Dua

852 Words
“Daddy!” Bocah berusia tiga setengah tahun itu melompat dari tempat tidur yang ditidurinya begitu mendengar pintu ruangan dibuka, disusul kemunculan seorang pria dengan kemeja sedikit berantakan dan rambut acak-acakan diterpa angin masuk ke ruangan.   “Rayn!” Pria berkemeja berantakan itu berseru ketika bocah itu sudah berlari ke arahnya dan menubruk kakinya untuk dipeluk. Pria itu, Bara, langsung berjongkok demi menyetarakan tingginya dengan sang bocah. “Are you okay, Nak?” tanyanya sambil mulai meneliti tubuh bocah itu di setiap sisinya, memastikan tidak ada suatu yang kurang dari anak laki-laki semata wayangnya tersebut.   Rayn menganggukkan kepalanya sebelum kemudian berkata, “Mau pulang.”   Bara berkedip. Tidak tahu bagaimana harus menjelaskan pada putranya tersebut kalau Bara belum bisa membawanya pulang saat ini karena lelaki itu masih harus bekerja. Bara datang ke daycare tempat Rayn biasa dititipkan selama ia bekerja setelah mendapatkan telpon dari salah satu pengurus daycare yang mengabarkan kalau Rayn terjatuh saat bermain dan tidak mau berhenti menangis meski pihak daycare sudah memastikan tidak ada luka pada bocah itu. Tetapi meski pihak daycare sudah menjamin, Bara tetap datang—bahkan rela naik ojek online agar bisa cepat sampai.   “Daddynya Rayn, maaf sebelumnya karena kelalaian kami sampai Rayn bisa jatuh saat sedang bermain.” Perempuan muda yang mengenakan name tag bernama Mentari di dadanya akhirnya bicara. Mentari adalah miss yang bertanggung jawab di kelas Abracadabra tempat Rayn menghabiskan waktunya di penitipan bersama delapan anak-anak seusianya yang lain. “Tapi saya sudah memastika di CCTV, Pak, kalau Rayn ternyata tidak benar-benar jatuh.”   Rayn kini sudah berada di gendongan Bara, matanya mengerjap karena mengantuk setelah kelelahan menangis cukup lama. “Maksudnya, Miss?”   Mentari terlihat bingung dan ragu untuk menyampaikan apa yang ia ketahui mengenai Rayn. Karena khawatir hal itu akan menyinggung Bara sebagai ayah. “Uhm itu Pak, jadi kalau dilihat di CCTV, Rayn yang tiba-tiba tengkurap di lantai lalu menangis. Tidak tersandung atau sedang berlarian seperti dugaan kamu semula.”   Bara menatap pengasuh Rayn selama di daycare itu dengan tatapan bingung. “Maksud Miss, anak saya hanya pura-pura jatuh?”   “Maaf, Pak, untuk sementara dugaan saya dan pihak daycare betul seperti itu. Bapak bisa lihat sendiri hasil video CCTVnya sebagai bukti.”   Bara menghela napas. Dan sejujurnya, Bara tidak terlalu terkejut dengan fakta tersebut karena ia sudah mengalami hal yang sama sebelumnya. Bara melirik wajah Rayn yang kini sudah sepenuhnya bersandar di bahunya dan tertidur lelap. Damai sekali, tanpa dosa dan seolah tidak mau tahu apa yang sedang terjadi di sekelilingnya termasuk kekacauan seperti apa yang sudah ia ciptakan.   “Iya, Miss, saya percaya.” Bara memasang senyuman canggung. Sedikit malu karena ternyata kini ada orang lain yang juga mengetahui tentang kelakuan Rayn demi menarik perhatiannya. “Sepertinya saya sudah terlalu sibuk sampai tidak punya banyak waktu untuk Rayn, karena itu Rayn bertindak seperti itu agar saya datang. Mohon maaf sekali lagi karena kelakuan Rayn, Miss.”   Mentari terkejut atas ucapan Bara, tentu saja. Meski Mentari memang menduga tingkah laku bocah berusia tiga setengah tahun itu termasuk hal yang kurang wajar untuk bocah seusianya, Mentari bisa sedikit memahami perbuatan itu sebagai bentuk Rayn untuk mencari perhatian ayahnya saja. Masalahnya, Mentari tidak tahu kalau Bara justru juga sudah mengetahui hal tersebut.   “Apa Rayn boleh pulang lebih cepat, Miss?” tanya Bara akhirnya. “Karena kalau saya tinggal lagi pasti Rayn akan kembali mencari cara untuk pulang.”   “Oh, iya tentu saja boleh Pak.”    Bara mengangguk lalu sambil membenarkan letak gendongan Rayn, lelaki itu berpamitan dan pergi meninggalkan daycare dengan hati yang terasa sakit.   Bara mencium pelan kepala Rayn, “Maafin Daddy, Nak, Daddy belum bisa jadi ayah yang baik buat Rayn,” Bara berujar dengan nada sendu, tatapannya menerawang jauh. “Andai… andai Mommy kamu nggak ninggalin kita, kita berdua tidak akan seperti ini. Maafin Daddy karena nggak bisa jaga Mommy untuk kamu, Rayn.” Gardira Bara Prayudha berusia dua puluh sembilan tahun ketika pertama kali bertemu dengan Indira Putri Gautama ketika melakukan penerbangan menuju Italia saat itu. Indira adalah pramugari yang bertugas di kabin first class yang ditumpangi Bara dalam penerbangan lebih dari dua puluh jam tersebut.   Indira beberapa kali menghampiri Bara untuk mengantarkan in flight meal dan juga membantu Bara ketika lelaki itu membutuhkan sesuatu. Dan ketika akhirnya pesawat yang ia tumpangi mendarat di Milan dan Bara bertatapan dengan Indira untuk terakhir kalinya hari itu, Bara tahu ia sudah jatuh cinta pada pandangan pertama dengan perempuan berlesung pipi tersebut.   Dengan bantuan koneksi yang Bara miliki, dua bulan kemudian ia berhasil berkenalan dengan Indira dan akhirnya menikah dengannya enam bulan kemudian.   Bara tahu hubungannya dan Indira adalah hubungan yang cukup singkat mulai dari Bara jatuh cinta hingga akhirnya berkenalan, berkencan dan kemudian memberanikan diri melamar Indira ketika lelaki itu dengan sengaja ikut penerbangan perempuan itu ke Dubai. Di At.Mosphere Burj Khalifa, yang merupakan restoran tertinggi di dunia itu lah Bara menyatakan keinginannya meminang Indira.   Di bulan ke empat pernikahan Bara dan Indira, Tuhan menitipkan kepercayaan di rahim Indira yang kemudian lahir dengan sehat di penghujung Desember, yang diberi nama Raynald Aldian Prayudha.   Bara pikir, kebahagiaannya lengkap di hari Rayn lahir ke dunia. Bara pikir, setelah itu ia bisa hidup harmonis dengan keluarga kecilnya. Sampai kemudian badai itu datang tepat di hari ulang tahun pertama Rayn. Hanya beberapa jam setelah lilin kue ulang tahun berbentuk robot-robotan ditiup, balon-balon berwarna biru diletuskan, piring-piring pesta dibereskan.   Indira memilih meninggalkan Rayn dan Bara tanpa pilihan untuk bisa mempertahankan. 
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD