Sebuah Gejolak

1181 Words
Awan terlihat mendung di pagi hari itu. Seorang pria kaya raya yang tinggal di rumah yang megah dan juga bergelimang harta seakan malas untuk bangun dari tidurnya. Tok...tok...tok... "Tuan! Asisten anda telah menunggu di ruang tengah." Ucap Arhan yang bekerja sebagai kepala pelayan di rumah megah itu. "Heeemmm!" Sahut Pria kaya raya yang bernama Leo. Leo bangkit dari atas ranjangnya dan masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan dirinya. Tak lama berselang Leo pun keluar dari kamarnya dengan tampilan rapi. Ia menuju ke ruang tengah untuk menemui asistennya yang telah lama bekerja denganya. "Selamat pagi, tuan!" Ucap Reno. "Pagi!" Sahut Leo. "Apa jadwalku hari ini?" Tanya Leo pada Reno. "Hari ini akan ada pertemuan dengan tuan Okiyama dari jepang untuk membahas bisnis yang telah disepakati minggu lalu." Sahut Reno. "Setelah itu akan ada pesta perjamuan di gedung hotel Accorr malam nanti." Sambung Reno. "Aku tak akan datang ke pesta jamuan itu!" Kata Leo menolak. "Tapi tuan, saya telah menyediakan pasangan anda untuk datang ke acara pesta itu." Kata Reno. "Siap?" Tanya Leo. "Nona Belinda, seorang artis papan atas yang sedang naik daun di dunia hiburan! Saya rasa wajahnya yang cantik dan juga pamornya yang sedang melambung cocok untuk menjadi pasangan anda." Kata Reno. "Batalkan! Aku tak ingin dekat dengan wanita manapun." Kata Leo tegas. "Baik, tuan!" Sahut Reno sedikit kecewa.   Leo melangkah masuk ke ruang makan untuk sarapan sejenak sebelum ia memulai segudang aktifitasnya di hari yang tampak mendung itu. Reno dan Arhan hanya bisa menghela nafas panjang mendengar keputusan majikannya yang masih belum mau mendekat pada wanita manapun akibat penyakit yang ia derita selama ini.   * * * Leo menjalani aktifitasanya hari itu dengan kesibukan seperti biasanya. Reno sebagai asistennya selalu mengikuti kemanapun Leo pergi untuk menjalani semua pekerjaannya di dunia bisnis. Leo masuk ke dalam mobil mewah yang di kendarai oleh supir pribadinya. Beberapa pengawal pun tampak berjejer dan memberi hormat pada Leo seakan ia masuk ke dalam mobil mewah itu. "Tuan, setelah ini kita akan bertemu dengan tuan Okiyama di sebuah resto." Kata Reno pada Leo. "Kau sudah siapkan semua berkasnya?" Tanya Leo. "Sudah tuan!" Sahut Reno. "Bagus! " Ucap Leo memuji kecekatan kerja asistennya itu.   Tiba di depan area parkir resto itu, Leo turun dari mobilnya dan melangkah masuk ke dalam bersama Reno. Namun saat akan sampai di pintu depan resto itu, tiba-tiba saja seornag gadis belia yang masih berseragam SMA tanpa sengaja menyenggol lengannya.   Brrruuuukkkk..... Gadis belia itu dan Leo pun bersentuhan secara tidak sengaja. "Maaf, tuan!" Ucap Gadis belia itu pada Leo. Leo manatap wajah gadis belia itu sambil merasakan apa yang sedang bergejolak di dalam tubuhnya. "Gadis itu!" Gumam Leo dalam hatinya. Leo masih menatap gadis belia itu yang sudah pergi menjauh darinya. "Reno, kejar gadis itu!" Perintah Leo pada asistennya. "Apa?" Ucap Reno kaget. "Cepat kejar gadis itu dan dapatkan dia! Aku menginginkan dirinya!" Perintah Leo lagi pada Reno.   Reno dan beberapa pengawal lainnya berlari mengejar gadis belia yang sudah menjauh dan menghilang dari penglihatan mereka. Namun mereka terus berupaya untuk mencari keberadaan gadis belia itu karena Leo menginginkannya.   Beberapa saat kemudian, Reno dan pengawal lainnya kembali menghampiri Leo yang tak sabar menunggu mereka. Namun saat itu Leo tak melihat Reno membawa gadis yang ia inginkan itu. "Dimana gadis itu?" Tanya Leo pada Reno. "Maaf tuan! Kami kehilangan jejaknya." Sahut Reno. "Sial!" Teriak Leo kesal. Leo mendekati Reno dan mencengkram kerah bajunya dengan kasar. "Aku menginginkan gadis itu! Kau harus mencarinya bagaimanapun caranya! Apa kau mengerti?" Kata Leo menatap Reno dengan tatapan seakan ingin membunuhnya. "Baik, tuan!" Sahut Reno. "Batalkan pertemuanku dengan taun Okiyama! Aku ingin kembali ke rumah." Kata Leo. "Baik, tuan!" Sahut Reno.   Akhirnya siang itu Leo kembali ke rumah untuk menenangkan dirinya dari gejolak hebat yang ia rasakan setelah gadis belia yang tak ia kenal itu bersentuhan denganya. Leo merendam dirinya pada bathtup dengan air dingin. "Bagaimana bisa gadis SMA itu menimbulkan gejolak ini pada diriku? Ketika dia bersentuhan denganku, aku merasakan hal yang selama ini tak aku rasakan karena penyakit sialan itu!" Gumam Leo dalam hatinya. "Apapun caranya aku ingin memiliki gadis itu!" Gumam Leo dalam hatinya lagi.   * * * Malam harinya ketika Leo sedang menatap langit yang masih tertutupi awan tebal di balkon kamarnya dengan segelas wine yang ada digenggamannya, Reno menghampiri dirinya. "Apa kau sudah menemukan gadis yang aku inginkan?" Tanya Leo. "Sudah tuan!" Sahut Reno. Leo berbalik dan mendekati Reno. "Dimana dia? Siapa dia?" Tanya Leo antusias. "Tuan! Gadis itu bernama Shafira. Dia masih duduk di bangku SMA dan juga mengambil pekerjaan sampingan di salah satu minimarket yang ada di persimpangan jalan kota ini!" Kata Reno. "Bekerja? Dia masih sekolah kan?" Tanya Leo. "Dia bukan dari keluarga kaya! Ayahnya telah meninggal ketika ia masih kecil dan ibunya sering sakit-sakitan sehingga dia harus membiayai pengobatan ibunya." Kata Reno. "Heh, dia memerlukan uang!" Gumam Leo memiliki rencana agar ia dapat memiliki Shafira seutuhnya. "Kapan jadwalnya bekerja di minimarket itu?" Tanya Leo. "Sore hari hingga menjelang malam." Sahut Reno. "Ikut aku ke minimarket itu!" Kata Leo bergegas melangkah keluar untuk menemui gadis yang ia inginkan. "Baik, tuan!" Sahut Reno sembari menyembulkan senyuman tipisnya.   Reno tau apa yang telah terjadi terhadap majikannya itu. Perasaan senang pun mencuat di dalam hati Reno ketika tau bahwa Leo mulai tertarik pada lawan jenisnya sekalipun sosok itu adalah seorang gadis belia yang masih berusia 17 tahun.   Tiba di minimarket yang dimaksud, Leo segera turun dari mobilnya dan menatap gadis belia yang sedang bekerja disana. "Itu dia!" Gumam Leo sembari menarik garis senyumnya sedikit.   Leo langsung masuk ke dalam minimarket itu tanpa membawa Reno ikut serta bersamanya. Leo menghampiri sebuah lorong yang menjual bahan-bahan makanan. Di lorong itu, Shafira sedang menyusun bahan-bahan makanan yang akan dijual.   Secara perlahan Leo mendekat pada Shafira dan berpura-pura ingin membeli barang-barang tersebut. Leo mengambil sekaleng sarden dan berpura-pura bertanya pada Shafira. Leo ingin merasakan hal yang sempat ia rasakan ketika pertama kali bersentuhan dengan Shafira. Ia ingin membuktikan bahwa Shafira memanglah wanita yang dia inginkan. "Maaf, apakah kau bisa tunjukkan massa kadaluarsa makanan ini?" Tanya Leo pada Shafira. Shafira pun meraih kaleng sarden itu dan tanpa sengaja menyentuh jari Leo. Sekali lagi Leo merasakan gejolak hebat di dalam dirinya ketika bersentuhan dengan Shafira. "Dia memang wanita yang aku inginkan!" Gumam Leo dalam hatinya sambil menatap wajah Shafira dalam-dalam. Safhira pun membalas tatapan Leo dengan bingung. "Tuan? Apa kau baik-baik saja?" Tanya Shafira pada Leo. "Iya, aku baik-baik saja!" Sahut Leo. "Massa kadaluarsanya ada di balik kemasan." Kata Shafira menunjukkan tanggal yang tertera di balik kemasan sarden itu. "Tuan tidak perlu khawatir, massa kadaluarsanya masih ada setahun lagi." Kata Shafira tersenyum manis selayakanya ia tersenyum kepada pembeli yang berbelanja di minimarket tempatnya bekerja.   Melihat senyuman manis Shafira, lagi-lagi gejolak yang ada di dalam tubuhnya dirasakan kembali oleh Leo. Ia seakan terpedaya dengan senyuman dari gadis belia itu terhadapnya. "Kau orang yang aku inginkan!" Kata Leo pada Shafira. "Apa?" Ucap Shafira kaget sekaligus bingung. Lalu Leo berlalu begitu saja setelah mengucapkan kalimat yang membuat Shafira kebingungan. "Apaan sih pria itu? Setelah berbicara aneh, lalu dia pergi begitu saja. Dasar!" Gerutu Shafira sambil menatap kepergialn Leo sebelum ia kembali melanjutkan pekerjaannya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD