12. Andres

1158 Words
Andres memarkirkan mobilnya di depan garasi. Kemudian ia turun dari mobilnya dan melemparkan kunci mobilnya kepada bang Mardi agar dimasukkan ke dalam garasi. Ia tak ingin keluar kemana-mana lagi. Badannya benar-benar lelah setelah dibooking 3 hari 2 malam oleh Clara. Memang Clara benar-benar maniak. Bahkan Rea yang ia pikir sudah hyper, ternyata masih cetek ilmunya dibandingkan Clara. Pantas saja milik Clara terasa longgar, sering dipakai begituan terus. Miliknya saja sampai terasa ngilu digempur habis-habisan. Tapi demi rekeningnya bisa menggunung, ia harus melakukan ini. Gajinya sebagai seorang direktur, terlalu kecil dibandingkan mimpinya. Jadi biarlah direktur itu hanya jabatan. Suatu saat ia akan buktikan bahwa mimpinya bisa terwujud. Andres tidak langsung masuk ke kamarnya, melainkan berjalan ke arah dapur hendak mencari mbok Nini agar menyiapkan makan siangnya. Setibanya di dapur, ia melihat rantang makanan yang tergeletak di meja dapur. Hatinya terusik ingin melihat isinya. "Eh Den Andres udah pulang, mau disiapkan makan siang ya den?" Suara Mbok Nini dari arah belakang mengagetkan Andres yang tangannya sudah terulur hendak membuka rantang. "Eh iya mbok.. rantang apa ini mbok?" Tanya Andres kepo. "Oh ini, rantang dari Non Ayu buat den Buana.." Jawab si mbok sambil menata piring dan gelas di meja. "Ayu siapa? emang ada temannya Buana?" Tingkat penasaran Andres mulai naik. "Itu loh den.. ponakannya pak Arkan, tetangga sebelah rumah." "Emang ada ya ponakannya pak Arkan?" "Ada den.. Cantik lagi den.. " Kata mbok Nini sambil mengacungkan jempolnya dengan mata berbinar. "kayaknya teman spesialnya den Buana, dah. Tadi pagi mereka pergi boncengan bareng" Mbok Nini makin gencar mengomopori Andres. Andres melengos, mood nya tiba-tiba rusak mendengar Buana dekat dengan seorang gadis. Entah kenapa timbul rasa tidak suka ketika mendengarnya. "Sajikan apa yang di dalam rantang itu mbok buat saya makan." Perintah Andres. Sengaja ia melakukannya agar Buana marah. Lagian kenapa gadis itu suka sama Buana sih? apa bagusnya pemabuk itu? "Loh tapi den.. ini kan untuk den Buana. Mbok aja nggak berani buka nya" "Buana pasti pulang malam mbok. Sudah sajikan saja, kalau tunggu Buana sampai malam, makanannya keburu tidak enak." Andres mulai mencari-cari alasan yang tidak bisa dibantah mbok Nini lagi. Akhirnya mbok Nini menyajikan makanan yang memang dimasak sendiri oleh Ayu tadi pagi. Ada ayam goreng lengkuas, balado tahu dan sayur lodeh. Andres mulai mencicipinya, tidak terlalu enak. Ini yang namanya Ayu nih bisa masak nggak sih sebenarnya. "Enak nggak den?" Tanya mbok Nini yang juga penasaran dengan rasa masakan Ayu. "Nggak enak! Tapi masih bisa di makan sih." Jawab Andres dengan tidak puas. "Mbok Nini masak apa?" Tanya Andres lagi. "Sop Ayam, den.." "Ya udah bawa sini mbok.. biar berasa ada bumbunya. Ini ayam goreng sama balado nya kayak kurang bumbu" Andres tetap makan walaupun dengan bersungut-sungut. "Maklum aja den.. Non Ayu katanya gak bisa masak. Ini masakan pendananya" "Perdana, mbok!" "Ah ya itu lah den.. Non Ayu belajar masak demi den Buana." Jawaban mbok Nini membuat wajah Andres seketika menjadi merah karena emosi. Entah ilmu kompor dari mana nih sehingga mbok Nini berhasil membuat rasa marah membara di d**a Andres. Mbok Nini pergi sebentar ke dapur kemudian sudah kembali dengan semangkuk sop ayam untuk Andres. "Mbok di kamar ya den.. mau sholat dulu. Kalau sudah selesai makannya, tinggalin di meja aja nanti mbok bereskan" Mbok Nini pamit dengan sopan. Ketika membalikkan badan, senyum joker tersungging di bibirnya. Ia tau kalau Andres sudah sangat marah mendengar pujiannya kepada Buana dan Ayu. Mbok Nini sudah sangat tahu kalau Andres membenci adiknya sendiri. Ia akan mencari-cari kelemahan dan kesalahan Buana untuk kemudian ia hina dan laporkan kepada ayahnya. Ia juga tahu kalau Buana selalu mengalah selama ini. Apalagi ayahnya sudah termakan hasutan Andres sehingga dengan sengaja ikut mengintimidasi Buana. Sementara itu, Andres memang masih menyantap makan siangnya. Tapi pikirannya mulai bertanya-tanya siapa gadis yang bernama Ayu itu. "Siapa dia? Bagaimana dia bisa kenal Buana? Padahl sudah 3 tahun ini Buana menutup diri dan tidak mau berhubungan dengan siapapun." Gumam Andres sambil terus mereka-reka bagaimana bisa ia luput dari informasi ini. Dirinya kembali teringat akan beberapa tahun silam, dimana saat itu Buana adalah sang bintang, sementara dirinya bukan siapa-siapa. Ia mati-matian meraih kepercayaan ayahnya demi menjadi pewaris satu-satunya kekayaan Mahendra kelak. "Buana.. luar biasa nak.. kamu bisa meraih kepercayaan para investor dengan sempurna sehingga mereka tidak ragu untuk menginvestasikan dana mereka di startup ini" Adam Mahendra berkata dengan bangga sambil menepuk pundak anaknya itu. Buana tersenyum tulus sambil memandang ayahnya dan mengangguk. Tak sia-sia usaha nya selama ini. "Semuanya berkat bimbingan ayah juga. Buana banyak belajar dari ayah!" Ujar Buana, yang saat itu berpenampilan begitu gagah dengan rambut yang rapi. "Hahaha.. semuanya karena usahamu sendiri juga, nak. Ayah tidak ragu lagi untuk menyerahkan tampuk pimpinan perusahaan Mahendra Corp ke tanganmu." Ultimatum Adam itu cukup keras hingga terdengar di telinga Andres. Spontan wajah Andres memerah seperti sedang menahan emosinya. Sudah dari tadi Andres berusaha membungkam mulutnya untuk tidak membantah perkataan sang ayah. Menyadari hal itu, Buana berusaha menyanggah agar Andres tak tersinggung. "Buana masih senang di startup Buana ini yah, untuk Mahendra Corp, ada Andres juga kan yah.." "Andres perlu memberikan pembuktiannya pada ayah juga, Buana. Kepercayaan itu tidak diberikan gratis." Jelas Adam yang justru membuat Andres makin geram. Selama ini hanya Buana yang selalu dipuji-puji ayahnya. Ia sudah berusaha semaksimal mungkin, tapi memang ia tak seberuntung Buana. Beberapa kali ia berusaha tapi selalu gagal, bahkan dari bisnisnya itu sering meninggalkan hutang yang bertumpuk, sehingga ayahnya sendiri harus ikut turun tangan membereskan hutang-hutangnya. Padahal bukan maunya sendiri untuk gagal. Apakah ayahnya tak bisa melihat usahanya selama ini? Dan beginilah ia saat ini, akan mati-matian berusaha menjegal langkah Buana hingga kepercayaan ayahnya kepada Buana hilang total. Andres berjanji tidak akan membiarkan hidup Buana tenang dan bahagia. Sedikitpun tidak, walaupun itu berarti dia harus membiarkan dirinya sendiri ikut terluka. Bukan tanpa alasan ia menjadi gigolo high class saat ini. Selama 3 tahun terakhir, ia kembali mempertaruhkan keberuntungannya, membuka beberapa bisnis sekaligus. Tapi sebanyak apapun usaha yang dia rintis, sebanyak itu pula lah usaha yang merugi. Dan untuk menutupi kerugian itu, ia harus rela memuaskan wanita-wanita berduit, agar mereka mau berinvestasi di usahanya maupun memberikan dana cash untuk menutupi hutang di bank yang sudah menumpuk. Begitu keras yang jalan yang harus dilalui Andres untuk mendapatkan kepercayaan ayahnya. Dan ia tidak mau kesalah sedikit saja, membuat kerasnya tantangan yang ia jalani menjadi sia-sia. Ayu, siapapun gadis itu, Andres akan berusaha merebutnya dari Buana. Apalagi menurut cerita Mbok Nini, tampaknya Buana membuka hati untuk gadis ini. Oh.. hampir Andres lupa.. di rumah ini ada CCTV yang bisa ia pakai untuk memata-matai pergerakan Buana. Segera Andres mengambil smartphone nya, membuka beberapa aplikasi yang biasa ia gunakan untuk mendownload gambar CCTV di rumah ayahnya ini. Setelah selesai mendownload, Andres mulai mencari-cari rekaman pagi hari ketika Buana mulai keluar kamarnya. Ah kayaknya ada rekaman yang lebih pagi, ruang tamu.. ketika gadis itu datang pertama kali. Andres melotot melihat sepintas sosok gadis yang datang itu, ia mencoba zoom dari smartphonenya, walapun jadinya gambar agak pecah. Tapi ia mengenali sosok itu. "Masayu?"
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD