Bab 2

537 Words
Seorang staf perempuan bernama Yuliana sedang memarahi salah satu karyawannya yang tidak becus. Kata orang-orang, bukan karyawan tersebut yang salah. Namun, Yuliana tetap saja memarahinya, sampai memaki dan berakhir dengan memecatnya. "Gue nggak habis pikir, emang Yuliana jabatannya setinggi apa, sih sampai selalu semena-mena itu ke karyawan yang lain?" Mereka sedang membicarakan Yuliana dari jauh. Selang beberapa saat kemudian, pintu lobi gedung utama terbuka. Menampilkan sosok wanita cantik dengan tubuh jenjang, berjalan masuk dengan langkah tegas. Beberapa orang yang melihatnya langsung terpesona, namun ada juga yang takut. "Nyonya Andriana, bagaimana kabarnya hari ini? Selamat datang di Indonesia!" ujar salah satu staf karyawan yang ada di lobi utama. Andriana menampilkan senyum manisnya. "Sangat baik untuk hari ini, memang cukup melelahkan setelah perjalanan jauh. Tapi first impression tidaklah seburuk yang aku bayangkan. Terimakasih." Andriana menganggukkan kepala dan berjalan melewati mereka. Ia menuju ke ruangannya. Beberapa staf hanya melihat Andriana dengan tatapan bingung, mungkin staf baru, karena staf yang lama sudah pasti mengenal siapa Andriana. Andriana hanya memaklumi dan membiarkan mereka. Ia tidak seberapa menghiraukan masalah itu. "Selamat pagi, Bu. Wah, sudah lama ndak ketemu. Bu Riana ini masih inget saya kan?" tanya seorang perempuan paruh baya sambil membukakan pintu ruangan Andriana. Andriana tersenyum. "Sudah pasti toh, Bu. Nggak bakal lupa pokoknya sama Bu Darmi, orang tambah keliatan muda gini bisanya cuman pangling" Keduanya pun tertawa. "Bu Riana bisa aja. Orang mah nambah tua, Bu. Bukan nambah muda." Bu Darmi tertawa kecil, ia melanjutkan membersihkan beberapa barang di ruangan Andriana. "Bu Riana mau dibuatkan minum? Pulang dari negeri tetangga harusnya langsung nyicip buatannya Bu Darmi, nih. Biar fresh!" Andriana tersenyum lagi. "Apa aja boleh selagi ndak merepotkan Bu Darmi." Bu Darmi pergi meninggalkan ruangan setelah membersihkan beberapa barang yang berserakan. Andriana kemudian duduk di kursi kantornya. Mengeluarkan beberapa buku catatannya selama di luar negri. Tiba-tiba ada panggilan masuk di handphonenya. Andriana merogoh tas kecilnya dan mendapati seseorang menelponnya, wajah Andriana menjadi sumringah. "Waalaikumsalam, ada apa mas? Aku lagi di kantor." "Semalam, mas. Maaf, ya belum sempet ngabarin. Nanti bisa ketemu?" *** Pulang kerja - Andriana mencoba menghubungi Jordan. Memintanya apakah bisa mengantar ke cafe di dekat plaza. "Andriana, lagi mau menikmati rasa cafe di Indonesia lagi, ya? Sendirian aja?" tanya Jordan. "Bisa aja, saya sama temen kok." Andriana menjawab tanpa memalingkan wajahnya. Fokus pada layar HP yang ia pegang. "Di sana memang tempatnya bagus. Nuansanya masih campuran sama budaya lokal. Tempatnya juga enak, terutama yang bagian rooftop. Andriana pinter juga nyari tempat yang enak buat nongkrong." Andriana tidak menjawab. Masih fokus pada layar HPnya. Mengetahui Andriana tidak ada tanggapan. Jordan mencoba untuk diam, tidak ingin mengusiknya. Beberapa menit setelahnya mobil berhenti di tempat parkir yang lumayan luas. Andriana baru tersadar kalau sudah sampai di tempatnya. "Eh, sudah sampai, ya? Makasih banyak, ya. Kamu bisa langsung pulang aja, nanti saya sama temen saya." Jordan mengangguk. Saat Andriana menutup pintu mobil, ia melihat di jari manis Andriana terpaut sebuah cincin. "Sudah bertunangan, ya?" gumam Jordan. Andriana melangkah dengan tergesa-gesa menuju cafe. Sesampainya di dalam, matanya menelusuri ke seluruh pengunjung, mencari orang yang menelponnya tadi pagi. Tak lama, pandangan mereka akhirnya bertemu. Andriana dengan laki-laki tampan yang duduk di meja paling belakang. Senyum Andriana kemudian merekah, ia dengan senang berjalan menghampirinya. - bersambung
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD