bc

HYPER!

book_age18+
46.5K
FOLLOW
556.0K
READ
sex
one-night stand
friends to lovers
badboy
badgirl
drama
comedy
sweet
bxg
humorous
like
intro-logo
Blurb

(21+) Adult content!

SMA 71 memang dikenal dengan segudang prestasi. Piala berjejeran disumbangkan dari para siswa baik di bidang akademis maupun non akademis.

Tapi siapa yang tahu kalau siswa disana sangat ekstreme. Mulai dari Ketua OSIS sampai Anak Olimpiade, semua punya ceritanya masing-masing.

chap-preview
Free preview
Ayana and Gamma
"Ahhh... s**t, beb! Terus... Terus... Ahhh yess!" "b*****t kalian emang. Kalo mau ena-ena jangan di UKS woy ah! Ini tempat orang sakit, bukan hotel," Gamma menggeram kesal karena jadi terduduk dari posisi rebahannya. "Bacot ah, Ga. Nanggung bego," balas Ben tak mau tahu, masih terus melanjutkan ke'tanggung'annya bersama Valerie. Cowok itu merem melek keenakan diatas brankar dengan posisi diatas, padahal di sebelahnya Gamma sudah ingin mematahkan lehernya. Untung saja brankar mereka terhalang tirai, jadi Gamma tidak tahu kalau Ben dan Valerie sudah sepenuhnya telanjang. Plok. Plok. Plok. Plok. "Anjing Bennedict! Gue lagi push rank keganggu nih ah buset. Kalah kan," maki Gamma lagi, telinganya enek banget mendengar suara 'burung' yang nabrak-nabrak goa amerika. Btw, Valerie yang sekarang jadi teman mainnya Ben adalah gadis campuran Indo-Amrik, kalau kalian mau tahu. "Salah lo Ga, sakit kagak tapi numpang rebahan disini. Main game pula," Ben masih saja membalas. "Lah mending gue rebahan sambil main game, daripada lo rebahan sambil genjotan." "Gue tengkurep bego. Bilang aja lo pengen," suara Ben bercampur desahan Valerie. Jago banget emang Ben, bercinta masih bisa balasin omongan Gamma. Gamma berdecak sebal, jadi melirik 'adiknya'. Iya sih. Gara-gara dengar live orang lagi ena-ena, 'adiknya' jadi pengen. "Ben, ahhh... faster, baby, oh yeah like that, ahhh!" "Yes, Val. Sshhh." Gamma beranjak jengah setelah mengumpat berkali-kali. Bisa gila lama-lama dengarin desahan dua manusia itu. Nggak ada faedahnya banget memang dia disini. Baru membuka pintu UKS, Gamma berhadapan dengan cewek putih berpipi gembil yang ternyata mau masuk. "Lo ngapain disini?" suara lembut cewek itu sebanding dengan muka imutnya. Namanya Ayana, seangkatan dengan Gamma hanya beda kelas. Dulu pas kelas sepuluh mereka satu kelas, dan jadi musuh-musuhannya. Sekarang udah beda kelas. Gamma memutar bola matanya. "Perlu lo tanya itu sama orang yang baru keluar dari UKS? Gue keliatan habis beli makaroni di dalem?" Ayana melotot kesal. Emang susah ngomong sama kadal gurun. "Minggir!" cewek itu mendorong Gamma sampai termundur ke belakang lalu ia masuk ke dalam. "Ahhh Ben, gue mau keluar!" "Sama, Val. Bareng aja." "Ahhh Ahhh!" Gamma refleks memutar badan Ayana sampai menghadap ke arahnya, lalu menutup kedua telinga cewek itu. Terlihat mata Ayana membulat, kayaknya dia shock mendengar suara orang yang lagi ena-ena secara live. Cewek itu berkedip-kedip menatap Gamma. "Ga, kayak suara orang yang lagi..." Ayana enggan lanjutin ucapannya, cuma menelan ludah sambil bertatapan dengan Gamma. "Makanya, lo kalo mau masuk ruangan tuh punteun dulu sama yang ada disini," tegur Gamma. Cowok itu semakin mengeratkan tangannya di telinga Ayana ketika Ben dan Val melenguh panjang, tanda pergulatan telah usai, harusnya. "Gue disuruh ambil inhealer sama Kia kan tadi," adu Ayana, jantungnya berdegup kencang menyadari betapa dekatnya dia dengan Gamma. Bayangin aja dahinya Ayana sampai nempel di jakunnya Gamma. "Entar lagi ambilnya. Sekarang kita pergi." Gamma menuntun Ayana keluar, masih dengan tangan menutupi telinga cewek itu. Jadi Gamma berjalan mundur ke pintu, Ayana yang maju. Baru setelah benar-benar keluar, Gamma menjauhkan tangannya. Suasana jadi aneh gara-gara kejadian di dalam UKS. Sialan. Ben yang enak, gue yang awkward. Batin Gamma. "Lo lagi jam kosong?" Gamma basa-basi. Ayana langsung mengangguk. "Mapel Fisika. Bu Utami lagi cuti hamil kan. Lo juga?" Gamma menggeleng. "Lagi males. Sejarah cuma bikin ngantuk. Nah kan, cuma ngomong sejarah doang gue langsung ngantuk. Gue mau ke perpus. Tidur di pojokan." Gamma berlalu pergi. Anehnya, Ayana malah melangkah di belakangnya. "Lo ngapain dah?" Ayana jadi mengerjap-ngerjap. Ikutan mempertanyakan pertanyaan Gamma di dalam hati. Cewek itu berdeham untuk mengembalikan harga dirinya. "Emang perpus cuma boleh dimasukin Gamma Andrean Rakasa doang?" balasnya songong. Gamma mendengus. "Yaudah, kalo gitu gue ke lab kimia aja." Mata Ayana jadi membulat bingung. Pasalnya lab kimia berlawanan arah dengan perpustakaan. Gamma ke kiri dong, kalau Ayana ke kanan. Tapi kemudian terdengar tawa Gamma. "Canda elah. Lo bilang aja pengen bareng gue. Ayok dah ke perpus." Tanpa sadar Gamma meraih tangan Ayana menuju perpustakaan. Disana sepi. Maklum, lagi jam masuk. Tampaknya Bu Segi juga lagi nggak ada di tempat jaganya. Gamma menarik Ayana melewati lemari-lemari buku, terus melangkah ke paling pojok. "Dah, gue mau tiduran disini, soalnya jarang ada orang lewat. Lo mau ngapain terserah," ucap Gamma kemudian mengambil posisi rebahan dengan tangan terlipat satu ke bawah kepala menjadi bantalan. Ayana jadi terdiam. Kalau Gamma tidur, dia ngapain dong? Cewek itu akhirnya memilih duduk menyender pada lemari buku yang tidak jauh dari Gamma. Lalu ikut memejamkan matanya. Suasana begitu hening, sampai Ayana terlena dan matanya semakin terasa berat, sepertinya dia tertidur juga. *** Entah berapa lama waktu yang telah berlalu, Ayana merasa bahwa dia tertidur cukup lama. Matanya mengerjap dan perlahan terbuka. Bola matanya membulat seketika saat langsung melihat wajah Gamma begitu dekat dengannya. "Gam—" Ayana tidak bisa melanjutkan kalimatnya karena Gamma tiba-tiba menciumnya. Gadis itu mengerjap-ngerjap kaget. Bibir Gamma terus menyapu bibir Ayana lama. Padahal Ayana baru bangun tidur banget, dan masih kaget. Gamma terus memperdalam ciumannya. Menuntut agar Ayana membuka mulutnya dengan memberikan gigitan-gigitan kecil. "Na, buka mulut lo," suara Gamma serak dan menuntut. Ayana menggeleng kuat sambil terpejam. "Cium doang Na. Gue udah tahan daritadi," Gamma terus memberikan kecupan-kecupan pada bibir Ayana. "Na,," suara Gamma jadi merengek. Ayana membuka matanya perlahan. Ia menatap pandangan Gamma yang sendu. "Lo bikin gue kaget," ucap Ayana lirih sambil menggigit bibir bawahnya. Gamma yang melihatnya jadi menelan ludah. Cowok itu mencium bibir Ayana singkat. "Masih kaget nggak?" Jantung Ayana seakan sedang berlomba-lomba ingin keluar.  Kemudian dia menggeleng malu. Pasti pipinya sudah merah banget. Ya ampun! Gamma sempat tersenyum kecil melihat ekspresi itu, tangannya mengangkat dagu Ayana agar cewek itu melihatnya. Lalu kembali memagut bibir Ayana. Gamma menarik tengkuk Ayana agar cewek itu lebih dekat dengannya. Tanpa sadar Ayana sudah mengalungkan tangannya pada leher Gamma. Seakan mendapatkan lampu hijau, pagutan-pagutan Gamma terus berlanjut. Cowok itu mengangkat tubuh Ayana dan memposisikan agar Ayana berada di pangkuannya. "Ga," Ayana melepaskan ciuman ketika tangan Gamma menyusup ke dalam seragamnya. Namun tidak dipedulikan, Gamma beralih pada leher Ayana, menggigit dan menghisapnya sampai tanda merah keunguan tercetak disana. Satu tangan Gamma menahan tengkuk Ayana, tangannya yang lain meremas p******a. "Gede, Na, punya lo," bisik Gamma lalu menjilat telinga Ayana. Gadis itu berjengit. "Hhh, Ga," Ayana mencengkram kerah belakang Gamma sambil menggigit bibirnya. "Katanya, cium, ajah, mmhh," Ayana semakin memperkuat cengkramannya ketika tangan Gamma turun menyingkap roknya dan menelusup ke balik celana dalam. Mengusap-usap bagian paling sensitifnya. "Gamma," Ayana sekuat tenaga menahan desahannya. Ia memeluk Gamma karena tidak tahan pada sentuhan cowok itu. "s**t, Na. Disini boleh kan, ya?" Suara Gamma sudah serak. Daritadi 'adiknya' sudah bangun dan sesak banget. Apalagi Ayana ini ternyata punya badan yang bisa membuatnya ingin cepat-cepat menyatukan diri. Nafas Ayana sudah tak menentu, bisa Gamma rasakan karena cewek itu memeluknya dan berhembus di lehernya. Membuat otak Gamma semakin menggila. "Ahh," Ayana mendesah tertahan. Antara malu dan takut terdengar orang lain. Gamma segera menutup bibirnya dengan ciuman. Tangannya masih bergerak di balik celana dalam Ayana, dan cewek itu terus mengeluarkan suara yang menurut Gamma seksi banget. Berbeda dengan desahan Valerie yang menggebu-gebu, Ayana terlihat pemalu. Sambil terus memagut, Gamma melepaskan celana dalam Ayana. Membuka sendiri sabuk kulitnya, dan menurunkan resleting celananya. Gamma bangkit berdiri dengan mengangkat tubuh Ayana, mengangkangkan kaki cewek itu padanya. Menyandarkan Ayana pada lemari buku agar tidak terlalu berat. "Ga," Ayana menatap ragu pada Gamma. Tetapi tahu sedari tadi ada sesuatu yang mengeras pada cowok itu. Dan terlihat Gamma tidak peduli walaupun Ayana menolaknya. Gamma si cowok keras kepala. "Ssshhh, aawhhh," Ayana membenamkan wajahnya di ceruk leher Gamma ketika merasakan sesuatu yang masuk ke tubuhnya. "s**t Na, sempit banget," Gamma tidak langsung menggerakkan badan karena Ayana mendesis kesakitan. Ia membiarkan Ayana membiasakan tubuhnya dengan Gamma. Setelah melihat kerutan di dahi Ayana mengendur, Gamma mulai bergerak perlahan. Awalnya Ayana masih mendesis, lama-kelamaan cewek itu mendesah pelan. Gamma mempercepat gerakannya. "Ssshhh. Ga. Ahhhh." Gamma membiarkan Ayana terus mendesah. Toh di perpustakaan ini sedang tidak ada siapapun selain mereka berdua. Dan juga, suara Ayana kalau sedang bercinta enak banget di dengarnya. Buat Gamma ingin terus dengar. "Enak, Na?" Gamma menggoda tanpa memperlambat gerakannya sehingga suara khas peraduan orang yang sedang bercinta pun terdengar daritadi. Helaian rambut depan Ayana basah, tetapi bibir mungilnya tidak berhenti bersuara. Sepertinya dia menikmati apa yang dilakukan Gamma padanya. "Ahhh gosshh, emmhh Ga," Ayana mulai merengek. Sepertinya sudah akan mencapai puncaknya. Gamma juga sudah merasa akan keluar. Jadi dia mempercepat temponya. " Gamma, gue, ahhh. Gamma," Ayana semakin meracau tidak jelas. Tubuhnya mengikuti gerakan Gamma dan tangannya memeluk erat cowok itu. "Gausah jerit, Na. Cium gue aja." Ayana menurut. Menangkup pipi Gamma dan mencium cowok itu untuk meredam suaranya sendiri. "Mmmhhhhh,," Lenguhan panjang Ayana tertahan pada bibir Gamma. Sesuatu telah keluar dari tubuhnya. Rasanya sekarang Ayana lemas. "Gue belum keluar," Gamma kembali menggenjot Ayana untuk mendapatkan pelepasannya. Tidak butuh waktu lama karena cowok itu juga sudah hampir keluar. "Ahh, Na," Gamma akhirnya keluar juga. Ayana merasakan sesuatu yang hangat memuncrat dalam tubuhnya. Kedua manusia itu saling menormalkan nafas mereka setelah bergelut dengan nafsu yang membara. Gamma menurunkan Ayana dari gendongannya. "Cie, pertama kali," cowok itu malah menggoda. Pipi Ayana jadi merah. Matanya tidak berani menatap Gamma dan akhirnya menunduk. Ayana malah melihat burungnya Gamma yang belum dimasukkan lagi ke celana. Cewek itu terpana. "Gue, belum pernah liat punya cowok." "Gede ya punya gue?" kekeh Gamma sambil meraih dagu Ayana agar mereka bertatapan. Lalu dia mencium bibir Ayana lagi.   ***

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Call Girl Contract

read
323.1K
bc

✅Sex with My Brothers 21+ (Indonesia)

read
922.4K
bc

I Love You Dad

read
282.6K
bc

Rewind Our Time

read
161.0K
bc

Pinky Dearest (COMPLETED) 21++

read
290.4K
bc

Yes Daddy?

read
797.7K
bc

SEXY LITTLE SISTER (Bahasa Indonesia)

read
307.7K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook