Terus mengejar itu bisa semakin di depan atau malah kalah ke belakang.
Tak usah mengharap kadang harapan yang terlalu besar itulah dapat menghancurkan dengan begitu dalam.
Seperti hari-hari kamarin pekerjaan Anin setelah pulang sekolah adalah ke bandara hanya untuk melihat sang matahari, Anin selalu lupa untuk bertanya nama laki-laki yang dia panggil 'om' itu. Mungkin ini yang di namakan cinta pandangan pertama, semua kriteria laki-laki idaman Anin ada pada sosok itu.
"Gin, beli minum dulu yuk! Soalnya nunggu OM itu, kadang lama, sering juga enggak ketemu sama sekali. "
"Jadi, gue harus kaya lo nih Nin, melakukan hal bodoh tiap harinya buat pria yang sampai sekarang lo enggak tau namanya. "
"Hari ini aku jamin kita bakal kenalan kok Gin, jadi kamu harus catat tanggal hari ini sebagai catatan sejarah kehidupan Anindya Paramita."
"Ya allah, kalo bantu sahabat nungguin doi nya itu pahala mungkin pahala gue udah banyak kali Nin. "
"Hahahh, santuy deh Gin jangan lebay gitu ah."
Akhirnya Gina mengikuti langkah Anin untuk membeli minum, mereka mengambil dua botol good day vanilla late.
"Mana sih! Om pilot loh itu, gue rasa kalo orang seumuran dia pasti udah nikah lah, mana kata lo dia ganteng kan, jadi kemungkinan dia udah punya cewek itu besar loh Nin. "
"Tapi, tiap malam gue selalu nikung lewat sepertiga malam Gin, lagian kalo dia udah punya cewek mungkin sekarang mereka pacaran tapi kalo Allah bilang dia jodoh gue, pacarnya bisa apa? "
"Emang ya! lo itu ajaib, bisa aja jawabnya. "
“Namanya usaha Gin kalo semisal jodoh ya alhamdullilah, tapi kan usaha engga bakal mengkhianati hasil,” balas Anin hanya menampakkan deretan gigi rapih-nya dengan senyuman lebar.
****
Lama mereka menunggu, jika boleh jujur, sungguh Gina tidak akan mengikuti tradisi Anin mengejar cinta pandangan pertamanya ini. Lagian sahabatnya itu sangat aneh punya hobi suka sama pilot, punya cita-cita ribet, masih SMA juga, seharusnya Anin fokus untuk ujian dari pada melakukan hal bodoh semacam ini. Kalo dia sudah sukses nanti tak perlu khawatir pilot akan suka malahan orang-orang antri untuk menjadi suaminya.
"Nin, udah hampir 6 jam kita nunggu tapi orang yang lo bilang itu enggak ada tanda-tanda munculnya. "
"Ihh Gin, kita itu harus sabar. Nunggu jodoh aja enggak kuat apalagi menjalin rumah tangga sama dia nanti. "
Gina langsung membelalakkan matanya mendengar ucapan spontan Anin, memang sahabatnya itu kalo ngomong suka nyablak makanya dia dan Anin itu bisa sahabatan karena punya sifat sama, definisi saling melengkapi hilang sudah.
"Sabar Gin sabar.menunggu itu memang berat, seberat mendapatkan sepeda dari presiden atau menang give away," ucap Anin sambil mengelus dadanya untuk mengingatkan sahabatnya itu agar bersabar.
"Hahahh,” tawa Gina pecah juga akibat kelakuan aneh Anin.
"Ayolah Nin kita pulang, mending kita belajar di rumah. Nanti deh mikirin masalah cinta-cintaan. Pikirin masa depan aja dulu, ingatkan kata Pak Mamat jodoh itu cerminan diri sendiri jadi mending kita tahajud aja. "
"Tapi ini tuh masa depan aku, sabar ya Gin. Untuk kali ini harus sabar biar di sayang Allah. Jelas dong Gin, tikungan dis epertiga malam engga bakal ditinggalkan. "
Gina akhirnya menyerah, dia tetap bertahan menemani Anin menunggu pangeran idamannya itu.
Sampai akhirnya yang ditunggu keluar juga, mata Anin langsung berbinar seperti mendapat cahaya rembulan di tengah kegelapan. Gina yang melihat Anin bangkit dari kursi, refleks ikut menegakkan tubuhnya. Di sana dapat terlihat jelas laki-laki tampan yang sedang mengobrol dengan seorang pria paruh baya. Jelas saja Anin sahabatnya itu langsung suka, orang ganteng maksimal kalo meniking itu engga berdosa rasanya ingin Gina tikung. Tapi dia ingat teori 'mengambil hak orang lain itu berdosa' cuma kan laki-laki itu hanya gebetan Anin jadi tak masalah.
Gina bukan tipe sahabat yang begitu, dia akan menjaga perasaan Anin dalam kamus hidupnya anti menikung telah tertanam sejak dini.
"Gin, ganteng kan. Apa aku bilang, dia itu kaya bulan yang menerangi malam-malamku. " Gina hanya mengaggukan kepalanya tanda setuju.
Anin pun bergerak untuk menghampiri laki-laki itu.
"Assalamu'alaikum om, nama aku Anindya Paramita, cewek imut, suka makan apa aja yang penting halal, suka pilot, suka bandara, suka pesawat, yang terpenting suka Om. "Ucapan gadis yang beberapa hari ini suka menghampirinya membuat dia melongo.
"Wa'alaikumsalam, saya Rimba. "
"Ya allah, namanya seganteng orangnya ya. " Rimba hanya diam, tidak bergeming dia menatap perempuan di depannya ini dengan kerutan di dahi.
"Om, tunggu Anin tamat SMA dulu ya. Anin ralat deh kapanpun, soalnya kata mama Anin belum bisa apa-apa. "
Rimba heran, dia tidak pernah menjanjikan apapun untuk menikahi gadis di depannya ini tapi dengan percaya diri dia mengucapkan itu.
"Om, kenapa sih ganteng amat. jangan suruh Anin oplas ya untuk pantas jadi istri om. "
"Kamu Aneh." Itulah ucapan Rimba mendengar ungkapan seorang gadis bernama Anin di depannya ini.
"Ciee yang udah pake 'kamu' jadi baper. "
"Saya manggil kamu kesegala orang kok. "
JLEB rasanya sakit tapi tak bernanah, rasanya juga seperti menjadi iron man.
"Hahhah, Om aku tiap hari bakal ke sini buat memantau Om, jaga kesehatan, jangan pernah lupa nama aku "Anin" Tau enggak apa kepanjangannya? "
Rimba mengerutkan keningnya tanda tidak mengerti.
"Anin= Akan Menjadi Istri Idaman"
"Jadi perempuan dewasa dulu baru boleh ngelamar saya, maaf saya harus pergi dulu. "
Itulah ucapan terakhir Rimba sebelum dia memasuki ruangan khusus.
“Nanti aku tanya mama deh Om gimana jadi orang dewasa? Apa tanya awkarin aja?” teriak Anin lagi, seperti merasa bahwa Bandara hanya milik dirinya seorang/
Semakin dia dingin maka semakin besar pula nyali Anin untuk mendekatinya, kenapa sih cowok dingin selalu punya tempat yang besar padahal dicuekin dan diabaikan damage-nya emang nggak ada tandingan .
Gina yang melihat kejadian itu tertawa begitu kencang.
"Jadi perempuan dewasa dulu Nin wkwkkw. "
"Ihh Gina!"
"Pantesan lo kesengsem, emang ganteng gitu sih. "
Akhirnya Anin dan Gina pulang menggunakan taksi, besok dia akan datang lagi seperti tidak lelah, karena memang sesuatu harus dikejar dahulu baru mengucapkan kata menyerah, lagian kana dan sang pencipta yang paling bisa membolak-balikkan hati manusia.
“Kalo hari ini gagal, berarti besok coba lagi,” ucap Anin saat diperjalanan pulang.
“Lo engga takut dipandang aneh Nin?”
“Ngapain takut, kalo kita suka sama seseorang di kejar nanti kalo dia diambil orang malah menyesal kan bahaya, lagian Om tadi emang pantas buat diperjuangin, Gina kan tahu kalo Anin itu susah suka sama orang tapi sekali suka ya begini.”
“Tapi kan cewek itu di kejar bukan mengejar.”
“Sesekali Anin mau coba melawan arus Gin.”
Memang dasar perempuan itu suka sekali melakukan hal ajaib.