Malam penuh emosi disertai dendam telah dialami oleh Yasmin dan Arthur di villa mewah milik keluarga Atmaja yang terletak di Taman Dayu Pandaan tersebut. Sosok dingin Arthur semakin tampak memberikan bagi Yasmin ketika pria itu telah merenggut kehormatannya secara paksa. Berhasil membuat wanita cantik berdarah timur tengah syok, menangis tersedu-sedu hingga trauma berat. Apalagi ditambah dengan rasa sakit yang dirasakan oleh wanita itu akibat ulah Arthur Atmaja dan akhirnya membuat Yasmin jatuh pingsan lagi.
Setelah selesai menyalurkan hasrat untuk menodai wanita yang dianggap telah merebut suami sang adik, Arthur bergegas masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan diri. Dini hari, pria itu mengguyur seluruh tubuh dari ujung kepala hingga ujung kaki dengan air yang mengalir dari shower. Tak bisa dipungkiri, sejenak ia memikirkan sosok wanita yang tadinya masih perawan tersebut. Akibat tindakannya malam ini membuat Yasmin sudah tidak suci lagi. Bahkan resiko terburuk, wanita cantik itu bisa saja hamil akibat mengalirkan benih-benih miliknya tanpa menggunakan alat pengaman serta dikeluarkan di dalam tubuh wanita itu.
Kalau wanita simpanan Haikal itu sampai hamil bagaimana? Ternyata dia masih perawan. Aku nggak nyangka ini. Kukira dia seperti w*************a pada umumnya yang sudah tidak suci lagi. Ternyata ... Ah sudahlah, aku melakukan ini semua demi Alicia. Aku hanya melalukan pembalasan untuknya. Titik. Gumam Arthur dalam hati sambil membasahi seluruh tubuhnya lagi dengan air hangat.
Jika Yasmin baru pertama kali ini disentuh oleh pria, lalu bagaimana dengan Arthur? Apakah sama dengan Yasmin yang pertama kalinya atau sebelumnya sudah pernah melakukan seperti ini dengan Kimberly atau yang lain? Jawabannya adalah ....
Tapi sama dengan wanita itu, aku baru kali ini menyentuh wanita sampai selesai seperti ini. Aku dan Kimmy hanya sebatas make out. Tidak lebih. Apalagi dengan wanita lain pun tidak pernah sama sekali. Lalu kenapa dengan wanita sialan ini aku bisa melakukannya? Dia itu bukan siapa-siapaku. Bukan wanita yang akan jadi istriku nanti.
Arthur menggerutu dalam hati. Mereka berdua sama-sama yang pertama dalam berhubungan badan. Masih tak habis pikir mengapa dirinya mau menyentuh Yasmin lalu menyiksanya di atas ranjang. Mungkin karena terlalu kesal pada wanita itu yang telah merebut Haikal dari sisi Alicia. Arthur pun lekas menyelesaikan mandi wajibnya tersebut. Lantas pria itu keluar dari pintu kamar mandi sambil melirik ke arah Yasmin yang terkapar tak berdaya di atas tempat tidur. Karena merasa ulahnya hari ini sudah cukup untuk Yasmin, setelah berganti pakaian tidur ia bergegas keluar dari kamar itu untuk hendak bergeser ke kamar sebelah. Ingin tidur di sana, sedangkan Yasmin masih tetap dikunci di kamar itu.
Keesokan paginya, sinar matahari masuk ke dalam celah-celah kamar utama yang dijadikan tempat tidur Ayana Yasmin semalam. Pagi ini, wanita cantik itu tersadar dari pingsan maupun tidurnya. Ia pun membuka kedua mata pelan-pelan. Sempat mengernyit saat sinar matahari menyinari sebagian wajahnya saat ia bangkit dari posisi tidur. Sejenak ia melirik ke arah tubuhnya yang ternyata dalam keadaan tanpa busana. Hanya terbalut oleh selimut tebal. Wanita itu langsung terlonjak hingga ingatan mengenai kejadian semalam yang dinodai oleh Arthur itu melayang-layang di benak Yasmin hingga membuatnya bersedih lalu meneteskan air mata.
“Ya Tuhan, semalam benar-benar nyata. Kesucianku sudah direnggut oleh pria berengsek itu. Pria yang sudah menculikku di tempat ini. Pria brutal itu sampai aku harus bangun kesiangan seperti ini. Harus melalaikan kewajibanku untuk shalat subuh. Ya Allah, maafkan aku. Ampuni aku,” gumam Yasmin sambil sesenggukan. “AAARRRGGGHHH!!!”
Yasmin menjerit cukup keras di tempat itu sambil berurai air mata. Bulir-bulir air mata itu terjatuh di pipi halus milik wanita berkulit putih tersebut. Hingga suara jeritannya terdengar sampai ke tempat Arthur berada sekarang. Pria itu tengah bersantai di teras villa sambil menyesap kopi dan cerutu. Ia terperanjat mendengar suara Yasmin. Dengan cepat ia menghabiskan kopinya lalu mematikan cerutu yang ia hisap, lalu segera beranjak dari sana untuk menemui wanita yang ia sekap tersebut.
“Kau sudah bangun?” tanya Arthur dengan sikap datar dan nada suara seperti tak merasa bersalah atas tindakannya semalam.
Yasmin yang tahu Arthur mendadak masuk ke dalam kamar itu, terguncang. Lantas wanita itu membalut erat selimut yang menutupi tubuh polosnya. Arthur memindai Yasmin dengan tatapan tajam.
“Dasar pria berengsek! Tega sekali kau padaku. Kenapa kau sudah bertindak jahat padaku? Salah apa aku padamu?” cecar Yasmin sembari terisak.
Arthur melangkah mendekati Yasmin. Lantas menatap lekat wanita yang netra cokelat miliknya basah itu.
“Kau tanya sudah salah apa? Apa kau masih saja tak paham jika sudah merusak rumah tangga orang lain? Kau memang wanita jalang,” ujar Arthur pedas seraya menghina Yasmin yang sudah ditidurinya semalam itu.
Kalimat keji dari Arthur langsung menyakiti hati Yasmin hingga mencengkeram sprei putih yang terdapat darahnya di sana. Wanita itu mulai naik darah pada pria di hadapannya tersebut.
“Maksudmu Mas Haikal??? Aku tak pernah berselingkuh dengannya. Aku selama ini tak tahu jika dia sudah menikah. Dia mengaku bujang padaku,” protes Yasmin membela diri.
Arthur mengernyit. Menatap sengit pada wanita yang sudah ia nodai itu. “Oh ya? Benarkah begitu? Sayangnya aku nggak percaya. Kau tetap saja wanita perebut suami orang. Bagaimana siksaanku kemarin? Kau menikmatinya kan?” cecar pria dingin itu.
Tangan Yasmin bergetar mendengar pertanyaan-pertanyaan itu. Ingin sekali wanita itu menghajar pria yang sudah bersikap keji padanya itu. Namun apa daya, ia tetaplah seorang wanita yang tertindas oleh seorang pria angkuh macam Arthur. Tangannya langsung melayang ke pipi pria itu. Spontan menampar wajah Arthur dengan cukup keras.
“Kau jahat! Kau pria jahat!” seru Yasmin yang semakin terluka hatinya hingga air mata bercucuran lagi. Matanya sembab, tetapi Arthur yang keras hati tak menggubris ucapan wanita itu.
“Bersihkan tubuhmu sekarang! Setelah mandi, akan ada asisten rumah tangga yang memberikan sarapan untukmu. Mulai sekarang kau akan tinggal di sini. Kau jadi tawananku, Yasmin Hanafi!” tegas Arthur yang kemudian bergegas pergi meninggalkan Yasmin di sana. Hendak mengunci kamar itu dari luar. Tetap menjadikannya sebagai wanita simpanan Haikal yang disandera oleh Arthur. “Oh ya, setelah mandi kau bisa memakai baju-baju yang ada di walk in closet itu. Ada pakaian-pakaian wanita yang bisa kau pakai.”
Sebelum Arthur keluar dari kamar itu, Yasmin sempat menahan langkahnya sejenak.
“Hei, untuk apa kau menyanderaku di sini??? Lepaskan aku!”
“Karena kau sudah berselingkuh dengan suami adikku. Ini pembalasan untukmu,” sahut Arthur arogan.
Yasmin mendesah frustasi. “Aku tak berselingkuh dengannya. Aku hanya---“
BRAKKK!!!
Pintu kamar utama ditutup keras oleh Arthur. Pria itu segera mengunci pintunya. Tetap menyandera wanita itu entah sampai kapan. Yasmin hanya bisa menghela napas. Ia harus bisa sabar menghadapi sosok pria yang bagi Yasmin mengerikan itu. Sosok pria yang masih belum diketahui namanya oleh wanita cantik itu.
Tanpa berlama-lama lagi, Yasmin pun meraih bathrobe yang tergantung untuk dikenakannya. Melepaskan selimut yang noda darah di sana. Melihat ada noda darah keperawanan yang keluar dari tubuhnya itu membuat Yasmin jadi semakin frustasi. Tak menyangka bahwa kesuciannya sudah hilang semalam gara-gara Arthur. Tak henti-hentinya menangisi nasib buruknya tersebut.
Kehormatanku hilang dalam sekejap semalam. Kalau sampai aku hamil bagaimana? Nggak. Nggak mungkin, aku takkan hamil anak pria berengsek itu. Aku dan dia tak punya hubungan apa-apa. Kita sesama orang asing.
Lantas Yasmin memasuki kamar mandi yang ada di dalam kamar itu. Sebuah kamar mandi mewah yang terdapat bathtub di sana. Wanita cantik berambut panjang itu segera membersihkan seluruh tubuhnya yang ‘kotor' akibat ulah Arthur semalam. Membasahi sekujur tubuhnya dengan sabun dan keramas juga. Melaksanakan mandi wajib sebagai seorang muslimah.
Selama hampir setengah jam Yasmin berada di kamar mandi. Usai membersihkan seluruh tubuh, saat wanita itu keluar dari sana mendadak kedua bola mantanya menangkap sosok wanita paru baya yang baru saja masuk ke kamar sambil membawa nampan. Sebuah nampan yang berisi makanan dan minuman untuk sarapan Yasmin.
“Nona Yasmin sudah selesai mandi?” tanya Bik Isah selalu asisten rumah tangga di villa tersebut.
“Iya, baru saja selesai mandi. Ada apa?” Yasmin balik bertanya.
“Ini saya bawakan sarapan untuk Nona sekaligus obat luar untuk mengobati tubuh Nona yang lecet atau memar. Sesuai dengan perintah Tuan Arthur,” sahut sang asisten rumah tangga.
Yasmin termangu sejenak lalu bersuara kembali. “Sebentar Bik, nama pria itu siapa?”
“Namanya Tuan Arthur. Tuan Arthur Atmaja. Kenapa, Non?”
“Oh, nggak apa-apa. Aku nggak tahu namanya siapa. Kalau nama Anda siapa, Bik?” tanya Yasmin lagi.
“Nama saya Isah. Panggil Bik Isah saja, Non.”
Yasmin mengangguk. “Iya, Bik Isah.”
“Kalau begitu mari makan dulu, Non. Ini sudah saya bawakan.”
Wanita cantik yang rambut panjangnya basah itu manggut-manggut pasrah. Sebenarnya Yasmin tak berselera untuk makan. Kenyataan pahit menghantui wanita itu. Namun Bik Isah yang terkesan ramah dan baik hati menyarankannya untuk segera makan. Lalu mengobati luka memar yang ada di tubuhnya.
Beralih pada ruang kerja Arthur yang ada di villa itu, mendadak sang adik kesayangan menelepon. Pria itu lekas mengangkat teleponnya.
“Halo,” sapa Arthur.
“Bang Arthur, aku penasaran menunggu ceritamu tentang wanita sialan itu. Bagaimana, Bang? Sudahkah kau beri pelajaran padanya?” tanya Alicia antusias via telepon genggam.
Arthur menghela napas lalu menjawab pertanyaan adiknya. “Sudah. Dia sedang dalam kendaliku sekarang. Aku sandera dia sekarang. Kau jangan khawatir. Pembalasan pertama sudah kulakukan untukmu, Licia.”
Alicia memekik girang. “Wah, aku senang, Bang. Akhirnya bisa mengatasi wanita penggodaa itu. Sandera dia terus, Bang. Jangan lepaskan dia sampai Haikal naik jabatan jadi Direktur Operasional nanti. Aku sudah membujuk temanku yang menjabat sebagai Direktur Keuangan agar bisa merekomendasikan Haikal agar bisa cepat naik jabatan pada Direktur Utama. Haikal harus cepat kembali ke Jakarta. Memutuskan hubungan dengan wanita sialan itu lebih cepat.”
“Mengenai suamimu, kau bisa urus saja sendiri. Perihal Yasmin, dia takkan bisa macam-macam denganku. Kau bisa tenang, Licia,” ujar Arthur yang diangguki oleh Alicia.
“Terima kasih, Bang. Kau memang bisa diandalkan. Kau yang terbaik. Nanti aku kabari lagi ya, Bang. Pastikan Haikal dan Yasmin tak bisa bertemu lagi. Tamat sudah hubungan terlarang antara mereka berdua. Haikal nggak bisa macam-macam lagi denganku.”
“Terserah kamu. Aku selalu ada di belakangmu, Licia. Kebahagiaanmu adalah kebahagiaanku juga.”
Alicia mengangguk. “Iya, Bang. Thank you so much. See you soon. [Terima kasih banyak. Sampai jumpa segera.]”
Pembicaraan sepasang adik dan kakak itu pun berakhir. Arthur berpikir sejenak di ruang kerjanya itu. Berpikir tentang apa yang akan ia lakukan pada Yasmin selanjutnya.
Sementara itu di Surabaya tampak Haikal yang gelisah akibat tak bisa melihat Yasmin lagi di kantor saat hari Senin tiba. Sabtu dan Minggu kemarin, ia mencoba menghubungi Yasmin melalui ponselnya, namun tetap tak aktif. Pria itu memaklumi karena weekend jadwal Yasmin pulang kampung ke Batu. Baru setelah hari Senin tiba, ia jadi semakin cemas pada Yasmin karena staf customer service Bank Swiss itu kembali tak masuk kerja tanpa ada pemberitahuan.
Haikal sudah bertanya pada para pegawainya yang lain, tetapi hasilnya nihil. Yasmin tak menghubungi mereka semua. Ketika jam istirahat tiba, Haikal pun mendatangi kos-kosan Yasmin untuk mencari tahu tentang kekasihnya itu. Namun tetap saja tak ada yang tahu.
Ya Tuhan, aku harus mencari Yasmin dimana? Yasmin Sayang, aku ingin bertemu denganmu. Menjelaskan semua padamu. Tanpamu, aku tersiksa. Aku mencintaimu, Yasmin Hanafi.
Haikal bergumam dalam hati. Pria itu berkata jika ia mencintai wanita lain yang bukan istrinya. Sungguh menyakitkan bagi Alicia jika wanita itu sampai tahu. Gerak-gerik Haikal di Surabaya pun ternyata diikuti oleh istrinya di belakang mobilnya. Alicia geram karena suaminya masih mencari-cari Yasmin.
Berengsek! Haikal masih tak bisa jauh dari wanita simpanannya itu. Kau tak bisa seperti ini terus padaku. Aku harus bisa mengupayakan kau bisa cepat kembali ke Jakarta dengan jabatan baru. Harus! Gerutu Alicia dalam hati.
Apakah keinginan Alicia ini bisa cepat terwujud? Bisakah ia memisahkan suaminya dengan sang wanita simpanan?