Sehari sudah berlalu, keadaan Luzia lebih baik bahkan gadis itu seperti lupa dengan kasus penculikan yang hampir merenggut nyawanya. Ia bahkan sudah bisa bepergian keluar, dan berkencan dengan pria yang lama dikagumi olehnya. Cancri, hari ini ia kembali menunggu istri dan anaknya membuka mata, ia memegang tangan Lizzy, menciumnya beberapa kali. "Kau masih belum bangun?" pertanyaan bodoh itu ia suarakan. Ia merindukan senyuman sang istri, merindukan suara berisik anak-anaknya. "Kapan kau akan kembali? Apa aku harus menghancurkan segalanya agar kau tidak marah lagi padaku? Maaf, aku tak bisa melindungimu dengan benar." Dari arah pintu, seseorang masuk, ia menatap Cancri dengan pandangan yang sulit diartikan. Sesaat ia hanya berpikir, jika Cancri adalah pria lemah, bodoh

