"Pertemuan pertama itu bisa berkesan atau malah sebaliknya. "
***
Muhammad Al Rimba adalah seorang pilot,dia dingin,sulit sekali mendapatkan hatinya namun dia sangat tampan, kaya, bahkan memiliki keluarga harmonis hanya saja belum menemukan jodoh yang pas saja dalam hatinya.
Pagi ini Rimba ada tugas untuk melakukan penerbangan ke Bali, namun sialnya jalanan ibu kota sangat macet yang membuat dia sulit sampai ke bandara jika saja tadi malam dia tidak pulang pastilah jebakan macet tak di dapat tapi dia harus pulang karena sudah sangat meerindukan mamanya.
Akhirnya dia dapat datang tepat waktu meskipun di hadang olehsebuah kejadian yang tak terduga menjadi awal pertemuannya dengan seorang remaja SMA dan dengan beraninya wanita itu melamarnya, ntah hanya gurauan atau bagaimana namun Rimba hanya menanggapi dengan seadanya. Bagi Rimba itu hanya pertemuan yang tak sengaja dan bukan perihal penting ,namun lain pula dalam sudut pandang Anin, itu adalah pertanda bahwa Allah telah menemukannya dengan sang jodoh.
***
Hari ini Rimba ada penerbangan ke Bali, ntah mengapa setiap kali dia membawa benda besi ini ke angkasa selalu saja rasa takjub akan kuasanya tak pernah pudar bahkan Allah dapat dengan sangat sempurna menciptakan alam semesta ketika berada di antara hidup dan mati Rimba merasa sangat bersyukur namun dalam benaknya selalu saja lafazh doa tercurahkan untuk ratusan nyawa orang-orang yang di bawanya.
"Capt, mesin aman." Ucap Co-pilot tersebut terlihat dari name tag nya bernama Jimin. "
"Siap. "
Tugas yang di emban seorang pilot dan co-pilot sangat berat mereka harus memastikan keselamatan penumpangnya.
Seperti itu lah keseharian yang harus di lalui Rimba. Menerbangkan benda besi itu sudah seperti candu baginya,oleh sebab itu sampai sekarang belum ada yang dapat mengalahkan besarnya rasa cinta nya kepada suatu hal.
****
"Ma, kalo nikah muda gimana?” Cindy yang sedang menonton sinetron cinta suci menghentikkan aktifitasnya akibat ulah anak semata wayangnya itu.
"Emang kamu mau nikah muda Nin? Ya allah Anin ! Kamu itu bangun aja masih kesiangan, piring aja masih di cuciin, tempat tidur berantakkan, cuma masak yang kamu udah sangat pintar. "
Anin merengut sebal dengan ucapan yang di lontarkan mamanya itu dan semua tepat sasaran.
"Yah mama! Buat aku down aja, padahal anak mama ini udah dapat menantu tampan, mapan dan juga berkarisma. "
"Kayanya dari ciri-ciri di atas, mama ragu dia mau sama kamu. "
Anin kembali menundukkan kepalanya seraya berpura-pura sedih, mamanya itu memang selalu begitu.
"Pasti pilot lagi. " Tebak mamanya kali ini sambil menatap Anin dengan serius.
"Kok mama tau sih, Kan aku belum ceritain. "
"Mama tuh udah hafal banget kriteria cowok idaman kamu. Lagian kenapa harus pilot padahal pekerjaan yang lain juga keren Nin, contohnya TNI kaya papa kamu. "
"Mama ku sayang, Aku itu sukanya pilot biar nanti kalo di lamar biar di pesawat terus pake bunga-bunga yang kaya gitu ma. "
Mama Cindy hanya menggelengkan kepala akibat ulah halu sang anak.
"Udah, nanti biar mama jodohin aja kamu sama anak temen papa."
"Emang dia pilot ma? Tapi aku udah suka sama laki-laki di bandara tadi ma. "
"Bukan, dia petinju. "
"Ihh mama nyebelin, masa anaknya yang cantik gini di jodohin sama petinju. "
Begitulah sesi curhat Anin bersama mamanya meskipun sering berbeda pendapat tapi Cindy sangat memperhatikan Anin dia tidak mau sampai ada yang menyakiti anak gadis kesayangannya itu.
***
"Assalamu'alaikum ya ahli kelas, kok sepi sih emang pada enggak sekolah ya? " teriak Anin pagi-pagi buta di depan kelasnya, begitulah kebiasaa toa seorang Anin yang suka membuat anak kelasnya melempari dengan kertas.
"Anin, ini tuh baru jam 06.00, wajar aja kelas masih sepi kalo mau teriak-teriak mending ikut jualan di pasar Nin. " Ucap Donok sang ketua kelas yang memang rajin datang pagi sebenarnya dia datang pagi bukan karena itu melainkan ingin main games. Terbukti ketika datang pagi Wifi sangat kencang tak ada makhluk lain yang akan mengambil sinyalnya.
"Santuy aja Nok, kamu mah gitu. Nanti kalo aku lapor sama pacar aku pastilah kamu tinggal tulang. "
"Udah deh Nin, jomblo itu engga usah soksokan punya doi. "
"Nyebelin! Yaudah deh Anin mau buka Ig @pilottampan siapa tahu ada oom kemarin. "
Saat Anin sedang asik-asiknya menstalk,tiba-tiba Gina datang sambil berlari tergesa-gesa.
"Kenapa sih Gin? "
"Gapapa Nin, gue abis olahraga biar sehat gitu. "
"Ehh Gin, kan kemarin pas kita ke Bandara aku ketemu jodohku loh,dia pilot yang berbeda. Kapan ya aku bisa ketemu dia lagi?"
"Dasar Lo Nin, pasti aja semua tentang pilot. "
"Dari pada tentang perceraian artis. "
"Asem lo ya."
"Aseman juga ketek kuda nil Gin. "
"Au ah gelap. " Anin terus saja memikirkan pilot kemarin, setelah pulang sekolah dia bertekad untuk ke bandara lagi, siapa tahu akan bertemu. Dia percaya kalo jodoh takkan lari kemana.
***
Seorang gadis berseragam Sma dengan mata tajam selalu melihat ke sekeliling bandara siapa tahu orang yang di carinya akan ada namun sudah beberapa jam dia menunggu orang itu tak kunjung datang. Seharusnya Anin meminta alamat rumah pilot itu biar dia bisa pdkt kepada kelurganya namun itu hanyalah khayalan ketinggian seorang Anin. Ntah kenapa rasa sukanya akan pilot membuat dia seperti ini.
Lama Anin menunggu hingga hari sudah gelap dan Mamanya menelepon berulang kali namun pilot yang Anin lupa menanyakan namanya masih belum juga terlihat. Akhirnya dia memutuskan untuk pulang tapi memang nasib baik sedang berpihak padanya diperjalanan dia melihat laki-laki itu sedang berjalan gagah dengan koper di tangan kanan, tampak sekali guratan lelah di wajahnya namun tak ada sedikitpun pesona yang pudar.
"Om, Emang ya nunggu itu butuh tenaga. " Rimba yang melihat gadis Sma di hadapannya sekarang terlihat bingung, kenapa dia langsung menyebutkan kata-kata itu. Dia seperti pernah melihat gadis di depannya ini tapi lupa di mana.
"Maksudnya? "
"Nunggu Om peka sama perasaan aku, itu butuh tenaga. "
"Aneh. "
Itulah satu kata terakhir yang diucapkan Rimba sebelum meninggalkan Anin.
Anin tidak mengejar namun dia hanya berteriak yang membuat sedikit orang berlalu lalang menatap Rimba dengan pandangan heran.
"Om, Jangan nunggu aku S2 buat ngelamar, aku siap kapanpun kok. "
Rimba yang mendengar itu menatap Anin dengan pandangan kesal. Dia baru ingat ternyata bertemu gadis itu kemarin dan dia sangat kesal sekarang.
***
Kenalan.
"Terus mengejar itu bisa semakin di depan atau malah kalah ke belakang. Tak usah mengharap kadang harapan yang terlalu besar itulah dapat menghancurkan dengan begitu dalam. "
***
Seperti hari-hari kamarin pekerjaan Anin setelah pulang sekolah adalah ke bandara hanya untuk melihat sang matahari,Anin selalu lupa untuk bertanya nama laki-laki yang dia panggil 'om' itu.
Mungkin ini yang di namakan cinta pandangan pertama, semua kriteria laki-laki idaman Anin ada pada sosok itu.
"Gin, beli minum dulu yuk! Soalnya nunggu OM itu, kadang lama, sering juga enggak ketemu sama sekali. "
"Jadi, gue harus kaya lo nih nin melakukan hal bodoh tiap harinya buat pria yang sampai sekarang lo enggak tau namanya. "
"Hari ini aku jamin kita bakal kenalan kok Gin,jadi kamu harus catat tanggal hari ini sebagai catatan sejarah kehidupan Anindya Paramita."
"Ya allah, kalo bantu sahabat nungguin doi nya itu pahala mungkin pahala gue udah banyak kali Nin. "
"Hahahh, santuy deh Gin jangan lebay gitu ah." Akhirnya Gina mengikuti langkah Anin untuk membeli minum,mereka mengambil dua botol good day vanilla late.
"Mana sih! Om pilot loh itu, gue rasa kalo orang seumuran dia pasti udah nikah lah, mana kata lo dia ganteng kan,jadi kemungkinan dia udah punya cewek itu besar loh Nin. "
"Tapi, tiap malam gue selalu nikung lewat sepertiga malam Gin, lagian kalo dia udah punya cewek mungkin sekarang mereka pacaran tapi kalo Allah bilang dia jodoh gue,pacarnya bisa apa? "
"Emang ya! Lo itu ajaib, bisa aja jawabnya. "
Anin hanya menampakkan deretan gigi rapih nya dengan senyuman lebar.