Bagian 2

1115 Words
Dengan gerakan lambat Alana mengelus bulu-bulu yang berada di perut Max dengan lembut. Sekarang mereka berdua berada di ruang santai, Alana duduk di sofa sembari netranya menatap fokus ke arah TV, sedangkan Max sedang tiduran di sofa yang sama dengan Alana, menggunakan paha mulus Alana sebagai bantal untuk kepalanya. "Jangan nakal Max, aku tidak suka!" peringat Alana dengan tegas saat dengan nakalnya Max menjilati paha Alana beberapa kali. Geraman kecil terdengar di gendang telinga Alana, Max sepertinya tidak suka dengan perkataannya barusan. "Max sayang, jangan nakal ya, kan Alana geli kalau Max terus jilatin paha aku. Tadi di kasih sosis gak mau, sekarang paha aku yang jilatin." ucapan sayang dari Alana barusan membuat Max tampak sangat bahagia, di jilatnya wajah Alana beberapa kali hingga gadis itu mendorong tubuhnya pelan. "Kan aku udah bilang, jangan nakal. Aku gak suka di jilatin. Kalau kamu nakal, entar aku bakal nyuruh kamu tiduran di luar, mau?" ancam Alana dengan nada bicara yang serius. Seolah mengerti dengan apa yang di katakan Alana barusan, Max menganggukan kepalanya pelan lantas kembali tiduran di paha Alana, menikmati bagaimana rasanya paha Alana yang empuk dan nyaman sebagai bantalnya. Namun ia juga harus menahan dirinya untuk tidak menjilati paha mulus gadis itu lagi. "Anjing pintar." Alana mengecup kening Max sekilas, membuat anjing berbulu abu-abu itu sangat senang dan bersorak dalam hati. Detik berubah menjadi menit, menit berganti menjadi jam, dan langit siang yang cerah kini telah berganti dengan langit gelap yang di penuhi dengan cahaya bulan dan juga ribuan bintang yang bertebaran di atas sana. Max masih berbaring malas di sofa, sedangkan Alana, gadis itu berada di kamar mandi sedang membersihkan diri. Sekitar 30 menit lamanya akhirnya Alana keluar dari kamar mandi dengan hanya menggunakan handuk yang melilit tubuh rampingnya. Dengan santai gadis itu berjalan menuju ke lemari pakaian, memilah-milih pakaian mana yang akan di gunakan di malam hari. Alana sangat tidak menyukai piyama, alasannya karena cuaca malam yang sangat pengap di dalam kamar, ia tidak memiliki AC. Jadi ia lebih suka memakai tanktop dan juga celana bahan yang pendek. Air liur Max menetes saat melihat betapa sexy-nya Alana saat ini. Paha mulus yang sedari tadi menggodanya untuk ia jilat, leher jenjang yang putih, dan tubuh yang ideal, sangat sempurna. Dengan cepat Max meloncat dari atas sofa, berjalan menuju ke arah Alana yang masih sibuk mencari tanktop mana yang akan ia pakai. Max terduduk di lantai, lidahnya ia julurkan mendekat ke arah paha Alana, hanya mendekat, tidak menjilat, Max takut Alana akan marah dan menaruhnya tidur di luar, ia tidak mau. "Sedang apa di situ Max?" tanya Alana pada Max, kepala Max menggeleng, Alana menggidikan bahunya acuh. Ia merasa ada yang istimewa dari Max, Max berbeda dengan anjing pada umumnya. Lihat saja ukuran tubuh dan warnanya, Alana belum pernah melihat anjing berbulu abu-abu dengan bola mata keemasan. Di tambah lagi ukuran Max yang sangat jumbo, menakjubkan. Alana berjalan menjauh dari Max, menaruh pakaian yang akan ia kenakan di atas ranjang tempat tidurnya. Dengan gerakan cepat Alana melepaskan handuk yang melilit tubuhnya, tubuh polosnya yang tidak tertutupi sehelai benang pun terpampang jelas di depan Max. Air liur Max seketika langsung menetes, netranya berfokus pada tubuh Alana yang sangat indah dan juga menggoda. "Dasar anjing m***m!" cibir Alana saat melihat Max tanpa berkedip menatap ke arah tubuhnya. Gadis itu dengan cepat memakai pakaiannya. Tak butuh waktu lama, tubuh Alana yang awalnya polos kini telah tertutupi pakaian. Alana merebahkan tubuh mungilnya di ranjang, menutup matanya sembari menikmati kesegaran tubuhnya yang baru saja ia bersihkan. Max dengan cepat meloncat ke ranjang, hendak ikutan berbaring di samping Alana. Alana tersentak kaget saat ranjang sigle bed miliknya bergerak karena Max, tak hanya bergerak, bahkan suara retakan ranjangnya terdengar. Dengan cepat Alana bangkit dari baringnya, berdiri di depan ranjang sembari netranya menatap ke arah Max yang sedang tiduran di ranjang. "Max turun! Kau membuat ranjangku ingin ambruk." ujar Alana sedikit panik, dengan malas Max meloncat turun dari ranjang dengan tatapan sedihnya, ia ingin tidur bersama dengan Alana. "Max, kau tidak bisa tidur di ranjang, ranjangnya kecil dan badanmu besar. Jadi malam ini kau tidur saja di sofa besar itu, sofa besar itu bisa menahan berat badanmu." ucap Alana dengan lembut, Max berjalan malas ke arah sofa, mau tidak mau ia harus tidur di sana malam ini. Alana menguap lebar, ia mengantuk. Di rebahkannya lagi tubuhnya di ranjang, lantas menarik selimut tebal untuk menutupi tubuhnya agar tidak di gigit nyamuk. Alana memang membiarkan lampu kamar tetap menyala, ia takut dengan gelap. "Selamat tidur Max, mimpi indah." ucap Alana dengan pelan namun bisa di dengar jelas oleh Max, Alana akhirnya terlelap dalam tidurnya. Max sedari tadi tidak tidur, netranya terus saja menatap ke arah jam beker yang berada di nakas samping tempat tidur Alana. Max meloncat dari ranjang saat jam beker menunjukan pukul 22:00, dan itu artinya Alana sudah berada di alam mimpi. Suara retakan tulang terdengar sangat keras di kamar Alana, namun tak membuat gadis manis itu terbangun dari tidurnya. Alana memang sangat menyukai tidur, jika dirinya sudah tertidur dengan nyenyak, maka ia akan sangat sulit untuk di bangunkan. Max berubah wujud menjadi seorang pria tampan dengan mata berwarna hitam elang yang sangat tajam. Tubuhnya tinggi dengan otot perut yang sangat menggoda dan sempurna, dia adalah Carel Anantra, seorang werewolf sekaligus Alpha atau pimpinan dari pasukan werewolf dari sebuah kelompok bernamaYellow moon pack. Carel tersenyum manis ke arah Alana yang sedang tertidur dengan lelap. Alana adalah mate atau belahan jiwa Carel. Tadi pagi rencananya Carel ingin menemui Jack, salah satu sahabat yang juga sama seperti dirinya, seorang werewolf. Dan betapa senangnya Carel saat ia mencium aroma rose yang sangat memabukan baginya, dan aroma itu adalah milik Alana, dan itu artinya Alana adalah miliknya, takdirnya yang sudah di tentukan oleh moongoddes atau dewi bulan, dewi yang di agungkan oleh kaum werewolf di seluruh dunia. Carel berjalan mendekat ke arah ranjang, sebelumnya Carel memungut handuk kecil milik Alana yang tergeletak di lantai. Handuk itu ia gunakan untuk menutupi tubuh bagian bawahnya yang tak tertutupi apapun. Setelah ia melilitkan handuk itu ke bagian tubuh bawahnya, Carel menaiki ranjang Alana, menindih tubuh mungil Alana, menggunakan ke dua tangannya untuk menahan tubuh berototnya agar tak 100% menindih tubuh mungil Alana. "Youre my mine, Alana. Kamu sangat cantik. Mulai sekarang, esok, lusa dan selamanya, kamu adalah milikku. MILIKKU ALANA." bisik Carel tepat di depan wajah Alana, suara bariton yang terdengar tegas namun juga terdengar sangat tulus. Dengan pelan, Carel menempelkan bibirnya ke bibir Alana, melumat bibir tipis merah muda milik gadisnya dengan pelan agar Alana tidak terbangun dari tidur nyenyaknya. Walaupun tak menerima balasan dari Alana, Carel tetap menikmatinya, bibir tipis Alana terasa sangat manis saat ia mencecapnya. "Kau candu bagiku Alana, aku mencintaimu." bisik Carel sela-sela ciuman lembutnya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD