Prolog

338 Words
“Ah capek kuliah, mau nikah aja rasanya sama sugar daddy kaya!”   Alinka Naresha Rusnandi tidak pernah menyangka kalimat yang ia ucapkan secara asal di semester lima kuliahnya saat itu akan menjadi kenyataan beberapa saat lagi.   Alinka yang tengah dirias oleh salah satu make up artist pengantin terbaik di Jakarta ini hanya bisa menatap pantulan wajahnya di cermin. Dalam hati, Alinka terus menerus bertanya entah kepada siapa, “Gue bakalan jadi istri orang?”   Saat dulu Alinka berkata asal soal ingin menikah, Alinka hanya sedang lelah oleh rentetan tugas kuliah yang seolah tiada akhir. Ditambah uang saku dari ayahnya menipis sebelum waktunya karena Alinka habiskan untuk belanja di Sephora minggu sebelumnya.   Siapa sangka kalau beberapa tahun kemudian, ucapannya benar-benar menjadi nyata. Dalam beberapa menit lagi, Alinka akan resmi menikahi seorang pria berusia tiga puluh empat tahun—sepuluh tahun lebih tua darinya!   Dan lagi, lelaki itu sudah memiliki seorang anak laki-laki kecil berusia empat tahun yang membuat Alinka bukan hanya akan menjadi seorang istri tetapi juga seorang ibu!   “Mama Alin!” Rayn, seorang bocah berusia empat tahun yang hari itu mengenakan sebuah tuxedo mini berlari menghampirinya. Sebuah s**u kotak rasa pisang berada di tangan mungilnya, “Bukain!” Pinta bocah itu sambil mengulurkan s**u kotak tersebut ke arah Alinka.   Alinka tertawa, selalu gemas akan setiap tingkah bocah yang sebentar lagi akan menjadi anak tirinya tersebut. Bahkan jauh sebelum ia tahu jika bocah itu akan menjadi anaknya. “Iya sini Mama Alin bukain.”   Rayn lalu memanjat naik ke pangkuan Alinka, membuat Renata, sahabat dekat Alinka nyaris berteriak karena khawatir bocah itu akan mengotori gaun pengantin yang Alinka kenakan.   “Nggak apa-apa, Nat, Rayn pinter kok nggak bakalan numpahin susunya ke baju Mama Alin, ya?”   Rayn yang kini sedang menyedot kotak susunya menatap Alin dengan matanya yang bulat melalui pantulan kaca. Bocah itu mengangguk. “Iya, tadi kata Daddy, Rayn ngga boleh gangguin Mama Alin soalnya Mama Alin udah dandan cantik.”   Alinka terbatuk pelan. Tangannya lalu mengelus surai lembut bocah itu sebelum kemudian kembali membiarkan make up artist menyelesaikan tugasnya. Katanya, gue cantik. Itu setidaknya cukup untuk Alinka menghilangkan segala keraguan di hatinya saat ini.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD