Bab 2

1107 Words
“Berubah bagaimana?” Selin mengernyit. “Katanya dia lembur, Lin, biasanya dia bakalan lembur di akhir bulan. Ngawasin mereka yang bikin laporan, kan. Sekarang setiap hari. Kucek data, dia selalu kelar kantor tepat waktu,”kata Seva sambil memijit pelipisnya. “Mungkin aja Zayn punya kegiatan di luar kantor, Seva. Ada kerjaan yang lain yang di luar jangkauan kamu.” “Nggak mungkin ada agenda yang di luar pantauan, semuanya kan udah terstruktur. Kalau ada, ya paling lama juga seharusnya satu minggu aja.” “Coba kamu tanya sama Zayn baik-baik. Mungkin aja dia lupa cerita ke kamu karena sibuk. Jangan khawatir ya?” Selin berusaha menenangkan meskipun dirinya sekarang yakin bahwa Zayn sudah mulai melakukan kebohongan pada Seva. Makanan mereka datang. Meskipun tidak berselera makan, Selin  memaksa Seva makan biar pun sedikit. Jangan sampai masalah membuat kita lupa pada kesehatan yang nantinya akan semakin memperburuk keadaan. Ia dan Seva sama-sama perantau, ia akan selalu mendukung dan menemani Seva dalam keadaan apa pun. Pukul lima sore, Seva sampai di rumah. Ia diantar oleh Selin sampai ke rumah karena kebetulan rumah mereka searah. Seva mengerutkankeningnya saat pintu rumah terbuka dan ada mobil Zayn di sana. Bukankah suaminya itu bilang akan pulang larut malam. Seva melangkah cepat, dilihatnya ada sepatu wanita yang ia kenal. Seva masuk ke dalam rumah dan melemparkan senyuman.”Loh, Mama ada di sini?” Seva mencium punggung tangan Ibu mertuanya. “Kamu baru pulang?” “Iya, Ma.” Seva duduk di sebelah Ibu mertua. “Jangan kerja terlalu keras, Seva, kamu harus banyak istirahat di rumah supaya cepat hamil.” Seva tersenyum tipis.”Iya, Ma. Mama diantarkan Zayn ke sini?” “Iya. Mama minta jemput ...rencananya mau pergi ke acara tunangan sepupunya Zayn. Eh, katanya ada yang ketinggalan,”kata sang Ibu santai. “Kalau gitu Seva siap-siap dulu,ya, Ma.” Seva bangkit dengan terburu-buru, ia tidak tahu kalau hari ini ada acara penting. Zayn juga tidak pernah memberi tahu perihal ini. “Ehm....,Seva. Mama sama Zayn saja yang pergi!” Langkah Seva terhenti, wajahnya memucat karena kaget sekaligus malu. Harusnya ia bertanya dulu apakah ia diajak atau tidak.”Oh...iya, Ma.” “Kita cuma sebentar kok, kalau lama-lama dan kamu ikut, nanti di sana bisa ditanyai macem-macem. Mama kan malu, sampai sekarang nggak punya cucu,”katanya dengan lugas. Sedikit pun ia tidak melirik Seva dan memikirkan perasaan menantunya. “Iya, Ma. Maaf...Seva ke kamar dulu.” Seva berjalan cepat ke kamarnya. Di depan pintu kamar, ia bertemu dengan Zayn yang sudah tampil rapi, wangi, dan seperti biasa, sangat modis.”Kamu kok nggak bilang mau pergi ke tunangan sepupu kamu?” “Ya karena yang pergi cuma aku sama Mama,”jelas Zayn. “Memangnya kenapa kalau aku ikut?” “Seva, jangan dibahas ya. Ini cuma masalah kecil aja, lagi pula aku lupa kalau acaranya itu hari ini. Kamu baik-baik di rumah ya?” Zayn mengusap puncak kepala Seva. Seva mengangguk pasrah, mau tidak mau ia hanya bisa menuruti perintah suaminya. Apa yang harus ia lakukan di rumah sendirian, entahlah, yang pasti, saat ini ia sangat sedih.   **   Seva bolak-balik mengubah posisi tidurnya. Ia resah menunggu suaminya yang tak kunjung pulang. Sudah jam sepuluh, bukankah Mama mertua tadi mengatakan kalau mereka hanya sebentar. Andai saja ia ikut dalam acara itu, ia tidak akan sekhawatir itu. Tapi, kenapa ia tidak diikutsertakan, bukankah ia juga bagian dari keluarga. Wanita itu mengambil ponsel dan membuka **. Lalu, ia melihat foto yang membuat darahnya mendidih. Katanya, yang hadir hanyalah Mama dan Zayn saja. Kenyataannya keluarga besar hadir di sana,lengkap dengan seragamnya. Seva benar-benar tidak dianggap. Hati Seva kembali hancur. Seva langsung menutup instagramnya agar hatinya tidak semakin terluka. Ia menunggu Zayn dengan resah untuk meminta penjelasan. Hubungan seperti ini hanya akan menjadi duri dalam daging. Pukul dua belas malam, mobil Zayn memasuki garasi. Seva menanti Zayn dengan sabar sampai suaminya itu masuk ke dalam kamar. Lampu dinyalakan, Zayn terkejut saat menyadari Seva belum tidur. “Kok belum tidur?” Zayn mengusap puncak kepala Seva. “Acaranya memang sampai malam ya?” “Iya.” “Aku memang nggak diajak ya? cuma aku?” Zayn menoleh ke arah Seva, pria itu membuka pakaiannya.”Kenapa?” “Aku lihat postingan Dina di **, aku lihat foto keluarga besar. Semuanya ada kecuali aku, bahkan semua menantu juga ada. Kamu meletakkan aku di posisi bukan menantu?”tanya Seva dengan mata merah. Zayn duduk di sebelah Seva, mengusap-usap punggung istrinya lembut.”Kamu, kan,  sudah dengar apa kata Mama. Lagi pula yang menikah itu bukan keluarga inti, itu adalah cucu dari sepupunya kakek.” “Zayn, bisa nggak sekali aja kamu dengerin aku.” “Aku harus dengerin omongan Mamaku, kan? Kalau nggak, aku jadi durhaka.” “Kamu bisa tetap mendengarkan omongan Mama dan omonganku tanpa melukai siapa pun, kamu sangat bisa, tapi kamu nggak pernah mau!” “Kamu sudah tahu alasan kenapa Mama nggak mengizinkan kamu ikut ke acara keluarga. Jadi, mohon kamu ngerti ya...” “Tapi, sampai kapan aku diperlakukan begini?”kata Seva kesal. Zayn menarik napas panjang, ia ingin menyampaikan sesuatu yang mungkin akan menyakiti Seva. Tapi, ini permintaan sang Mama dan juga keinginan dirinya.”Seva, boleh aku menikah lagi?” “Kenapa harus menikah lagi?” “Karena kamu tidak bisa punya anak,”kata Zayn.”Aku anak pertama dan cucu pertama yang menikah di keluargaku, aku harus segera memberikan keturunan sebelum adikku menikah dan punya anak juga.” Harus bisa...anak pertama, cucu pertama dan kelak anak kita menjadi cicit pertama.” Seva tersenyum tipis. Alasan itu  sudah ia dengar ratusan kali, ia sudah cukup paham dengan alasan itu. Tapi, mau bagaimana lagi jika kondisinya memang seperti ini. Wanita itu menggeleng.”Maksudnya kamu mau punya istri dua begitu?” “Iya.” “Cari Ibu pengganti saja, aku nggak apa-apa,”kata Seva dengan suara bergetar, ia tidak suka jika suaminya berbagi cinta dan kasih sayang. Ia tidak sekuat itu. Tapi, jika ini yang membuat Zayn dan mertuanya bisa bahagia dan tidak terus menekannya, Seva akan belajar ikhlas. “Ya kalau cari Ibu pengganti, kan tetap harus kunikahi. Mana mungkin kami berzina, nanti anakku hasil Zina?”kata Zayn lagi menambah sederetan luka di hati Seva. “Aku nggak mau berbagi hati, Zayn. Lagi pula aku ini nggak mandul, kata Dokter, aku masih bisa punya anak. Siapa pun nggak pernah mau berada di posisi ini, Zayn. Tapi, Tuhan kasih masalah ini ke kita. Apa satu-satunya jalan untuk memiliki anak adalah dengan menikah lagi?” “Seva, kamu tahu bagaimana Mama, kan...” Seva berdiri.”Aku tidak mau!” “Seva...kalau....”
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD