnya, Lizzy teringat kedua anak dan adik iparnya. Wanita itu melarikan diri, ia menaiki tangga dan ingin bergegas menuju tingkat ketiga.    "Kejar wanita itu!" titah salah satu pria yang melawan Cancri.    Melihat istrinya yang melarikan diri, Cancri segera mempercepat gerakannya. Tanpa senjata, dan bermodalkan bela diri yang ia kuasai. Pria itu menendang betis lawan, lalu menarik tangan lawan dan mematahkannya dengan mudah. Ia kembali menyerang, menghalangi seorang pria yang hampir mencapai anak tangga, dengan cepat, Cancri mematahkan leher pria itu.    Baru saja Cancri bernapas lega, suara teriakan Lizzy dari lantai atas membuatnya kembali khawatir. Ia ingin menyusul, namun orang-orang itu kembali menyerangnya. Cancri kembali melawan musuhnya, pria itu membanting tubuh salah satu lawannya dan melompat guna menindih tubuh sang lawan. Berhasil, lawannya langsung tak sadarkan diri. Cancri kembali menyerang, ia bersalto dan menendang dua orang pria tepat di ulu hati mereka. Dua pria itu langsung tersungkur, lalu dengan mudah Cancri mendorong mereka dari pagar pembatas.    Seorang pria membawa balok besi di tangannya, ia berusaha memukul Cancri. Namun sekali lagi, Cancri menghindar dan menggunakan satu jari tangannya dan memasukkannya ke dalam hidung sang lawan. Belum puas, pria itu mencongkel kedua biji mata lawannya dan menendang seorang pria yang ingin menyelamatkan temannya.    Beberapa menit berlalu, semua pria yang menghalangi jalan Cancri sudah dilumpuhkan. Pria itu menaiki anak tangga dengan cepat dan menemukan tubuh istrinya terlilit ular besar. Bagian leher Lizzy tercekik dan nyaris saja istrinya tidak bernapas.    Cancri begitu marah, pria itu melangkah cepat dan memasukan tangannya kedalam mulut ular. Ia tidak peduli saat ular itu menggigitnya, Cancri menyeringai, darahnya berhasil masuk kedalam tubuh ular itu dan racunnya bekerja.    Namun, ular itu tidak mati, hanya menggelepar dan melepaskan Lizzy dari cengkramannya. Cancri yang dikuasai amarah langsung menarik ekor ular dan melemparkannya ke arah dinding.    "Can-cri!" Lizzy mencari napasnya, ia merasakan napas itu hampir hilang dari paru-parunya. Perlahan, wanita itu menutup mata, ia tak sadarkan diri.    Cancri yang panik langsung memeriksa detak jantung istrinya. Begitu lemah, bahkan napas Lizzy hampir tak ada. Cancri menenangkan dirinya, pria itu menekan bagian d**a istrinya dan memberi napas buatan untuk Lizzy.    Namun, hasilnya tetap tak ada. Pria itu diburu waktu, ia mengangkat tubuh Lizzy lalu berlari ke arah anak tangga. Cancri terus naik, sampai ke lantai lima ia berhenti. Sebuah pintu baja tinggi dan terkunci ada di hadapannya. Pria itu menelan ludah, ia menurunkan Lizzy dan mencari kunci di tangan istrinya, namun sialnya tak ada.    Di saat Cancri dilanda kepanikan, Lizzy membuka matanya. Wanita itu menatap Cancri dengan pandangan lelah, "Su-amiku." Lizzy berusaha mengucapkan kata lain.    "Kunci!?" tanya Cancri.    "Ditelan u-lar." jawab Lizzy dengan susah payah.    Mendapat jawaban dari istrinya, Cancri kembali ingin mengangkat tubuh Lizzy.    "Per-gilah!" ujar Lizzy dengan suara pelan namun tegas.    Tidak peduli, Cancri kembali mengangkat tubuh Lizzy, ia tidak ingin mengambil resiko dan membiarkan Lizzy dalam bahaya. Dua tingkat ia turuni dengan mudah, hingga Cancri bisa melihat ular yang tadi hampir membunuh istrinya.    Tak menunggu lama, Cancri mendudukan Lizzy dan membuat istrinya bersandar pada dinding kusam. Pria itu menghampiri ular yang masih menggelepar lalu merobek mulut ular itu. Ditariknya usus ular tersebut, sampai darah berceceran dan bau anyir tercium begitu pekat. Cancri menghamburkan isi usus itu, sampai ia menemukan kunci yang dicarinya.    Setelah mendapatkan kunci, Cancri segera menghampiri Lizzy dan kembali mengangkat tubuh istrinya. Ia berlari, menaiki anak tangga dan sampai di lantai lima.    Pria itu kembali menurunkan Lizzy dari gendongannya, ia menatap puluhan kunci yang ada di genggamannya dan memasukan anak-anak kunci itu pada lubang pintu. Satu gagal, dua gagal, hingga belasan kali dan akhirnya berhasil.    Pintu baja terbuka, napas Cancri diembuskan dengan perlahan. Namun, ia harus bergegas menyelamatkan dua orang gadis kecil yang kini sudah terendam sampai sebatas leher. Suara tangis anak-anaknya membuat Cancri kian bergerak cepat, ia harus bisa menyelamatkan keduanya.    Pria itu mencari pemukul tabung kaca, ia ingin menarik keduanya namun penutup pada tabung itu sudah di las dan tidak bisa dibuka. Tak menemukan apapun, Cancri mengepalkan tangannya. Ia terus memukul tabung itu dengan kepalan tangannya. Ia tak peduli saat tangannya lecet dan berdarah. Pria itu meneteskan air matanya, ia menatap kedua anaknya yang kini sudah terendam sepenuhnya.    Mundur beberapa langkah, Cancri langsung berlari kencang dan menghantamkan tubuhnya di tabung kaca tebal.    Gagal, namun ia kembali mencoba. Hingga belasan kali, namun tabung itu tak juga pecah, bahkan retak pun tidak. Cancri yang hampir putus asa mengerahkan sisa tenaganya yang tersisa. Pria itu mengepalkan erat tangannya lalu memukul tabung itu sekuat tenaga.    Suara retakan terdengar, namun tabung itu belum pecah. Cancri menendang tabung itu sekuatnya, namun tetap gagal. Lagi, ia belum menyerah, apalagi saat Lizzy menangisi dua anaknya yang sudah tak sadarkan diri di dalam sana. Pria itu mundur dan berlari secepat mungkin, menghantamkan tubuhnya ke permukaan tabung.    Tubuh Cancri menghantam tabung kaca tebal, dengan cepat tabung itu pecah dan airnya tepat membasahi tubuh pria itu. Cancri mengbuskan napasnya, dengan sisa tenaga ia menghampiri dua anaknya yang kini tak sadarkan diri dan terbaring di atas pecahan kaca. Darah keduanya kini bercampur dengan air, tangan Cancri yang lecet terasa amat sangat perih.    Lizzy berdiri, menggunakan kekuatan terakhir yang ia punya. Wanita itu menghampiri kedua anaknya dan memeriksa denyut nadinya. Ia segera memompa bagian perut salah satu anaknya, lalu, Cancri juga melakukan hal yang sama. Mereka bekerja sama mengeluarkan air dari perut dua bersaudara itu.    "Tidak! Bangunlah, Mommy mohon!" Lizzy bersuara keras, ia menangis sambil berusaha memompa perut anaknya. Sedangkan Cancri, ia terlihat semakin diburu waktu, dengan cepat ia memberi napas buatan lalu menekan perut anaknya. Dilakukannya berulang kali sampai anaknya batuk dan memuntahkan air. Cancri segera merebut pekerjaan yang Lizzy lakukan, ia menyerahkan satu anaknya yang sudah diselamatkan pada ibunya. Lagi, Cancri melakukan hal yang sama pada anaknya yang lain.    "Cancri, Rania, tolong selamatkan dia!" Lizzy menangis histeris, wanita itu memeluk Tania yang kini terus mengeluarkan air dari perutnya.    Cancri yang sedang menangani Rania hanya diam, ia terus berusaha dan melakukan yang terbaik. Pria itu memeriksa detak jantung anaknya, lalu kembali menekan perut anak itu. Napas buatan pun ia berikan, hingga pada akhirnya ia bernapas lega. Rania berhasil ia selamatkan, segera saja Cancri berjongkok.    "Kau akan kemana?" tanya Lizzy.    "Naik ke punggungku, aku akan menggendong kalian bertiga!" ujar pria itu tegas.    "Kau takkan mampu," ujar Lizzy.    "Turuti perintahku, Lizzy!" Cancri menatap istrinya dingin. 
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD