BB 05 - Trapped

1120 Words
Sebelum kejadian naas itu terjadi. Tok... tok... tok... Seno yang tengah memeriksa pekerjaannya mengangkat kepalanya dan melihat Cathrine tersenyum ke arahnya. "Hai." Sapa Cath sambil tersenyum manis ke arahnya. "Hai Cath. Ada apa apa kemari?" tanya Seno tanpa basa basi. Pasalnya selain keluarga dan sang kekasih Dea, ia tak pernah mengijinkan ada wanita lain yang datang ke ruang kerjanya. "Aku ganggu kamu ngga? Kebetulan aku mau ketemu klient di sekitar sini tapi aku datangnya kepagian. Terus aku inget kantor kamu jadi aku mampir aja deh sekalian ngajak makan siang." Seno menatapnya kesal. "Kenapa ngga kasih kabar sih? Main nyelonong datang aja," ucapnya ketus. Entah mengapa sejak pertama kali dikenalkan oleh Dea, ia tak suka dengan Cathrine. Entahlah tapi perasaannya mengatakan Cath seperti siluman rubah. Baik diluar tapi berhati jahat didalam. "Ya maaf. Tapi aku sempet tanya satpam di bawah katanya kamu lagi ada di kantor. Kalo kamu ngga ada ya mana mungkin aku berani nyamperin. Kok kamu keliatannya ngga suka banget aku datang," ucapnya tersinggung. "Wajar donk aku ngga suka. Kamu buka siapa-siapa aku. Selain Dea dan keluargaku, tak ada yang ku ijinkan untuk masuk ke dalam ruangan ku. Aku tak ingin Dea berpikiran macam-macam kalau melihat ada wanita lain yang masuk ke kantor calon suaminya." Seno sengaja menekankan kata calon suami agat Cathrine tahu posisinya. Cath menatapnya, "kalau begitu ijinkan aku jadi wanita mu," ucap Cath tak tahu diri. "Pergi. Aku ngga ada waktu meladeni mu. Ku harap kamu pergi sebelum calon istri ku datang membawa makan siang." Seno kembali memfokuskan diri pada pekerjaannya. Cath yang tak terima di tolak oleh Seno pun tak berhenti berjuang mendekati Seno. Ia bahkan mencuri nomor telpon Seno dari ponsel Dea. Seno yang jengah karena merasa di teror oleh Cath pun memblokir nomornya dan nomor baru yang masuk ke ponselnya. Gangguan tak hanya itu saja, tak lama setelah acara pertunangan Cath tiba-tiba datang ke Apartemen Seno sambil menangis. Entah drama apa lagi yang ia sajikan hari itu. Seno dengan terpaksa mendengarkan curhatan hati Cath dan disaat ia lengah Cath mencampurkan obat perangsang kedalam minuman Seno dan hal buruk itu pun terjadi. Dea datang ke Apartemen dan memergoki tunangannya tengah asik bergerak diatas tubuk sahabatnya. Dari situlah Seno tersadar dan semuanya terlambat. *** "Itu yang selama ini ingin aku katakan sama kamu sayang, tapi kamu ngga pernah mau kasih aku kesempatan untuk mengatakannya," ucap Seno saat berhasil menemui Dea dan membawanya ke suatu tempat untuk bicara. "Jujur aku dijebak. Aku melakukan hubungan terlarang itu karena pengaruh obat sialan itu. Tolong percaya sama aku sayang. Aku benar-benar tulus sayang sama kamu." Seno memegangi kedua tangan Dea sembari berlutut di hadapannya. Dea tak bereaksi apapun. Tatapan matanya kosong. Begitu juga otaknya yang mendadak beku mendengar semua yang dikatakan oleh Seno. Entah mana yang benar, Cathrine atau Seno? Ia sendiri tak tahu mana yang sebenarnya terjadi. "Aku udah punya firasat buruk sejak ketemu pertama kali dengn Cath, dan ternyata..." "Semua terlambat." "Sayang..." "Percuma kamu jelasin yang sebenarnya terjadi, saat ini Cath hamil dan kamu pria yang tidur dengannya." Dea benci mengakui itu tapi itulah yang sebenarnya terjadi. "Sayang, mana mungkin Cath mengandung anakku. Aku yakin 100% itu bukan anak ku sayang. Please percaya sama aku. Akan aku buktikan kalau..." Dea menghempaskan tangan Seno. Kepalanya menggeleng kuat. "Bertanggung jawablah. Bagaimana pun anak itu tidak bersalah. Kamu dan dia yang salah jadi bertanggung jawablah dan hidup bahagia dengannya." Dea memilih masuk ke dalam mobilnya. Seno memukuli pintu kaca mobil Dea tapi tak di gubris. Dea pergi begitu saja meninggalkan Seno yang berlari mengejarnya. Air matanya tak bisa ia bendung lagi. Hatinya sudah sangat sakit mengetahui hubungan gelap itu, kini semakin bertambah sakit mengetahui apa yang sebenarnya terjadi. *** Seno yang murka langsung menghampiri Cathrine ke butik. Namun ia tak menemukan wanita itu disana. Seno langsung pergi ke rumahnya dan menemukan Cath terkulai lemas di sofa. Pagi itu Cathrine kembali mengalami muntah yang cukup parah, membuat dirinya uring-uringan. Ia tak menyangka kehamilan ini sangat menyusahkannya. Tapi berkat kehamilan ini ia bisa memiliki Seno disampingnya. "Cathrine! Dimana loe?!" Teriak Seno saat masuk ke dalam rumahnya. Cathrine tersenyum senang melihat kedatangan Seno dirumahnya. Pasti ini ada hubungannya dengan Dea, makanya dia rela menginjakkan kakinya dirumah ini. "Kak... aku disini." ucapnya mendramatisir. Seno menarik lengannya dengan kasar dan membuat Cath mengaduh kesakitan. "Aw... sakit kak. Jangan kasar-kasar sayang kasihan anak kita." "Diam loe b******k! Gara-gara elo gue kehilangan Dea. Puas Loe hah puas!!" Cath menyentak tangannya, "Kamu apaan sih. Tiap kali uring-uringan karena Dea selalu nyalahin aku. Aku juga korban kamu tahu." Cath tak mau disalahkan begitu saja. "Semua itu gara-gara kamu. Kalau kamu ngga taruh obat sialan itu di minuman ku, semuanya ngga akan pernah terjadi!" "Kok jadi aku yang disalahin sih. Kamunya aja yang nafsuan dan aku yang bodoh dengan rela menyerahkan tubuhku untuk kamu nikmati. Terus sekarang giliran aku hamil kamu mau lepas tanggung jawab gitu aja. Jangan pernah berharap. Aku ngga mau tahu, kamu harus bertanggung jawab atas kehamilan ini." Seno yang kesal membanting semua barang yang ada dirumah Cath. Setelah puas ia pun pergi dari sana. Tinggallah Cath yang tersenyum penuh kemenangan. "Aku ngga akan pernah lepasin kamu sayang. Susah payah aku hingga di tahap ini, jadi jangan harap kamu bisa lepas." Cath tertawa lepas sebelum akhirnya ia berlari ke kamar mandi dan memuntahkan isi perutnya. "Dasar anak sialan?! Bapak sama anak sama-sama nyusahin!" umpat Cathrine kesal. *** Dea menghentikan mobilnya di pinggir pantai. Ia keluar dari sana mencoba untuk menenangkan diri. Ia menjatuhkan tubuhnya di atas hamparan pasir pantai. Kedua lututnya di tekuk dan kepalanya bersembunyi di antara kedua kakinya. Dea menangis hebat. Menumpahkan rasa nyeri di hatinya akibat ulah Seno. Tanpa ia sadari ada seseorang yang berjalan mendekatinya. "Why do we always meet on the beach?" ucap seseorang membuat Dea mengangkat kepalanya. Pria itu menatap wajah Dea yang berlinang air mata. Lengannya terulur mengelap wajah Dea dengan perlahan, "and why do you always cry?" Dea dibuat terpaku oleh mata berwarna biru itu. Entah mengapa perasaannya begitu tenang tiap kali bertatapan dengan mata indah itu. 'Kenapa rasanya ngga asing? Rasanya gue pernah ketemu tapi dimana?' Dea tampak berpikir dan membuat seulas senyum di wajah tampan tersebut. "What do you think, Beautiful Girl?" tanya si pria asing itu. Dea tersadar kalau pria itu adalah pria b******k yang memperkosanya hingga remuk malam itu. "Kamu!!" Dea menunjuk wajah pria asing yang sangat ia hafal. Pria itu tersenyum, "Are you remember me, Baby?" Dea membulatkan matanya dan Allan terlalu gemas untuk tidak menciumnya detik ini juga. Dea mengerjapkan matanya berkali-kali. Ia masih tak percaya pria b******k itu ada di hadapannya. "Gimana elo bisa ada..." "In English, Please." Potong Allan membuat Dea menepuk dahinya. Saking terkejut dan takjubnya ia sampai lupa kalau pria di hadapannya itu ada pria bule yang tampan.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD