Bab 4

1783 Words
Jac memasuki ruangannya dan menemukan Jaz sudah ada di sana. Dengan santainya menggunakan komputer Jac untuk browsing. Jac mempercepat langkahnya dan mengusir Jaz dari kursi kebesarannya itu. "Bukannya kamu bilang ada pesta perpisahan? Kenapa cepat sekali?" "Ya, itu bukan pesta sebenarnya. Hanya..., ya you know lah kak." Jac melirik jamnya, sudah jam makan siang. Jaz pasti tidak akan melepaskannya. Dengan gerakan kepala, Jaz mengingatkan kakaknya akan janjinya sebelumnya. Jac mengangguk pasrah mengikuti adiknya. Ia mengikuti adiknya itu memasuki lift untuk menuju basement. "Jangan memintaku yang menyetir. Kakak ini laki-laki bukan?" Jac menggelengkan kepalanya. Meraih kunci mobil dari tangan Jaz. Jaz yang merencanakan makan siang ini, tapi Jac yang menjadi supirnya. Lucu sekali, batin Jac. Lagi-lagi mereka makan siang di Mimi cafe. Dimana Bila, gadis incaran Jaz menjadi kekasih kakaknya bekerja di sana. Jaz tidak tau saja, kalau kakaknya sudah selangkah lebih maju dibandingkan apapun rencananya. Sengaja atau kebetulan, Bila yang melayani mereka -lagi. Jaz tersenyum hangat pada Bila tanpa disadarinya. Sepertinya mereka pasangan sahabat yang cocok, setidaknya demikian penilaian Jaz. Sosok Bila adalah gadis yang tulus dan apa adanya. "Bila, bukan?" tanya Jaz memulai pembicaraan. Bila yang mendengar namanya disebutkan langsung menoleh. "Ya?" "Boleh minta waktunya sebentar?" "Maaf, tapi saya lagi dalam jam kerja." Bila menolak dengan halus. Ini memang jam kerjanya. Baru saja dimulai satu jam yang lalu dan tidak mungkin dia langsung istirahat. Jaz menyadari maksud Bila. Dia tak lagi menahan langkah Bila untuk kembali pada kerjaannya. *** Deringan ponsel Bila tak bisa diabaikannya. Nomor baru, tapi tidak masalah. Ternyata orang di balik telepon itu meminta Bila untuk datang ke perusahaannya. Interview yang dilakukannya bulan lalu membuahkan hasil. Bila diterima dan akan ditraining selama tiga bulan sebelum menjadi karyawan. Rasa senang tak bisa disembunyikannya. Teriakan kebahagiaan keluar dari mulutnya. Sampai-sampai teman kerjanya di cafe itu menggeleng melihat tingkah Bila yang seperti itu. Jarang terlihat selama ini. Dia takkan bekerja selelah ini lagi nanti. Tidak akan bekerja sampai subuh. Dia akan menjadi seperti karyawan pada umumnya. Bekerja pagi hingga sore hari. Tidak mengenakan seragam pelayan lagi. "Wah, selamat ya Bil. Nanti kalau udah kerja di sana jangan lupa sama kita-kita. Mungkin bisa sering-sering makan di sini. Itu nggak jauh kan dari sini?" pesan Gina. "Iya Bil, kita bakalan kangen sama lo," tambah Leo. Bila tersenyum lantas mengangguk. Dua bulan bekerja di cafe ini sudah cukup membuat mereka akrab, berteman sangat baik. Teman-teman sesama pelayan di sini menerimanya dengan sangat baik. Tidak ada pengecualian. Demikian juga dengan sang pemilik cafe. Bahkan mereka merasa kehilangan kalau besok Bila tidak akan bekerja di tempat ini lagi. Sejak awal Bila memang mengaku kalau dia bekerja di sini hanya untuk sementara, menunggu panggilan dari perusahaan tempat dia memasukkan lamaran. "Jangan sedih gitu dong, gue jadi nggak tega nih ninggalin tempat ini," kata Bila. "Nanti gue sering-sering deh main ke sini." Teman-temannya mengangguk. Acara perpisahan sederhana yang tidak direncanakan karena sangat mendadak, hanya sekedar makan bersama di cafe itu juga. Melepas status Bila yang sudah dua bulan terakhir melekat di dirinya. Hal yang sama juga terjadi di klub tempat Bila bekerja. Dia memberitahukan pada bosnya kalau dia diterima bekerja di sebuah perusahaan yang telah dia kirimi permintaan. Tidak masalah bagi klub, meski kinerja Bila sangat mereka banggakan. Karena Bila juga pantas mendapat pekerjaan yang lebih baik, dengan gelar yang telah diperolehnya dengan susah payah. Malam ini Bila pulang lebih awal untuk mempersiapkan keperluannya esok hari. Dia harus tampil dengan baik. Setidaknya terlihat lebih pantas. Astaga, tadi pagi kan dia janji sama Ridhaan akan datang ke TK besok pagi. Huh, sepertinya tidak akan pernah terjadi. Tidak akan ada pertemuan dengan kakak tampannya Ridhaan yang bernama Rehaan itu. Bila mengirimkan pesan pada bocah kecil yang pintar itu, meminta maaf kalau besok dia akan bekerja di perusahaan. Dia mungkin tidak akan bisa dengan mudah lagi mengunjungi TK itu. "Ridhaan, maafin kakak ya. Kakak tidak jadi ke TK besok. Tadi pagi kakak dapat panggilan dari perusahaan kalau kakak akan bekerja di sana mulai besok. Kamu tidak marah kan?" "Mungkin kita juga nggak bisa ketemu lagi. Kakak juga sedih." "Tapi kita bisa sering telponan kalau kamu kangen kakak atau sebaliknya. Bisa video call, skype." "Nggak apa-apa deh kak. Oh ya, nama perusahaannya apa kakak cantik?" Ridhaan masih saja dengan sebutan kakak cantiknya. Bila tersenyum melihat balasan itu. Sepertinya bahasan ini akan berlangsung panjang. Bila memutuskan untuk menelepon Ridhaan saja. "Kerja dimana kak?" tanya Ridhaan saat menjawab telepon Bila, tanpa mengucapkan salam apa-apa. Sepertinya dia terlalu girang saat melihat panggilan itu. "PT. Alam Sentosa." Terdengar cekikikan di seberang sana. "Kamu nggak ngerencanain sesuatu yang jahat kan sama kakak?" selidik Bila. "Ya nggak lah. Eh, tunggu deh kak. Kayaknya aku tahu nama itu." Jeda sebentar. "Ah iya, itu kan perusahaan besar tempat kak Rehaan kerja. Berarti kalaupun besok nggak ketemu aku, kakak cantik bisa saja ketemu kak Rehaan di kantor." Bila tertawa diikuti tawa Ridhaan juga. "Ini udah malam. Kamu belum tidur? Besok bisa telat loh kalau tidur malam," bujuk Bila. Ridhaan mengiyakan dan akhirnya panggilan itu diputus. *** Jac mengamati setiap pelayan yang ada di klub itu. Ia memang berniat menemui gadis itu lagi. Setidaknya memastikan kalau gadis itu baik-baik saja. Mungkin mengantarkannya pulang seperti. Membayangkannya saja bisa membuat Jac mengulum senyumnya. Tapi nyatanya dia tidak melihat gadis itu sama sekali sejak tadi. Sudah beberapa jam dia menunggunya, tidak muncul juga. Apa gadis itu tidak masuk hari ini? Jac melihat jam tangannya. Jam sebelas malam, tapi masih sama. Akhirnya Jac memutuskan untuk menanyakan saja pada teman Bila. "Mbak, mbak." Jac memanggil wanita yang melintas dari dekatnya. Wanita yang mengenakan seragam seperti yang digunakan Bila saat bertemu sebelumnya. Seragam pelayan. Sudah pasti kalau wanita itu adalah pelayan juga di klub ini. Wanita itu berhenti saat merasa terpanggil. "Iya, pak. Ada yang bisa saya bantu?" "Bila kemana ya? Apa dia nggak kerja?" tanya Jac tanpa basa-basi. Berharap wanita itu bisa menjawab pertanyaannya sesuai keinginannya. "Hari ini Bila berhenti kerja, pak. Dia sudah diterima di perusahaan besar. Jadi tadi adalah hari terakhirnya kerja, sengaja pulang lebih awal untuk mempersiapkan buat besok." Jac menegang mendengar jawaban itu. Itu artinya Jac tidak bisa menemui Bila dengan mudah lagi. Dia sudah terikat dengan perusahaan besar dan menolak tawaran Jac dulu. Jac menarik nafas panjang. Sia-sia dia menunggu dan lupus sudah harapannya. Eh, tidak. Dia kan masih bisa menemui Bila di rumahnya. Dia sudah tau dimana umah Bila saat mengantarnya pulang kemarin. "Makasih, mbak. Oh ya, ngomong-ngomong di perusahaan mana ya mbak kalau boleh tau?" "Kalau nggak salah, namanya PT. Alam Sentosa, pak. Permisi." Gadis itu berlalu karena pekerjaannya yang sudah menunggu. Jac juga tidak mungkin menahannya. Meski dia seorang yang berpengaruh di dunia bisnis, tapi ini di luar jangkauannya. Tidak ada hubungannya sama sekali. Dia juga tidak ingin merusak pekerjaan wanita itu. Dan hubungan impiannya dengan Bila, dia akan mendapatkannya nanti. *** Bila sudah siap dengan setelan kantor miliknya. Dia berdiri mengamati bayangan dirinya di cermin. memberi semangat pada dirinya sendiri kalau hari ini bisa dilewatinya dengan lancar. Ya, dia akan baik-baik saja. Bila menaiki angkutan umum menuju kantor tujuannya. Tidak terlalu jauh dari rumahnya. Bila memasuki gedung tinggi itu dan menuju lift yang akan mengantarkannya ke lantai sepuluh sesuai keterangan resepsionis tempat dimana dia akan menemui pak Adam, HRD perusahaan. Orang pertama yang akan ditemuinya pagi ini di kantor. Orang itu yang akan menunjukkan dimana dia bekerja yang menjadi staf bagian keuangan. Bila bertemu teman-teman baru yang akan menemaninya di bagian ini selama dirinya terlibat dengan perusahaan ini. Ada Cindy dan Rani yang seumuran dengan Bila. Mereka baru setahun bergabung dengan perusahaan ini. Lainnya adalah pria dan wanita paruh baya dengan tampilan seperti layaknya anak muda, menurut Bila. Dan atasannya, Mr. Xanders. Seorang pria keturunan Inggris yang lahir dan besar di Jakarta. Seorang pria yang mungkin di usia awal tiga puluh menurut penilaian Bila. Wajahnya cukup tegas dan serius untuk menjadi seorang atasan. Pasti dia pemimpin yang disegani. Bila memulai pekerjannya dengan dibantu oleh Cindy. Memberikan penjelasan yang Bila masih kurang mengerti. Selebihnya, Bila cukup bisa mengatasinya sendiri. "Gue kasih tau ya Bil, jangan pernah menganggap sepele masalah laporan sama Mr. Xanders. Matanya itu mata elang, bisa melihat kesalahan sekecil apapun. Kalaupun hanya kekurangan satu angka nol dari sekian lembar laporan pasti akan ketahuan oleh beliau. Dan jangan harap bisa lepas begitu saja kalau sudah membuat kesalahan seperti itu. Menyeramkan!" jelas Cindy. Bila mengamati atasannya itu dari jauh. Wajah tegasnya terlihat sedikit lebih santai saat menikmati makan siang bersama asistennya. Meskipun hal itu tanpa senyuman. Cukup menjelaskan penilaian awal Bila kalau pria itu memang sangat tegas dan kejam. Bila mengangguk setuju dengan apa yang disampaikan Cindy. "Dari wajahnya aja udah kelihatan kalau beliau memang menyeramkan. Dia udah nikah belum sih?" tanya Bila penuh selidik. "Kenapa lo malah nanya itu?" Bila mengendikkan bahu. Ia juga tidak punya penjelasan kenapa tiba-tiba saja mengajukan pertanyaan itu. Ia hanya ingin tahu saja. "Yang gue tau sih belum. Mungkin beliau dianggap cerewet sama pacarnya makanya nggak nikah-nikah. Yang gue pernah dengar, dia memang punya pacar tapi belum menikah. Dan belum mau menikah," jelas Cindy dengan santainya. Sedangkah Rani sedari tadi hanya mendengarkan pembicaraan mereka dalam diam. Sifatnya memang berbanding terbalik dengan Cindy yang mampu mengoceh sepanjang hari. Rani jauh lebih diam. Saat mereka masih menikmati makan siang, Bila melihat seseorang yang sepertinya sudah pernah dilihatnya sebelumnya. Tapi lupa dimana dan kapan. Dia mencoba mengingatnya, tapi tetap saja tidak menemukannya. "Kalau itu siapa?" tanya Bila pada Cindy dengan dagu yang menunjuk pria yang dimaksudnya. Ya, pria tampan. Cindy dan Rani menoleh bersamaan. Mata mereka tepat menuju pada pria yang dimaksudkan oleh Bila. Sedetik kemudian kembali menatap Bila di hadapannya. "Itu pak Rehaan. Beliau adalah arsitek andalan perusahaan ini. Desainnya tak bisa diragukan lagi. Tapi dia juga hampir sama seperti Mr. Xanders. Tidak banyak bicara tapi terkesan menyeramkan. Tidak semenyeramkan Mr. Xanders sih. Setidaknya wajahnya tidak garang kalaupun sedang marah. Dia juga tampan. Huh, sepertinya cowok-cowok yang belum terikat pernikahan di perusahaan ini memang tampan-tampan. Aku bingung, mereka seperti sedang audisi boyband saja," celoteh Cindy panjang lebar. Bila ikut tersenyum karena. Eh, siapa dia bilang tadi? Rehaan? Arsitek? Oh iya, Bila ingat sekarang. Wajah itu memang wajah yang ditunjukkan oleh Ridhaan dalam gambar di ponselnya. Ternyata itu kakak tampan Ridhaan yang dia banggakan itu. Memang tampan sih. Ralat, sangat tampan. Dan jangan bilang kalau Bila jatuh cinta padanya. Bola mata hijau itu menatap balik Bila yang memandanginya sejak tadi. Bila langsung saja memutus pandangannya, tidak ingin tertangkap basah sedang memandanginya. Waktu yang ditunjukkan oleh jam tangannya menyelamatkannya. Bila harus segera balik ke mejanya, demikian juga temannya. Jam istirahat sudah habis. Sebuah pesan datang dari Ridhaan. Anak ini sepertinya kepo habis. Beda dengan kakaknya yang banyak diam itu. "Kakak cantik ketemu kak Rehaan nggak di kantor?" Bila tersenyum kecil. "Kakak hanya lihat dari jauh saja. Kakak lagi kerja nih, kalau ada yang penting nanti aja yah." "Iya kak. Nanti aku sms kakak cantik lagi ya. Bye." Anak kecil ini dari mana sih belajar genit? Kakaknya kan tidak begitu, batin Bila. Pekerjaannya membuatnya kembali larut pada layar monitor. Menghitung angka-angka yang tertera dalam layar. 
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD