Terlalu Berbeda

1145 Words
Dua shewolf beradu mulut dengan penuh emosi, tak peduli menjadi bahan tontonan para werewolf lain. Shewolf dari kota –aku menyebutnya demikian—bahkan menyingsingkan lengan baju lalu melempar seember air sungai. “Kau tahu parasit. Dia bisa membuatmu mati kalau kau tak membunuhnya. Kau hanya perlu memasak air itu sebelum kau makan,” ucap wanita yang memiliki rambut merah keriting. Memakai dress selutut berwarna biru motif bunga-bunga. “Apa itu artinya kau juga memasak daging untuk kau makan. Seperti manusia?” ejek shewolf dari Desa Herrai, dia mendecih seakan apa yang diperbuat shewolf dari kota adalah sesuatu yang salah. “Memangnya salah mengikuti perkembangan jaman? Kau harusnya melihat babi-babimu suka berkubang dalam lumpur dan banyak cacing dalam tubuhnya. Atau kau bahkan tak pernah menyembelihnya?” balas wanita berambut keriting. “Kau werewolf, bertingkahlah seperti werewolf!” Wanita berambut hitam panjang itu melipat kedua tangan. “Aku werewolf modern, dasar wanita bar-bar,” ejek wanita dari kota. Ejekan itu membuat shewolf dari Desa Herrai mewujud menjadi wolf berwarna abu-abu. Ia melompat ke wanita dari kota yang kini berubah menjadi wolf putih. Mereka hendak melompat untuk saling menyerang, namun dua hewolf dengan cepat berubah menjadi wolf dan menahan keduanya. Mereka mewujud menjadi werewolf lagi. Dua hewolf menahan dua shewolf yang masih ingin melanjutkan pertengkaran mereka. “Mr. Max,” lirihku saat melihat Mr. Max baru datang dan kini berdiri di sebelahku. “Aku sudah menduganya,” gumamnya. “Apa kau baik-baik saja Mr. Max, setelah luka yang….” Mr. Max mengangkat kemejanya dan menunjukkan kulit yang mulus tanpa terlihat adanya bekas cakaran. “Syukurlah,” “Ya. Terimakasih kau sudah membantuku.” Mr. Max melirikku sejenak “Sudah kewajibanku, lagipula kau sudah kuanggap sebagai ayahku.” Mr. Max tersenyum lalu mendekati shewolf dari kota yang masih berusaha lepas dari hewolf yang menahannya. “Roxy. Kita adalah tamu disini, kau seharusnya menghormati mereka,” ujar Mr. Max kepada wanita yang sedang mendesis karena emosi. “Beta.” Roxy tiba-tiba diam. Mr. Max meminta hewolf yang menahannya untuk melepaskan cekalannya. Mr. Max memutar badan, memandang wanita dari Desa Herrai yang kini tengah tersenyum, seakan mengejek Roxy. “Maafkan dia, Nyonya. Kami memang terlalu banyak berubah sejak … hidup bersama manusia. Kuharap kau memakluminya,” ujar Mr. Max dengan sangat sopan. “Aku tahu. Karena itulah kalian bisa kalah dari pack lain. Hanya karena desa ini di bawah Blue Moon Pack, bukan berarti kalian bisa seenaknya,” katanya dengan dagu terangkat. “Hentikan Ramona. Kau harus menghormati tamu kita.” Mr. Smith datang dan kini berdiri di depan wanita yang bernama Ramona. Pertengkaran itu adalah awalnya saja. Kehidupan tak membaik setelahnya. Werewolf kota dan werewolf dari desa sering bertengkar bahkan saling mengadu moncong mereka hanya karena perbedaan kecil. Mr. Max, Mr. Smith, Ethan dan Mr. Alex serta aku dan Mrs. Alena membahas masalah ini di aula yang berada di dalam rumahku. “Kurasa kita harus kembali membangun pack kita di kota.” Mr. Alex menarik napas dalam-dalam lalu mengembuskan napasnya ke udara. “Aku yakin tanah kita dikuasai Red Moon Pack sekarang.” Mr. Max mengepalkan kedua tangannya. Ethan memegang ujung meja kotak persegi panjang yang ada di tengah-tengah kami. “Kita tetap harus merebutnya. Itu tanah kita. Kita hanya pergi untuk mengamankan anak-anak dan saat itu kalau kita tak mundur, aku yakin kita akan habis.” “Warrior kami akan membantu kalian merebut tanah pack kita. Bagaimanapun juga Desa Herrai adalah milik Blue Moon Pack. Kami dipersiapkan untuk ini,” ujar Mr. Smith. “Mewakili seluruh werewolf dari Kota Raulin saya meminta maaf atas tindakan penduduk kami.” Mrs. Alena berdiri dan menunduk kepada Mr. Smith. “Ini bukan salah siapa-siapa. Kami memang sudah sangat lama terisolir dan … wanita itu memang ada benarnya. Sebagai Kepala Desa Herrai saya juga meminta maaf karena masalah ini.” Mr. Smith pun berdiri dan menunduk, menghadap Mrs. Alena. “Desa Herrai memang bagian dari Blue Moon Pack, tapi sudah ratusan tahun lalu sejak mereka … terpisah. Kita harus menjaga kedamaian pack,” kata Mr. Alex. “Kita Rouge andai kita tak tertampung disini. Aku tidak mau menjadi Rouge. Kita harus merebut kembali kota.” Rahang Mr. Max mengeras dan gigi-giginya bergemelutuk. “Tentu saja. Selama ini kita hanya menjaga tanah kita dari mereka. Sekarang saatnya mereka tahu kalau kita tidak lemah,” imbuh Mr. Alex. “Kita harus membalas kekalahan kita dengan menyerang mereka,” geram Mr. Max. “Sudahlah. Sebagai Alpha, aku akan meminpin para warrior untuk kembali ke kota dan membangun Kota Raulin kembali,” ucap Ethan. Pasti berat menghadapi masalah ini. Penduduk Kota Raulin memang sedang sangat mudah terbawa emosi setelah tempat mereka hancur. Sementara Penduduk Desa Herrai kesal karena mereka ingin mengubah kehidupan mereka yang mungkin sudah sangat nyaman bagi mereka. Penduduk Raulin memang memiliki kehidupan yang sama dengan kehidupan manusia kecuali soal kemampuan mewujud menjadi wolf, tentu saja. Kami terbiasa dengan kehidupan yang mudah, berbagai alat kami miliki bahkan beberapa dari mereka membaur dengan kehidupan manusia. Meskipun hanya Mr. Max yang bisa memenuhi kebutuhan para werewolf di Kota Raulin. Lagi-lagi karena perjanjian itu yang membuat para werewolf sulit menembus dunia manusia karena begitu mereka melewati kastil Madamoissale, maka kekuatan mereka sebagai werewolf pun hilang. Mereka bisa menjadi manusia biasa seperti Ethan saat sekolah atau Mr. Max yang memilih tinggal di sebelah kastil untuk memenuhi kebutuhan pack. Hanya alpha dan beta yang mampu melakukannya, sementara werewolf lain hanya akan menjadi serigala liar saat melewati Kastil Madamoissale, bahkan mereka akan lupa apa yang terjadi di dunia manusia saat mereka menjadi serigala liar. *** Pagi ini para warrior baik dari kota maupun dari desa telah bersiap untuk kembali melakukan perjalanan menuju Kota Raulin untuk kembali merebut tanah kami. Ethan memimpin perjalanan. Mr. Alex, Mr. Max dan Mrs. Alena akan tetap tinggal di desa untuk menjaga penduduk kota dari gesekan-gesekan yang masih terjadi. Mr. Smith mengantarkan kami hanya sampai di tepi sungai. Ia tak bisa ikut ke kota karena ia harus menjaga kedamaian desa bersama tiga tetua Kota Raulin. “Jaga dia, Ethan. Aku ingin putriku kembali dengan selamat.” Mrs. Alena menepuk kedua bahu anaknya. “Aku pasti menjaganya, Mom. Dia mate-ku.” Ethan menggeram hanya untuk menggoda ibunya, namun memeluk ibunya. “Menangkan pertempuran ini. Rebut kembali tanah kita. Kau pasti alasan kenapa kita harus kembali.” Mr. Alex berdiri dengan berkacak pinggang. “Tentu saja.” Aku pun tahu alasannya. Meskipun Desa Herrai adalah milik Blue Moon Pack tapi sudah sangat lama mereka tidak terhubung dengan pack. Jadi wajar kalau mereka tak memiliki keterikatan dengan pack yang dari kota. Delapan puluh warrior dari Desa Herrai dan Dua puluh lima warrior dari Kota Raulin bersatu untuk merebut Kota Raulin kembali. Jumlah yang terlalu sedikit untuk melawan mungkin ratusan werewolf dari Red Moon Pack, tapi kami harus tetap yakin kalau kami bisa merebut kota kembali. “Alpha, saya akan menjaga ayah dan ibu anda disini. Saya akan menyediakan makanan enak dan….” “Kau memang harus disini.” Ethan menggeram saat tiba-tiba Caleb menyuarakan perasaannya. Ia melirikku saat aku berusaha menahan tawa. Kami melakukan perjalanan untuk merebut kembali kota kami yang telah diduduki oleh Red Moon Pack. Tentu saja itu akan terjadi setelah kami memilih mundur untuk menyelamatkan penduduk kota dari serangan yang membabi buta itu.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD