Bagian 1

1588 Words
Bumi, awal tahun 2025. *** Istana kerajaan negeri sakura itu memang tampak tenang seperti biasanya. Para pekerja melakukan kegiatan mereka seperti biasa, dan ibu ratu pun duduk dengan jamuan teh sore harinya dengan tenang sekalipun belakangan banyak hal buruk yang terjadi disekelilingnya hingga pada puncaknya kematian Raja Wanatabe Ryouta karena sakit kanker darahnya yang semakin parah. "Yang Mulia, Tuan Akira sudah datang." Suara mobil dengan iring-iringan terdengar di sepanjang pintu masuk kediaman kerajaan, membuat Ivanka Izumi yang mendengarnya dari ruang tamu kerajaan berdiri dari tempatnya untuk melihat kedatangan orang-orang yang ditunggunya. Dari sebuah pintu masuk sedan mewah keluar pria yang Ivanka kenal sebagai saudara kandung dari mendiang suaminya. Pria itu adalah Wanatabe Akira yang memiliki sikap lemah lembut dan berbanding terbalik dengan suaminya-Ryouta. Mengenai Akira, pria itu memang sudah lama tidak di sebut lagi sebagai seorang pangeran. Hal ini dikarenakan sejak beberapa tahun yang lalu pria itu undur diri dari istana dan lebih memilih untuk keluar dari kerajaan bersama keluarga kecilnya. Pria itu juga memutuskan untuk menolak semua akses yang menyatakan dirinya sebagai penerus keluarga, sehingga saat ini dia tidak memiliki hubungan penting lagi kepada istana selain kerabat dekat. Akira dan keluarganya lebih memilih untuk meninggalkan negeri sakura dan tinggal bersama keluarga istrinya di Australia. Mereka semua sepakat untuk hidup sebagai warga negara biasa dan meninggalkan segala intrik yang terjadi di istana walaupun sempat mengalami penolakan dari mendiang raja. Hingga akhirnya Raja Ryouta sendiri memilih untuk menyerah dan melepaskan Akira karena kasih sayangnya yang terlampau besar. Sudah seminggu sejak kematian suaminya, namun Akira baru bisa mengunjungi mereka karena akses masuk ke negara ini di tutup paksa akibat adanya pandemi yang tak berkesudahan di seluruh bagian dunia. Tak ada yang tahu memang kapan semua ini akan berakhir, maka dari itu Akira sendiri pun benar-benar merasa bersalah kepada kakak iparnya tersebut karena dia baru bisa berkunjung untuk mendoakan saudara satu-satunya yang Akira miliki setelah seminggu pasca kejadian duka. "Masuklah, Akira. Ryouta pasti telah menunggu mu cukup lama." "Di kehidupan selanjutnya dia pasti akan memarahi ku habis-habisan." Canda Akira yang membuat Ivanka terkekeh kecil dibuatnya. Wanita itu tentu saja sangat mengenal bagaimana kedekatan kedua saudara kandung tersebut. Mereka berdua bisa di bilang bukan seperti kebanyakan saudara lainnya yang akan memperdebatkan hal sepele setiap saat. Karena sejatinya hubungan mereka memang lebih berharga dari semua itu, apalagi setelah kematian orang tuanya di usia Ryouta yang ke 18 tahun. Dia terpaksa mengatur dirinya sendiri untuk menjadi calon pemimpin yang baik sekaligus menjadi kakak dan orang-tua yang bisa segalanya untuk Akira. "Aku telah membawakan arak beras kesukaannya, juga oleh-oleh dari isteri ku untuk mu, kak." Akira menyerahkan bingkisan yang ditutupi kain, yang Ivanka ketahui sebagai minuman keras favorit mendiang suaminya saat mereka masih mengenyam pendidikan di Korea Selatan, serta oleh-oleh buah kesukaannya pula. "Terima kasih banyak, Akira. Aku sangat menghargainya." wanita itu tersenyum kecil yang di balas Akira dengan hal yang sama. "Kau tampak sangat pucat, kak. Berhentilah bekerja jika sedang tidak enak badan, dan tunggulah aku kembali ke ruang tamu. Aku akan segera mencari mu setelah berdoa untuk kakak dan ayah. Ada hal penting pula yang pula aku bicarakan dengan mu dan anak-anak." "Kalau begitu kita tidak bisa melakukannya tanpa kudapan. Akan aku perintahkan maid untuk menyiapkan makan malam untuk kita semua. Antonia dan Alessio pasti akan pulang sebentar lagi. Kau nikmatilah waktu mu dengannya, Akira." *** Antonia memasuki sebuah club malam di kawasan mewah yang sangat bau minuman keras setelah dia mendapatkan telfon dari seseorang yang Antonia kenal sebagai teman baik kakaknya. Dia memasang tampang datarnya saat langkah kakinya yang semakin mendekat melihat sosok Alessio yang sudah hangover parah di sebuah kursi bar. Sibuk meracau membuat dia segera menarik kupluk hoodie Alessio dengan wajah kesal. "Berdiri." katanya saat Alessio justru sibuk bergerak-gerak untuk melepaskan diri darinya dengan racauan-racauan yang menjengkelkan. Hiro yang sejak tadi memperhatikan wajah galak Antonia hanya bisa meringgis kecil karena dia kenal sekali bagaimana tajamnya mulut Antonia jika dia membicarakan sesuatu yang tidak disukainya. Namun lagi-lagi Alessio kembali melakukan hal yang sama untuk memancing kemarahan perempuan itu. Tak sadarkan diri dengan minuman keras kesukaannya. "Jika kau tidak bergerak sekarang juga, maka aku akan membawa satu team ninja untuk menyeret mu keluar dan menghancurkan seluruh isi club ini, Al!" Taktik Antonia itu sukses saja membuat Alessio merasa terancam. "Jangan main-main dengan kesukaan ku ya, ratu ular!" Alessio dengan wajah merahnya berdiri dan berkacak pinggang dengan wajah kekanak-kanakan yang membuat Antonia merasa ingin muntah. "Ratu ular, mata mu." tentu saja Antonia tak pernah makan hati dengan ucapan kakaknya. Jujur saja, mereka berdua bahkan sebenarnya jauh lebih parah dari yang orang-orang bayangkan. Saat keduanya sama-sama tidak ada yang mau mengalah, mereka bahkan bisa mengabsen seluruh isi kebun binatang yang ada di dunia. Hanya jangan sampai ibunya memergoki apa yang mereka lakukan, karena dia akan menceramahi keduanya dengan tata krama yang berlaku di istana. Antonia segera menarik jaket kulit Alessio yang masih berada di kursi-tak lupa kunci mobil SUV Alessio yang sembarangan lelaki itu letakan di counter. "Aku janji akan membuat mu menderita setelah ini, babi hutan." Antonia menghela nafasnya lelah. "Kenapa juga kau harus terlahir menjadi kakak yang sangat menyebalkan?" Antonia merogoh kantong jaketnya sebelum meraih dan melemparkan kunci motor sportnya kepada Hiro yang sejak tadi hanya sibuk tak menentu ditempatnya. "Bawakan motornya ke rumah. Aku mau menerjunkan anak ini dulu ke sungai Shinano bersama mobilnya." Tentu saja Antonia berbohong, namun Hiro tetap saja menelan ludahnya bulat-bulat melihat keganasan perempuan itu. Hiro bahkan selalu berfikir kalau Antonia adalah jelmaan mendiang Raja Wanatabe Ryouta karena dia tak pernah terlihat tersenyum sama sekali-melainkan selalu menunjukkan sikap tegas dan mulut tajamnya kepada semua orang. Pantas saja Hiro tidak pernah tertarik jika Alessio mengajaknya untuk menginap di istana. Jika ada dua raja yang berkuasa, maka nuansa di tempat itu akan lebih terasa seperti sedang dalam masa wajib militer. Benar-benar mengerikan. "Yak! Hiro! Jangan lama-lama!" Teriakan Antonia terdengar beradu dengan suara music club yang suaranya makin malam semakin meningkat. Perempuan itu sudah terlalu jauh, berada hampir mencapai pintu keluar club ini dan meninggalkan Hiro berdua bersama Alessio yang masih sibuk memaki-maki Antonia-walau pun perempuan itu sudah tidak ada lagi di dekatnya. "Aku akan menerjang b****g mu, wanita ular!" tunjuk Alessio kepada bartender yang menatapnya seperti hiburan. "Hah. Antonia benar, kau pria yang sangat-sangat menyebalkan." Hiro menatap Alessio kesal sebelum mendorong kepala putera mahkota itu dengan keras. Dia tersenyum dan menarik sebelah lengan Alessio ke pundaknya. Jarang-jarang kan dia bisa bersikap kurang ajar kepada calon raja. Hiro tertawa di dalam hati. Setelahnya mau tak mau lelaki itu segera menyeret Alessio pergi dari kursinya jika dia tidak ingin tuan puteri Antonia membuat keributan lagi di dalam club seperti jaman dulu. "Kalau kau muntah di baju ku, aku yang akan membuang mu lebih dulu ke dalam sungai, Al." *** Antonia menutup pintu kemudi SUV Alessio saat dari dalam mini market dia melihat Hiro sudah memasukkan kakaknya itu ke kursi penumpang. Dia memang sempat mampir ke tempat itu sebentar sebenarnya untuk membeli beberapa mineral dan obat pereda mabuk jika pria itu sampai terbangun nanti. Jujur saja Antonia tidak mau jika seluruh tubuhnya memiliki parfum hasil dari minuman keras yang Alessio konsumsi barusan. "Hey! Ratu ular! Menjauh lah dari kursi ku! Berani-beraninya kau ansvshgs-" kalimat tak masuk akal Alessio dengan kepala yang sudah terhantuk-hantuk di jendela kaca dan dashboard mobilnya membuat Antonia mendengus kesal sebelum bergerak dan mendekati tubuh pria itu untuk memakaikan seat belt-nya dengan cepat. "Dosa apa istana punya calon raja seperti mu, babi hutan!" perempuan itu memukul kepala Alessio yang masih bergerak kemana-mana. "Aaa! Antonia b******k! b******k. Aku akan masukkan kaos kaki ku ke bawah bantal mu, ratu ular! Lihat saja kalau berani mwrerejdjd ku." "Ya, ya! Terus lah bicara tanpa henti. Kau membuat kepala ku semakin terasa ingin pecah!" teriak Antonia di telinga Alessio, membuat lelaki itu mengerjapkan matanya dengan tampang yang sangat bodoh. "Ah, ibu. Dia sekarang hinggap di telinga ku! Bagaimana ini!" Alessio menutup telinganya rapat-rapat, bertingkah seperti Antonia adalah seekor nyamuk yang bisa saja menghisap darahnya saat ini. Antonia tidak perduli. Dia mulai menstarter mobilnya dan mundur perlahan sebelum belok ke arah istana dengan mulur Alessio yang masih saja meracau apapun yang ingin dia ucapkan. Di dalam hatinya Antonia bertanya-tanya. Bagaimana bisa Alessio si berandalan nasional menjadi i***t seperti ini saat dia mengkonsumsi minuman keras secara berlebihan. Benar-benar tidak mencerminkan harga diri yang selalu dia bangga-banggakan itu, karena dia benar-benar terlihat sangat menyedihkan sekarang. Antonia bahkan sempat berfikir untuk merekamnya dan menunjukkan kepada seluruh masyarakat di negaranya tentang bagaimana sosok idola yang selalu mereka eluh-eluhkan itu bersikap di luar kamera media masa. *** Saat keduanya sampai di Istana, Antonia mengerutkan dahinya ketika melihat suasana rumahnya yang tidak tampak seperti biasanya. Sejujurnya hal seperti ini tidak pernah terjadi lagi semenjak ayahnya jatuh sakit dan harus meninggalkan mereka selama-lamanya. Oleh karena itu saat itu juga Antonia keluar dari mobil dan meninggalkan Alessio sendirian di dalam sana. "Antonia! Bagaimana dengan Alessio?!" Hiro yang sejak tadi sudah sampai dan menunggu di halaman parkir istana tersebut kebingungan saat Antonia malah keluar tanpa mengucapkan satu kata pun. Membuat sahabat Alessio itu meletakkan helmnya dan menuju ke arah mobil yang tidak terkunci sama sekali. Hiro menggeleng tak percaya saat dia melihat sosok Alessio yang sudah seperti komplotan preman ibukota, benar-benar menyedihkan dengan tampang bodohnya itu. Hiro kemudian memutuskan untuk mengangkut Alessio dipunggungnya dengan gerutuan yang mengatakan, 'kenapa lagi-lagi harus dia yang kena getahnya'. Lelaki itu kemudian merapikan posisi Alessio dibelakanganya, sebelum dia membawa sahabatnya itu memasuki kamarnya dengan bantuan para maid. "Kau akan membayar mahal setelah ini, bro." Ucapannya itu tentu saja hanya dibalas Alessio dengan racauan yang tidak Hiro mengerti. **** TBC.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD