Pertemuan

1367 Words
Pertemuan Selamat membaca Naoki merapikan semua perlengkapannya dan berniat berangkat ke kampus seperti biasa, menempuh pelajaran agar jalan yang dia tuju semakin dekat. Dia melihat Nanami sedang sarapan di depan televisi.                                                                                                                        “Aku pergi,” ucapnya dan Nanami yang melihat kejadian itu mengangguk lalu melanjutkan menonton acara kesukaannya.                                                                                           ‘Kapan kakakku bisa normal seperti laki-laki lain,’ batinnya lalu memasukkan beberapa camilan ke dalam mulut.                                                                                                                                                 Sesampainya di kampus dia melihat Natsu dan Hyme sedang asyik berbicara, kaki itu langsung melangkah menuju ke arah mereka. Natsu sudah menarik napasnya dan Hyme sudah menyiapkan pelembab wajah berjaga-jaga jika dia sampai keringat dingin menghadapi Naoki.                              “Ada yang membuatmu merasa aneh? Apa kau tidak punya pertanyaan?” tanya Natsu dan Naoki menggeleng menatap kosong ke depan.                                                                                              “Apa saraf otaknya sudah normal,” bisik Hyme dan Natsu mengangkat kedua bahunya. Natsu menyentuh bahu Naoki lalu Hyme mencolek pipinya tapi tidak ada respons sama sekali dari dia. “Aku lapar,” ucapnya dan Natsu mengangguk langsung berdiri. “Kau mau ke mana?” Natsu menghela napasnya lalu tersenyum. “Bukannya tadi kau bilang lapar, ayo pergi makan,” ajak Natsu dan Naoki menggeleng, Hyme menarik rambutnya lalu melangkahkan kaki berniat pergi dari pada menderita melihat sikap Naoki. Natsu menarik tangannya dan memberi isyarat agar tetap diam, Natsu menarik tangan Naoki. Membuat tubuh yang tegap berdiri itu terbawa dengan ringannya, Naoki melihat tangan yang memegang dia.                                                                                                                         Bukannya Natsu pernah mengatakan kalau sesama lelaki tidak boleh berpegangan tangan, lalu kenapa dia melanggarnya sendiri. Naoki melepas tangan Natsu dan menatapnya tajam. “Jangan sentuh aku, nanti orang mengatakan kita homo.” Natsu diam dan Hyme terkekeh, dia tidak menyangka bahwa otak si kawan yang tetap positif cepat tangkap dari pada negatif. Dia berdecit lalu membersihkan tangannya dengan tisu dan pergi terlebih dahulu. Naoki yang melihatnya langsung mengejar mereka berdua dan tersenyum, sesampainya di kantin sekolah, Natsu masih tidak menyangka kenapa temannya yang sangat lugu ini tidak memberi pertanyaan aneh. “Aku mau mengatakan sesuatu yang aneh,” ucapnya dan Natsu langsung membulatkan mata, Hyme mengatur posisinya tidak sabar mendengar curahan hati dari teman super lugunya ini. “Katakan saja,” ucap Natsu. “Berjanjilah kalian tidak akan memarahiku lagi,” ucapnya dan mereka berdua mengangguk, Hyme menahan tawanya lalu menatap serius sedangkan Natsu sudah menarik napas menjawab pertanyaan Naoki. “Semenjak kejadian aku yang memimpikan seorang wanita, aku selalu berpikiran kalau ada salah satu wanita yang selalu memelukku, memiliki wajah yang mulus, suara yang lembut dan wanginya terasa jelas.” Dia hanya memimpikan seseorang lalu kenapa aroma tubuhnya Naoki sampai tahu, Natsu menatap Hyme dan Hyme mulai menahan tawa, tawa itu beberapa detik kemudian keluar membuat Naoki kesal. “Sepertinya kita harus mencari seorang wanita untuk dia,” ucap Hyme memegang perutnya. “Yang aku katakan itu tidak bohong, wanita itu terasa nyata dan senyumannya saat itu bisa membuat tubuh ini membeku tanpa alasan, aroma bunga mawar yang dia keluarkan begitu harum, bibir merah muda dan rambut kecokelatan serta warna mata yang hitam besar.” Natsu diam, kali ini Naoki berbicara tanpa menimbulkan masalah setiap kata yang dikeluarkan seperti nyata bagi dia, tapi tidak mungkin di dalam mimpi bisa mencium aroma tubuh. “Di mimpi itu di mana kau bertemu dengan dia dan apa kejadiannya kemarin?” tanya Natsu dan Naoki mengangguk. “Di koridor belakang sekolah menuju taman belakang,” jawab Naoki penuh percaya diri, Hyme masih tidak yakin kalau itu akan menjadi kenyataan, kesempurnaan wanita yang dikatakan tadi tidak mungkin ada di dunia nyata kecuali mimpinya. “Kau pintar, berapa kira-kira tinggi dan berat badan wanita itu?” tanya Hyme. “Tingginya sekitar 169 cm dan berat badan 50 kg.” Natsu mengangkat kedua bahunya menatap Hyme. “Aku berharap wanita itu nyata, agar kau bisa berubah dengan cepat,” lanjut Hyme masih tidak percaya. ‘Dari ciri-ciri yang dikatakan Naoki, aku tidak pernah melihat orang yang mirip di kampus ini. Apa itu hanya mimpi indah saja, tapi sangat disayangkan sifat bodohnya tidak akan bisa hilang,’ batin Natsu. “Kita lanjutkan makan saja, aku sudah lapar,” jawab Hyme langsung memasukkan semua makanan ke mulutnya. Natsu hanya menggeleng mengikutinya sedangkan Naoki diam merasa tidak tenang. Dia berpikir wanita itu harus segera bertemu dengan dia agar kedua temannya dapat percaya yang dia katakan tidak bohong, Naoki masih memikirkan wanita itu, ketika wanita itu berbalik melihat Naoki. Angin menerpa rambutnya dan menutup sebagian wajah lalu tersenyum manis menampakkan giginya yang putih sedikit tidak rata yang membuatnya tampak lebih manis lagi. “Makan,” tegas Natsu dan Naoki langsung mengangguk membuyarkan bayangannya, memakan makanan yang sudah dipesannya. Selesai makan mereka langsung pergi dari tempat tadi. “Aku ke kamar mandi,” ucap Naoki kemudian meninggalkan kedua temannya. “Apa kau yakin yang dia katakan tadi nyata?” tanya Hyme dan Natsu mengedikkan kedua bahunya. “Semoga saja, agar sifat bodohnya hilang,” jawab Natsu memegang pipi Hyme lalu melumatnya dengan sempurna. Memainkan lidahnya dan mengisap setiap bagian yang membuatnya semakin nafsu. Di tempat lain, setelah keluar dari kamar mandi Naoki berniat menemui kedua temannya, tapi terhalang saat matanya menangkap taman belakang, dia berpikir jika dia ke sana apa wanita khayalannya itu akan ada. Kaki itu terus melangkah sesuai yang diinginkan isi otaknya, berjalan di setiap koridor dan memperhatikan sekeliling mencari sosok wanita yang dia impikan, tapi hasilnya nihil. ‘Benar yang dikatakan mereka semua itu hanya sebuah halusinasi.’ “Akh!” teriak seorang gadis saat Naoki berbalik, dadanya terbentur kepala seseorang dan wanita itu hampir jatuh memegang bajunya dan melihat hak sepatunya yang rusak. Pegangannya tidak kuat dan lepas, sempurna sekali Naoki memegang pinggangnya saat wajah wanita itu menyentuh kejantanannya. ‘Aku akan mati, dia pasti marah,’ batin wanita itu. Di lain sisi, Naoki merasakan detak jantungnya yang semakin cepat, tubuhnya membeku sempurna saat miliknya disentuh. “Maaf,” ucap wanita itu lalu mengangkat kepalanya dan tersenyum.  Tubuh itu membeku lagi dengan semua saraf menegang, senyuman dan aroma wanita itu membuat dia tidak bisa mengendalikan diri.  “Aku tidak sengaja menyentuhnya, dan meninggalkan bekas pemerah bibir di sana, aku akan membersihkannya,” ucap wanita itu mengambil tisu dari tasnya lalu menunduk membersihkan celana Naoki.  Kedutan jelas terasa di kejantanannya Naoki, membuat dia sesak di bagian sana. Sontak tangan itu langsung menutupnya, wanita di depannya menatap heran, Naoki berjalan mundur. Posisi kedua tangannya masih menutup kejantanan yang mulai menimbulkan reaksi, dia tidak tahan lagi kemudian lari begitu cepat meninggalkan wanita tadi, dia tidak menyangka hal ini dapat bereaksi.  ‘Apa aku salah? Aku hanya membantu dia membersihkan akibat ulah yang kulakukan tadi, tidak melihat dia dan langsung saja menabraknya begitu saja, ini sangat memalukan.’   *** Jangan lupa tap love, follow, dan juga komen. Silakan baca cerita lain yang berjudul f**k With Boss atau ketik di pencarian F**k With Boss, genre dewasa 21+ sedikit vulgar beda dengan cerita ini :).
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD