Jadian

1455 Words
"Sudah berkorban tapi tak bisa juga di dapat, memang perasaan tidak pernah bisa diketahui kepada siapa dan bagaimana dia merancanh takdir yang sebenarnya Tapi tenang saja pertahananku untuk mendapatkan kamu masih kuat, belum goyah." *** Mama Cindy sedang menonton acara gosip setiap pagi yang menjadi ritual wajibnya setiap pagi, ketika melihat anak semata wayangnya yang super duper tengil tapi sangat dia sayangi sudah rapi dengan bun ga dan satu buah cokelat di tangannya sibuk merapikan baju agar tida rusak dan kusut. "Kamu mau kemana? Tumben udah cantik banget jam segini sayang? Biasanya sekarang kamu masih di alam mimpi sambil berkhayal ketemu Jungkook dan makan seblak di Namsan Tower. " Anin yang mendengar itu langsung saja cekikikan dan mengembangkan senyum lebarnya, "Memang ya anak itu selalu salah, mama tuh gimana sih? Giliran aku bangun kesiangan dimarah bilangnya gimana mau nikah muda, kalo masih bangun kesiangan ehh giliran bangun pagi juga dimarah. Ma, ini aku lagi menyelesaikan urusan negara. " Senyum Anin mengembang sempurna setelah mengucapkan kata-kata itu kepada mama nya. “Jadi anak mama ini, mau kemana sebenarnya?” tanya Cindy dengan menaik-turunkan alisnya berniat menggoda sang anak, namun yang digoda malah menampilkan senyum malu-malu. Hari ini Anin memakai baju kodok yang begitu lucu, dia tidak mau tampil berlebihan , takut Rimba ilfeel nantinya jika dia berdandan menor ala tante-tante. "Ma, cantik enggak sih? " tanya Anin mengabaikan pertanyaan mamanya itu. "Kamu enggak gosok bajunya ya sayang, kok kusut gitu? " balas Cindy merapikan baju putrinya itu dengan seksama. "Heheh, lagi trend model kusut enggak digosok kaya gini Ma. " "Aduh, kamu ini gimana sih sayang! Kalo kaya gini yang ada cowok itu malah enggak mau, dia mikirnya kamu pemalas, masa baju aja engga dirapiin apalagi perasan bisa-bisa ambyar. " Mulai lah mamanya ini menjadi sosok ibu cerewet yang sering digambarkan pada layar televisi, padahal kan Anin sengaja biar nanti Rimba perhatian sama dia dan menegurnya. Dasar Mama enggak tau taktik menarik perhatian cowok zaman sekarang. "Mama enggak ada niatan ikut Anin ke Bandara? Sekalian liat caman (Calon Mantu idaman )." "Palingan dia enggak mau sama kamu, Bawa dulu ke rumah baru Mama percaya. " “Mama harus tahu pesona anak mama ini,” ucap Anin sangat percaya diri. Tolong siapa saja yang bantu Anin untuk menyakinkan mamanya ini bahwa dia tidak halu, "Ihh mama nyebelin, Aku pergi dulu ya Ma. Mama hati-hati di rumah kalo ada maling tinggal sleding, aku mau ke Bandara dulu. " "Assalamu'alaikum," ucap sang Mama bermaksud menyindir Anin agar mengucapkan salam karena sebelum pergi ada baiknya mengucapkan salam agar keselamatan selalu tercurahkan kepada ihak yang mmeberi salam dan membalas salam. "Oh iya, kelupaan Ma, wa'alaikumsallam Ma. " Anin menyalami tangan Mama tersayangnya itu, lalu mulai memanggil Mang Jun untuk mengantarnya ke Bandara. Saat diperjalanan Anin senyum-senyum sendiri karena tidak sabar untuk melihat sang pangeran hati bak lelaki tampan di negeri dongeng seandainya kisah putri tidur berlaku untuk dirinya pastilah sekarang dia akan pura-pura tidur dan meminta Rimba membangunkannya. Mang Jun yang melihat nyonya kecilnya itu senyum-senyum sendiri jadi ikut tersenyum. "Non Anin kayanya lagi bahagia, soalnya dari tadi dikit-dikit lihat cermin terus senyum udah gitu ngerapiin make up itukan ciri-ciri orang kasmaran berdasarkan pengalaman cinta Mang Jun." "Iya Nih Mang Jun, aku pengen ketemu jodoh nih. Semoga aja dia lagi libur. " Coklat dan bunga digenggaman tangannya selalu ia pegang dengan erat layaknya harta yang berharga. "Saya doain ya Non biar berjodoh dunia akhirat. " "Aamiin paling serius Mang Jun, biar nanti Anin bisa mendaki gunung Mahameru terus ke Labuan Bejo siapa tahu bisa bikin vidio paling sweet dan viral. " “Iya Non, kan menyenangkan liburan bersama kekasih halal siapa tahu nanti bisa nonton konser BTS berdua juga,” balas Mang Jun semangat sekali menghalunya. Setelah memutari jalanan yang macet, di tambah jarak bandara ke rumahnya yang lumaya jauh membuat Anin kelelahan dan tidak menyadari bahwa mereka telah sampai. Saat tiba di parkiran dan mobil telah berenti, Anin langsung berlari ke Bandara. Di sana dia menunggu lagi untuk kesekian kalinya. Andai saja dia mempunyai nomor WA, alamat rumah ataupun IG sang bidadara impian pastilah dapat memudahkannya untuk menemui sosok itu. “Kenapa ya? Jatuh cinta sendiri ternyata emang menantang diri untuk selalu patah hati lebih dalam dari yang di duga,” ucap Anin pada dirinya sendiri. Anin melangkahkan kakinya dengan semangat yang membara, jika gagal maka coba lagi dan coba terus sampai gas di kaki sudah lelah dan dia merasa energinya belum terkuras habis untuk melangkahkan kakinya mengejar cinta Om Pilot kesayangannya. Dia melihat petugas Bandara dan langsung bergerak untuk menanyakan keberadaan lelaki itu. "Mas, maaf mengganggu. Tapi aku kepo berat nih! Mas tau enggak pilot yang ganteng, tinggi, irit ngomong, poin pentingnya lelaki tipe idaman aku, namanya Rimba sayang Anin, tau enggak Mas? " "Hmm... Yang saya tau cuma Rimba aja enggak pakap embel-embel lain. " "Yaelah, maksud aku itu Mas. Aduh apa orang-orang di bandara sekaku ini semuanya? Enggak ngerti becanda. " "Memang harus serius dek, anak bandara semuanya di tuntut serius. " "Kalo anak bandara serius, kenapa sampai sekarang Yayang Rimba enggak ngajak Aku buat menjalin hubungan yang serius? " "Setahu saya dia sudah mau tunangan dengan Mbak Shinta. " Setelah mendengar itu Anin langsung tertawa ngakak karena tidak mau percaya dengan berita hoax yang diterbarkan Mas-Mas itu. “Shinta udah sama Rama Mas, dia udah bahagia membangun rumah tangga dengan sangat indah,” balas Anin tersenyum. “Eh beda server anak kicil!” omel petugas itu karena Anin sengaja sekali membuat dia malu. Karena takut menjadi sasaran empuk amukan Mas itu, maka Anin memilih kabur, "Permisi Mas, aku mau ketemu yayang Rimba dulu." Anin mengabaikan ucapan Mas-Mas itu dan langsung duduk di bangku semula untuk menunggu Rimba. Matanya mengedarkan pandangan ke segala penjuru ruangan sampai jatuh kepada sesosok laki-laki tampan dengan baju kaos hitam dan celana panjang yang sangat pas ditubuh atletisnya. "Ya allah, tolong jaga Aku dari Om ganteng di depan ini. " Anin segera menghampiri Rimba yang tampak sedang mengobrol dengan petugas keamanan. Tidak peduli suasana ramai di sekelilingnya. Anin segera menegur Rimba dan mengucapkan kata-kata yang membuat Rimba hanya mengerutkan dahinya dan bingun sendiri. "Om, jadi pacar Aku ya. Seriusan deh Om, di jamin bakal bahagia, sehat, tumbuh dan berkembang, Om itu pacar pertama dan terakhir aku. Kata Mas itu tadi Om udah punya pacar, itu boong kan? " tanya Anin membuat semua mata di sekitar sana jadi membelalak kaget. Rimba tidak tahu bagaimana caranya menjawab pertanyaan beruntun dan menakutkan dari perempuan kecil di depannya ini. Jujur sejak pertama dia melihat perempuan ini yang bernama Anin, Rimba tak pernah sekalipun tidak membayangkan wajahnya, dia rasa itu hanya perasaan kaget karena setiap hari ada yang menunggunya di bandara namun melihat senyum gadis di depannya ini membuat rimba secara refleks mengaggukan kepalanya. Anin dan puluhan orang yang melihat kejadian itu membelalakkan matanya dan menyoraki kata 'jadian' Anin tersenyum sangat bahagia dan memberikan cokelat beserta bunga yang dia bawa sedari tadi. "Om, jadi kita udah pacaran kan? " "Saya enggak bilang gitu." "Tapi tadi Om mengaggukan kepalanya, itu berarti jawaban iya. " "Kepala saya pegal, makanya saya nunduk, " ucap Rimba dengan suara yang pelan. "Om, jangan buat aku malu dong!! " Anin menampilkan wajah panik penuh keringat dingin. "Saya akan menolak kamu sekarang, karena enggak pernah ada dalam kamus saya, di kejar tapi biar saya yang mengejar. Satu lagi saya enggak punya pacar itu hanya gosip, kamu itu anak kecil yang engga ada malnya, mending belajar dan perbaiki nilai jangan remedial aja kerjanya. " Senyum Anin mengembang sempurna, meskipun dia di tolak tapi dia percaya Rimba adalah sosok laki-laki idamannya. Baru kali ini Anin takjub mendengar ucapan panjang kali,lebar dari mulut pria itu. "Kebetulan Om lagi pakai baju kaya gini, jadi enggak ada niatan ngajak aku jalan? " "Kamu ngode? " "Aku ngomong langsung kok Om. " "Saya mau pulang ke rumah udah kangen Mama, kalo kamu mau ke rumah saya gapapa. " "Mimpi apa sih aku malam tadi? Langsung bisa ketemu camer. " "Tapi Mama saya bakal ngira kamu adek kelas saya yang mau di latih menyetir mobil. " "Gapapa Om, asal sama Om, aku gapapa. " Entah kenapa Rimba mau membawa perempuan yang belum di kenalnya begitu jauh kerumahnya itu. Sementara rekan-rekan Rimba melihat itu dengan wajah bertanya-tanya, apakah benar perempuan ini yang telah menjadi seseorang spesial di kehidupan Kapten Rimba seorang pilot yang digemari banyak perempuan dan terkesan dingin sejauh ini hanya Shinta yang berhasil mencuri perasaannya namun itu hanya masa lalu dan sudah berakhir. “Yang usai telah lepas Sedang sekarang jangan terlepas Biarkan semesta memberi cerita dalam balutan air mata Lalu tertawa bersama keseriusan dan dinamika percaya.”
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD