Bab 3

1094 Words
“Kita program lagi, Zayn, kita berusaha lagi!”teriak Seva histeris. “Seva, kenapa kamu jadi cengeng begini, sih!”kata Zayn kesal. “Seharusnya kamu dukung aku, Zayn. Kasih semangat buat aku, kamu dekap aku dan katakan semua ini pasti berlalu, kita pasti bisa melewati semuanya!”isak Seva. “Seva, lima tahun kita pacaran, lima tahun menikah. Sudah cukup, Seva!” “Apa maksud kamu, sudah cukup? Apanya sudah cukup?” “Aku sudah memutuskan, Seva. Kita bercerai!”kata Zayn. “Apa? cerai?” Suara Seva bergetar, hatinya terasa ditebas pedang samurai, bergelimpangan darah. “Iya. Kecuali kamu bisa langsung hamil sekarang!”katanya dengan tegas. “Aku juga belum menstruasi kok! Belum bisa kamu katakan aku nggak hamil, kan? Lagi pula...apakah wanita itu hanya difungsikan sebagai mesin penghasil anak, jika tidak bisa menghasilkan lalu dibuang?” “Ya! Aku dan keluarga sudah menghabiskan uang banyak untuk melamar dan menikahimu, resepsi mewah, bahkan sampai sekarang kehidupanmu juga mewah. Semua yang kamu inginkan bisa kamu dapatkan. Lalu, ketika aku meminta seorang anak saja darimu, kamu tidak bisa berikan?” “Zayn, yang memberikan anak itu Tuhan. Mintalah pada Tuhan!”kata Seva dengan isakan pilunya,”Aku bukan nggak bisa,tapi, Tuhan memang belum mengizinkan.” “Nggak usah pakai jawaban religius, Seva. Kamu nggak bisa hamil karena kamu ada penyakit! Lima tahun lamanya aku buang-buang waktu. Sekarang, semuanya harus diakhiri, Seva. Seandainya kamu nggak penyakitan, bahkan sekarang kita sudah bisa punya dua anak.” Hati Seva tertampar. Ia bahkan sampai sulit berkata lagi mendengar balasan Zayn. Apakah kekurangan ini bisa disangkut pautkan dengan jumlah lamaran, resepsi pernikahan, dan apa yang selama ini diberikan Zayn padanya. Apakah semua memang harus hitung-hitungan. Hati wanita mana yang tidak sakit jika apa yang sudah berlalu diungkit kembali. Suaminya itu seakan-akan tidak ikhlas sudah memilihnya menjadi istri, juga menyesal mengeluarkan banyak uang untuk menikahinya. Tapi, itu bukan permintaan keluarga Seva atau pun Seva sendiri. Semua yang sudah Zayn berikan adalah atas keinginan Zayn sendiri sebagai bentuk penghargaannya pada Orangtua Seva dan kasih sayangnya pada Seva.  “Aku juga belum datang bulan sampai sekarang, kan...kenapa harus memutuskan seperti ini, Zayn?” “Memang, belum datang bulan. Tapi, hasil tesnya negative, kan?”balas Zayn dengan nada sinis,”apa lagi yang mau diharapkan. Aku benar-benar capekhandphonenya dari tas dan menghubungi Zayn. Satu panggilan, Zayn tidak menjawab, kemudian ia mencobanya lagi. Akhirnya, Zayn menjawab telepon Seva. “Ada apa?”tanyanya dingin. “Kamu menggugat aku? Kamu beneran ceraikan aku, Zayn? Kita belum bicara lagi!”kata Seva histeris, tidak peduli didengar oleh stafnya. Ia tidak terima dengan semua ini. “Aku sudah bilang kalau aku sudah lelah, Seva. Aku lelah, maafkan aku ...tidak bisa lagi bertahan,”ucap Zayn dengan nada berat.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD