10. Berusaha Untuk Kabur

2105 Words
Arthur Atmaja terpaksa harus meninggalkan villa Taman Dayu selama tiga hari untuk keperluan terkait perusahaannya di Jakarta. Sebelum memasuki maskapai penerbangan menuju Jakarta dari Bandara Juanda, Surabaya, tiba-tiba ponsel milik CEO dingin itu berdering. Terdapat notifikasi pesan masuk dari Alicia Atmaja. Arthur lekas membuka pesan aplikasi w******p sebelum berangkat Alicia : [ Bang, besok lusa Haikal sudah harus kembali bekerja di Kantor Pusat Bank Swiss, Jakarta Pusat. Aku hanya mengabari hal ini. Selanjutnya terserah kau mau tetap menyekap wanita sialan itu atau membebaskannya. Tapi aku mau pastikan jika setelah dia bebas, dia takkan pernah lagi menghubungi suamiku bagaimana pun caranya. Hubungan gelap mereka harus benar-benar berakhir. Berikan aku jaminan tentang ini. ] Lantas Arthur segera membalas pesan dari Alicia. Arthur : [ Oke, sementara ini aku masih harus kembali ke Jakarta selama 3 hari untuk keperluan mendesak. Aku takkan menyekapnya terlalu lama. Nggak bisa meninggalkan pekerjaanku terlalu lama untuk mengurusi wanita itu. Jika Haikal sudah balik ke Jakarta, aku akan melepaskannya dengan perjanjian di atas materai. ] Arthur mengirim pesan yang diketik itu pada sang adik, Alicia. Setelah itu berjalan menuju maskapai Garuda Indonesia dengan menggenggam tiket Business Class guna terbang ke Bandara Internasional Soekarno-Hatta. Sejenak meninggalkan wanita yang mulai mengusik pikiran pria tampan itu meski tak pernah mau mengakuinya. Sepeninggal Arthur ke Jakarta, Yasmin berusaha agar bisa mencari celah untuk kabur dari villa terkutuk itu. Kesucian yang sudah direnggut oleh Arthur ditambah dengan perbuatan keji lainnya pada Yasmin, membuat wanita itu sangat terluka dan tertekan. Mentalnya seketika drop hingga kemarin mengancam pria itu untuk bunuh diri saja. Di saat security sedikit lengah, ia berusaha mengendap-endap keluar dari tempat penyekapannya itu. Malam ini aku berencana untuk melarikan diri. Aku harus bisa. Pria kejam itu tak boleh menahanku terlalu lama di sini. Aku bisa mati pelan-pelan di sini. Aku harus cari cara agar bisa cepat kabur dari sini. Gumam Yasmin yang setelah mengenakan mantel berwarna gelap, mulai melancarkan aksinya untuk kabur. Saat ia mengambil langkah pelan-pelan sembari bersembunyi, tiba-tiba ada yang menepuk bahunya. Yasmin terlonjak hingga menjerit. “Aaarrrggghhh!!!” umpat Yasmin yang langsung dibekap mulutnya dengan sapu tangan oleh sosok wanita paruh baya yang ada di dekatnya itu. “Non Yasmin, jangan teriak. Nanti malah security dengar,” pinta wanita yang ternyata merupakan Bik Isah selalu asisten rumah tangga Arthur di villa tersebut. Yasmin mengangguk pelan. “Bik Isah mengagetkanku saja. Aku langsung jantungan saat ketahuan begini.” “Sebentar-sebentar. Non Yasmin mau kemana sih? Apa mau melarikan diri dari sini?” bisik Bik Isah yang langsung paham jika wanita cantik berambut panjang itu hendak kabur. “Bik, aku nggak kuat harus tinggal di sini lebih lama. Aku bisa gila harus berminggu-minggu di sini. Bik, tolong biarkan aku pergi dari sini. Aku harus bisa kabur sebelum dia kembali,” rengek Yasmin sambil menitikkan air mata. Ia tampak frustasi dan mengalami kesedihan mendalam. Bik Isah mendesah. “Iya, sebenarnya saya kasihan dengan Non Yasmin. Tiba-tiba harus disekap oleh Tuan Arthur dan disiksa di sini. Sungguh menyedihkan. Tapi Non, saya sempat mendengar percakapan antara Tuan Arthur dan Nyonya Alicia, adik beliau jika Anda akan dibebaskan suatu saat nanti. Apa tidak menunggu waktu itu saja?” Yasmin menggeleng. “Nggak, Bik. Sampai kapan aku harus berada di sini terus? Iya kalau mereka mau membebaskanku, kalau ternyata tidak bagaimana? Aku punya kehidupan sendiri yang harus aku jalani. Aku nggak mau disandera orang asing yang sudah---“ Bik Isah menatap Yasmin sambil mengernyit curiga. “Sudah apa, Non?” Yasmin termangu sejenak seraya membatin. Masa' aku kudu bilang kalau sudah diperkosa oleh Arthur Atmaja? Sanggupkah aku mengatakan hal ini? Mampukah aku mengatakan jika aku sudah bukan seorang perawan lagi. Kehormatanku sebagai seorang wanita sudah dinikmati oleh pria asing yang bukan siapa-siapa itu. Bik Isah mulai menangkap sinyal dari Yasmin jika wanita itu tampak frustasi dan wajahnya memerah. Sampai asisten rumah tangga itu berkata pelan kembali. “Apakah karena Tuan Arthur sudah menodai Non Yasmin ya?” tanya Bik Isah tampak ragu-ragu untuk mengatakan aib Yasmin akibat ulah Arthur ini. Mendengar ucapan dari sang asisten rumah tangga, Yasmin langsung tersedak. “Uhuk ... uhuk ...” sahut Yasmin mendadak batuk-batuk. Bik Isah pun segera mengambilkan segelas air dari dispenser. “Non, minum dulu. Minum pelan-pelan. Maafkan saya sudah menanyakan hal ini pada Nona,” ujar Bik Isah yang jadi merasa bersalah. Yasmin meneguk air yang disodorkan oleh wanita paruh baya itu. Setelah meminum air itu, ia menghela napas. Kemudian angkat bicara lagi pada Bik Isah. “Apakah aku memang sudah seperti wanita yang sudah nggak perawan lagi ya, Bik? Sampai Bik Isah tahu jika aku sudah dinodai,” tanya Yasmin seraya menatap sedih ke arah asisten rumah tangga Arthur tersebut. Bik Isah segera membalas. “Tidak, tidak. Bukan seperti itu, Nona. Bagaimana saya tidak tahu jika Nona sudah disentuh oleh Tuan Arthur, jika di atas sprei ada sisa-sisa darah seorang perawan yang menempel di sana. Tapi tenang saja, Nona. Cuma saya saja yang tahu. Tak ada orang lain yang tahu kok di sini. Saya takkan cerita pada siapapun. Saya janji.” Yasmin mendesah pasrah. “Oh iya, Bik. Waktu itu masih ada sisa-sisa darah yang menempel. Yang langsung membuatku syok karena ternyata pria itu yang sudah merenggut kesucianku. Pria yang bukan suamiku. Itu miris sekali.” Bik Isah mulai menghibur Yasmin yang semakin terisak jika mengingat tentang malam kelabunya bersama Arthur. “Nona Yasmin, sabar ya, Non. Siapa tahu ternyata jodoh Anda nantinya adalah Tuan Arthur. Tuan Arthur masih single kok, Non. Sampai sekarang masih bujang. Jadi Nona bisa tetap tenang. Nggak perlu berpikir keras tentang ini.” Yasmin spontan menggelengkan kepala. “Enggak, Bik. Aku nggak mau. Setelah aku bebas dari tempat ini, aku nggak mau berurusan lagi dengannya maupun keluarga Atmaja yang lain. Termasuk Mas Haikal. Aku nggak mau, Bik. Aku mau hidupku normal seperti dulu.” “Iya-iya. Nona Yasmin tenang dulu. Semua keputusan ada di tangan Nona sendiri. Saya hanya bisa mendoakan yang terbaik untuk Nyonya.” Yasmin mengangguk. “Iya, Bik. Terima kasih. Lalu bagaimana, Bik? Apa Bik Isah bisa membantu saya untuk keluar dari sini? Saya mohon,” pinta Yasmin memelas. Bik Isah menghela napas panjang lalu menjawab pertanyaan Yasmin. “Baiklah, demi Nona Yasmin akan saya bantu secara diam-diam ya, Non. Saya nggak tega juga melihat Non Yasmin merasa tersiksa dan tertekan di sini. Saya akan bantu diam-diam semampu saya ya. Tapi aksi kita tak boleh sampai terekam banyaknya CCTV yang ada di sini.” “Oh iya, di sini banyak CCTV. Apa CCTV itu tidak bisa dimatikan saja?” harap Yasmin dan dibalas Bik Isah sambil geleng-geleng kepala. “Maaf, Non. Nggak bisa. Yang bisa hanya Tuan Arthur dan kepala security saja,” jawab Bik Isah. Wanita cantik keturunan timur itu mendesah kecewa. “Lalu kita harus bagaimana, Bik?” Bik Isah berpikir sejenak. Wanita paruh baya itu memutar otak untuk mencari cara agar Yasmin bisa keluar dari tempat itu. “Begini saja, Non. Di villa ini ada sebuah ruangan yang terdapat akses rahasia yang biasanya dilakukan oleh Tuan Arthur jika buru-buru atau ada hal penting.” “Oh begitu, memangnya Bik Isah tahu kunci password ruangan itu?” tanya Yasmin to the point mengingat ruangan seperti itu sangat privasi dan hanya pemiliknya yang tahu kuncinya. “Kalau nggak salah saya pernah dikasih tahu Tuan jika password-nya ditulis di agenda pribadi milik Tuan yang ada di laci kerja untuk hal-hal mendesak jika misalnya ada musibah di dalam rumah seperti kebakaran, gempa, dan lain-lain. Kita bisa mencarinya, Non,” celetuk Bik Isah. “Bik, maafkan saya ya, sudah melibatkan Bik Isah agar saya bisa kabur dari tempat ini. Kabur yang beresiko untuk Bik Isah,” ucap Yasmin sambil menatap sendu pada wanita paruh baya itu. “Nggak apa-apa kok, Non. Saya tahu Non Yasmin orang baik. Non Yasmin sudah menderita di sini. Non Yasmin harus bisa segera keluar dari sini,” tutur Bik Isah. “Terima kasih banyak, Bik,” sahut Yasmin singkat. Mereka berdua pun melancarkan aksinya saat menjelang tengah malam. Menjalankan tindakan awal yaitu mencari kunci password ruangan rahasia milik Arthur di ruang kerjanya itu. Bik Isah mulai membuka satu per satu laci di meja kerja milik CEO perusahaan konstruksi itu. Hingga akhirnya menemukan buku agenda rahasia milik Arthur yang syukurlah tidak disimpan di dalam brankas melainkan di laci yang agak tersembunyi. “Ini Non, di agenda ini ada kunci password-nya,” ucap Bik Isah pelan yang saat mengambil buku agenda tersebut dalam keadaan lampu dimatikan agar tak terlalu tersorot CCTV yang tetap menyala. “Ya sudah, Bik. Bagaimana kalau kita coba saja,” pinta Yasmin yang kemudian menyalakan lampu senter yang ada di ruangan itu untuk membuka buku agenda itu di tempat yang tak tersorot CCTV. Kunci password itu pun ditemukan. Sebuah kata bertuliskan huruf dan angka yaitu ‘arkim17'. Kata yang cukup susah untuk ditemukan oleh orang lain karena bukan tanggal lahir atau nama ibu kandung dan lain-lain. “Arkim tujuh belas ini maksudnya apa ya, Bik?” tanya Yasmin agak penasaran. Bik Isah yang tak paham hanya mengedikkan bahu. “Nggak tahu, Non. Nggak familiar,” jawab sang asisten rumah tangga. “Ya sudahlah, yang penting dengan password ini aku bisa kabur dari sini,” ucap Yasmin diangguki oleh Bik Isah. Mereka berdua pun mulai melakukan aksi untuk hendak membuka pintu ruang rahasia yang terdapat akses tersembunyi guna keluar dari villa mewah milik Arthur itu. Sebenarnya nama ‘Arkim17' merupakan singkatan nama untuk Arthur dan Kimberly yang digabung. Angka 17 itu tanggal jadian mereka berdua saat masih berkuliah di Amerika Serikat. Tepatnya 17 Januari. Dulu Arthur mencintai mantan kekasihnya itu sampai akhirnya Kimberly berselingkuh di belakang Arthur hingga pria itu berang setengah mati dan membuang sosok Kimberly di hatinya seketika. Akibat Arthur yang selalu lupa untuk mengganti kunci password ruangan itu, mengakibatkan hingga sekarang password-nya tetap sama. Ketika Yasmin dan Bik Isah hendak membobol pintu ruang rahasia tersebut, tiba-tiba lampu ruangan mendadak menyala dan muncul tiga orang yang merupakan security villa tersebut. Yasmin dan Bik Isah langsung terlonjak karena rencana mereka berdua ternyata dipergoki oleh ketiga orang itu. Namun bagaimana mereka bisa tahu jika Yasmin hendak kabur melewati ruang rahasia milik Arthur? “Oh ternyata benar ya, wanita yang disandera oleh Tuan Arthur ada di sini. Anda takkan bisa kabur dari sini, Nona. Tuan Arthur takkan membiarkan Anda bisa lepas begitu saja,” ucap kepala security villa. Yasmin terguncang saat rencananya kali ini gagal. “Izinkan aku pergi dari sini. Kumohon,” pinta Yasmin sambil meneteskan air mata. Security tersebut menggeleng. “Nggak bisa, Nona. Anda adalah tanggung jawab kami pada Tuan. Sekarang kembali ke kamar Nona. Atau jika tidak mau, akan kami seret nanti!” Bik Isah berusaha menenangkan Yasmin dengan berkata. “Dia ini wanita. Tolong jangan dikerasi. Tegakah kalian pada wanita ini? Aku yang akan membawa Nona Yasmin untuk kembali ke kamarnya.” “Baiklah, jika sampai Anda berani membantunya lagi. Saya tak segan-segan akan melaporkan Anda agar diberi hukuman oleh Tuan Arthur atas tuduhan membantu kabur wanita ini!” Bik Isah hanya mendesah lalu membimbing Yasmin agar kembali ke kamarnya lagi. Saat berjalan kembali ke kamar, wanita itu sesenggukan. Ia terisak karena tetap tak mampu melarikan diri dari tempat ini. Wanita cantik itu pun hanya pasrah untuk tetap menjadi tawanan Arthur Atmaja. Kabar mengenai tindakan Yasmin yang hendak melarikan diri pun akhirnya diketahui Arthur yang malam itu sudah berada di Jakarta. Pria dingin dan tampan itu masih terjaga ketika security villa memberitahu tentang kejadian di villa yang ditinggalkannya sementara itu. Dasar wanita penggodaa, mau berusaha untuk kabur di saat aku mau membebaskanmu. Atau aku menarik lagi saja rencanaku untuk membebaskanmu? Kau jadi membuatku semakin ingin tahu tentangmu, Ayana Yasmin Hanafi. Batin Arthur sambil menyaksikan foto cantik seorang Yasmin dari ponsel miliknya. Arthur memandangi wajah Yasmin dengan seksama dan masih tak menyangka jika wanita yang sudah disiksa olehnya itu ternyata masih seorang gadis perawan yang belum terjamah oleh Haikal. Bayangan malam itu pun mendadak hadir di benak Arthur hingga pria itu jadi mulai gelisah. Apalagi ketika hendak memejamkan mata malah teringat oleh Yasmin hingga ia menggerutu dalam hati. Kenapa wanita itu membuatku susah tidur begini? Astaga, aku harus cepat tidur. Besok pagi ada meeting penting. Aku harus fit menjalani proyek penting besok. Malam ini menjadi malam pertama bagi Arthur yang berada jauh dari Yasmin, tetapi malah teringat oleh wanita cantik itu. Akibat tak kunjung tidur, pria itu pun sampai menyalakan layar monitor CCTV kamar Yasmin. Ketika dinyalakan ia melihat Yasmin yang ternyata belum tidur juga di kamarnya. Matanya terlihat sembab karena sering menangis di sana. Apakah kondisi Yasmin yang tertekan dan frustasi sebagai tawanan Arthur akan tetap tak mampu menggoyahkan hati pria itu? Sampai kapan Arthur akan memandangi Yasmin dari balik layar CCTV?
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD