bc

The Miracle Crown

book_age16+
168
FOLLOW
1K
READ
dark
arrogant
dominant
goodgirl
princess
sweet
bxg
werewolves
magical world
addiction
like
intro-logo
Blurb

Emely Tipnare Honorius adalah seorang gadis manis berdarah campuran. Sejak di dalam kandungan, ia sudah mendapatkan mate—pasangan jiwa. Matenya merupakan seorang pemimpin dari bangsa Demon yang bernama Evner, dari mulai Emely lahir sampai detik ini, Evner sudah menjaga gadis itu.

Hal inilah yang memicu kekesalan Emely karena setiap saat ia harus dibuntuti oleh Evner, Evner sangat protektif terhadapnya. Jujur saja Emely risih, ia juga belum memikirkan tentang dunia percintaan, masa remajanya hanya ingin digunakan untuk bermain bersama teman-teman sebayanya.

Evner harus berusaha keras untuk mendapatkan hati matenya, akankah Emely berhasil luluh dengan cinta tulus dari Evner?

chap-preview
Free preview
1 : EMELY vs EVNER
Emely Tipnare Honorius, gadis cantik itu berlari menyusuri lorong yang terhubung dengan aula kebesaran milik sang ayah. Langkahnya tergesa-gesa bagai diburu hantu, rambut lurus sebahu miliknya bergerak tak beraturan seiring dengan laju larinya. Sesekali ia menoleh ke belakang, memastikan jika orang yang mengejarnya masih jauh dari jaraknya saat ini. Sesampainya ia di pintu aula, gadis itu tersenyum lega kala melihat sosok berkharisma duduk di singgasana, tanpa membuang waktu lama lagi ia buru-buru mendekat pada sosok itu. “Ayah, tolong aku.” pekiknya dengan nada yang melengking. Pria yang sedang duduk di singgasana itu menoleh pada sumber suara, dilihatnya seorang gadis yang rupanya menuruni sang istri. “Eme, ada apa?” Emely sampai tepat di samping sisi sang ayah, ia bergelayut di lengan ayahnya guna mencari perlindungan. Deru napas Emely tak beraturan, ia tersengal-sengal karena kelelahan. “Evner sialan itu terus mengekoriku, aku tidak mau dibuntuti olehnya. Bayangkan saja, hari ini dia mengacaukan pesta remaja kami, dia memaksaku untuk pulang, aku malu dengan teman-temanku.” Emely menutup wajahnya dengan frustasi, hari ini adalah hari yang menyebalkan baginya. Bagaimana tidak? Siang tadi Emely dengan penuh semangat pergi mengunjungi pesta remaja yang diadakan salah satu temannya, tapi tiba-tiba saja Evner muncul dan menyeretnya untuk pulang. Evner yang posesif itu tidak tahan melihat matenya berdekatan dengan pria lain, Evner cemburu sehingga mau tak mau ia perlu memaksa Emely agar meninggalkan pesta. Hal itu sama saja mempermalukan Emely di depan seluruh temannya, ia malu, ia bukan anak kecil lagi yang perlu dibatasi pergaulannya. Jamien Istyn Honorius, ayah dari gadis cantik itu bereaksi, matanya mendelik dengan sempurna. “Evner melakukan itu padamu?” Emely mengangguk lemah. “Bisakah ayah menjauhkan dia dariku? Aku hanya lah remaja yang butuh waktu untuk bermain dengan teman-temanku, aku tidak suka dibatasi. Evner sangat lancang, bahkan ayah dan ibu pun tak pernah melarangku melakukan ini itu.” Raut wajah Emely sangat tertekan, sejak kecil hidupnya sudah dikelilingi oleh Evner, pria berdarah demon itu beralasan jika itu adalah kewajiban. Keselamatan Emely adalah tanggung jawab Evner. Emely tidak suka dengan cara Evner yang terkesan posesif dan overprotektif. Sedikit banyak Emely sudah paham mengenai ikatan mate yang menjadi takdir keduanya, tapi bukankah saat ini Emely masih remaja? Ia belum mau memikirkan masalah percintaan, yang diinginkannya saat ini hanya lah bermain dan menghabiskan masa remajanya dengan teman sebaya. Saat itu pula Evner datang, matanya menajam melihat Emely bergelayut mencari perlindungan pada Jamien. Jika sudah begini, maka Evner tidak dapat melakukan apa pun. Lihat saja raut wajah Jamien sudah keruh, entah provokasi macam apa yang diucapkan oleh Emely. Jamien bangkit berdiri, Emely mencoba menahan lengan ayahnya. Tangan Jamien mengusap lembut kepala sang anak, mencoba menenangkan putrinya itu. “Ayah akan melindungimu, jangan takut.” Emely akhirnya luluh, ia melepaskan tautan lengannya pada Jamien. Hanya ayahnya lah yang dapat menolong Emely dari Evner, jadi Emely akan berdekatan dengan Jamien seharian penuh untuk menjauhkan Evner dari dirinya. Jamien berdiri dari singgasananya, ia melangkah maju ke depan dengan tatapan datar. Evner berdiri tak jauh dari singgasana Jamien, ia mendesah pelan, kali ini ia tidak bisa selamat dari ayah mertuanya itu. “Kau mempermalukan putriku, Evner?” Suara tegas Jamien mampu membuat Emely meneguk ludahnya susah payah. Jamien memang sangat menyayangi dirinya, tapi terkadang Emely juga takut terhadap ayahnya sendiri. Namun, dalam hati Emely kegirangan karena ayahnya pasti akan memberi pelajaran berharga pada Evner, sehingga demon satu itu tidak berani macam-macam lagi. “Aku hanya ingin melindungi milikku, aku tidak suka jika Emely berdekatan dengan pria lain.” Evner menjawabnya dengan tegas tanpa hambatan. Evner tidak bohong, hatinya terasa sangat panas kala melihat Emely tertawa bahkan saling merangkul dengan pria lain. Teman-teman Emely di pesta cukup banyak, di antara mereka berjenis kelamin laki-laki. Kepala Jamien menoleh pada Emely. “Apa benar seperti itu, Eme?” “Ya, Ayah. Tapi kita hanya teman, tidak ada hubungan spesial apapun.” Jawab Emely dengan sejujur-jujurnya, karena ia tak pernah berani berbohong pada Jamien. Evner menatap Emely dengan mendelik, bisa-bisanya gadis itu mencari pembenaran atas kesalahannya. Andai saja di sini tidak ada Jamien, Evner benar-benar akan menghukum gadis kecilnya. Jamien mengambil napas dalam-dalam lalu menghembuskannya, tidak sekali dua kali Emely mengadu padanya mengenai perlakuan Evner. Jamien sangat menyayangi putrinya, Emely adalah buah cinta Jamien bersama Erlin. Tatapan Jamien kembali mengarah pada Evner, sebenarnya Jamien tidak membenarkan sikap putrinya, bagaimana pun juga Evner adalah mate dari Emely, pasti Evner merasa cemburu jika matenya berdekatan dengan pria lain. Jamien pernah berada di posisi itu, ia terbakar cemburu ketika melihat Erlin berdekatan dengan pria lain. Tapi saat menatap mata sendu putrinya, pertahanan Jamien runtuh. Ia tidak suka melihat Emely bersedih, memang benar bahwa Emely cukup tertekan dengan sikap protektif Evner. “Kau pernah berada di posisiku saat ini, Jamien. Kau pernah cemburu saat melihat Luna Erlin berdekatan dengan pria lain, lalu sekarang keputusan apa yang akan kau ambil?” Evner berujar dengan nada rendah miliknya, menunggu Jamien bersuara. “Aku mengerti perasaanmu, tapi di masa-masa ini Emely masih remaja. Seharusnya kau jangan mengekang atau melarangnya melakukan hal yang ia sukai. Kesepakatan kita masih berlaku, sebelum Emely genap berusia delapan belas tahun maka semua hal yang berkaitan dengannya tetap ada dalam aturanku, aku yang mengambil keputusan atas putriku.” Perkataan Jamien mampu membungkam Evner, diam-diam tangannya terkepal dengan erat. Sudah bertahun-tahun ini ia memendam semuanya, kenapa harus menunggu Emely genap berusia delapan belas tahun? Bahkan saat ini, Evner sangat berhak mengklaim Emely. Emely tersenyum penuh kemenangan, ia menatap Evner dengan tatapan mengejek. Setidaknya ia masih memiliki waktu untuk bersenang-senang dengan temannya tanpa campur tangan Evner. Ingatkan dia untuk berterimakasih pada sang ayah. Obrolan mereka didengar oleh sosok wanita cantik bergaun biru laut, ia berdiri di ambang pintu. Tadinya ia ingin menemui sang suami untuk mengajaknya minum teh bersama, tapi mendengar ada perdebatan antara mereka membuat dirinya urung menemui Jamien. Erlin Tipnare, ia adalah ibu dari Emely, mate dari Jamien. Wanita itu masih sama seperti dulu, cantik dan ramah. Erlin adalah seorang wanita berdarah campuran antara werewolf dan manusia. “Emely adalah hakku, apa kau lupa fakta itu, Jamien?” Setelah terdiam cukup lama, kini Evner kembali bersuara. “Aku tidak lupa, aku sangat ingat. Biarkan Emely menghabiskan masa-masa remajanya, aku tidak ingin menekan putriku.” sahut Jamien. Emely menatap bergantian antara Evner dan sang ayah, ia menggigit bibirnya dalam-dalam. Jangan sampai ada pertarungan di antara mereka, Emely tidak ingin melihat Ayahnya terluka. Kepala Evner mendidih, kini pria itu menatap Emely dengan melotot, hingga mampu membuat sang empunya berjengkit kaget. Evner sangat geram terhadap gadis nakal itu, awas saja jika mereka hanya berdua saja nanti, ia akan memberikan pelajaran berharga pada Emely. Emely merasa ngeri dengan tatapan itu, Evner juga menyeramkan jika marah. “Jangan memberikan ancaman pada putriku, aku yang akan berdiri untuk melindunginya darimu.” Jamien menutup akses penglihatan Evner pada Emily, ia tidak suka jika ada orang lain yang memarahi anaknya, sekalipun Evner sendiri. Merasa bahwa atmosfer ruangan semakin memanas saja, hal ini membuat Erlin keluar dari persembunyiannya. Semua mata tertuju pada sosok wanita anggun itu. “Emely, kau berulah lagi?” tanya Erlin pada putrinya, wanita itu menghampiri Emely yang mengalihkan pandangan. Erlin lebih bijaksana daripada Jamien dalam mendidik anak-anak mereka. Jika Jamien selalu membela Emely meski putrinya berbuat salah, berbeda dengan Erlin yang akan menegur Emely ketika anaknya melakukan kesalahan. Emely tidak berani menatap mata ibunya, ia menunduk sembari memilin-milin ujung bajunya. Ia tahu, Erlin akan memarahi dirinya jika berbuat salah, didikan Erlin cukup tegas. Jamien menghampiri Erlin, mencegah agar istrinya tidak memarahi Emely. “Sayang, Emely anak baik, ia tidak melakukan kesalahan.” Jamien berusaha memberi pengertian. Jamien terlalu menyayangi Emely sehingga apapun yang dilakukan putrinya, ia akan selalu membelanya. Evner menatap keluarga itu dalam diam, ia berharap agar Erlin mampu membuka mata hati suami dan anaknya itu. Erlin menatap Jamien, ia menggeleng kecil. “Apapun yang dilakukan Emely, kau pasti membelanya.” “Ya, karena Emely adalah putriku yang sangat ku sayangi.” “Eme, ibu ingin bertanya padamu, bisakah kau menjawabnya dengan jujur?” Emely tersentak, pelan-pelan ia mengadahkan kepala untuk menatap ibunya. Erlin berdiri tepat dihadapannya, menatap Emely dengan penuh keseriusan. “Iya, Bu.” Nyali Emely semakin menciut melihat ibunya yang seakan-akan ingin mengintrogasi dirinya. “Apa yang kau lakukan bersama teman-temanmu itu?” “Kami hanya mengadakan pesta kecil-kecilan, seperti pesta remaja pada umumnya.” Erlin mengangguk. “Kau dekat dengan teman priamu?” Emely menggeleng kuat-kuat. “Kita hanya dekat sebagai teman, tidak ada hubungan apapun. Serius, Evner saja yang berlebihan sehingga mengira yang tidak-tidak.” Evner melotot karena namanya dibawa-bawa, gadisnya memang pintar membolak-balikkan kalimat. Erlin sudah cukup dengan jawaban putrinya, kini ia berganti pada Evner. “Aku juga ingin bertanya padamu, bisakah kau menjawabnya dengan jujur?” “Katakan saja.” “Kau mendatangi pesta putriku dan memaksanya untuk pulang?” “Ya, aku melakukannya.” Jawab Evner dengan jujur. Erlin menghela napas kasar, sikap Evner juga tak bisa dibenarkan. “Evner, dengan memaksa Emely pulang dihadapan teman-temannya, itu berarti kau mempermalukan dirinya. Kita berbicara masalah mental remaja, pantas jika Emely sangat kesal padamu karena kau telah mempermalukannya di depan teman-temannya, seharusnya kau tidak perlu sampai memaksanya.” Evner terdiam mendengar perkataan Erlin. Oke, kali ini ia mengakui kesalahannya. Siapapun itu, pasti akan malu jika diseret pulang dengan paksa. “Untukmu Eme, jaga batasanmu dengan teman-teman priamu itu. Takdirmu sudah digariskan, Evner adalah matemu, hargai perasaannya dengan tidak berdekatan bersama pria lain.” Tak lupa Erlin juga menegur putrinya sendiri. Dua-duanya salah, Emely dan Evner salah. Erlin bersikap adil dengan menegur mereka berdua. “Baik, Bu.” Jawab Emely. Jamien memeluk lengan Erlin, masalah apapun bisa diatasi oleh istri cantiknya itu. “Eme, masuklah ke dalam kamarmu, bersihkan dirimu.” Ujar Erlin lagi, suaranya penuh dengan kelembutan. “Baik, Emely undur diri.” Gadis itu bangkit dari singgasana milik ayahnya, berjalan menuruni beberapa anak tangga. Evner terus memperhatikan matenya sampai punggung gadis itu hilang ditelan belokan. Ia menghela napas kasar, setidaknya Evner bisa tenang karena Emely sudah berada di mansion. “Evner kau boleh pulang, kami yang akan menjaga Emely.” Evner menatap calon ibu mertuanya, ia mengangguk sambil tersenyum manis. “Terima kasih karena kau sudah menjadi penengah di antara kami, Luna Erlin.” Evner patut bersyukur mendapat ibu mertua sebijak Erlin, Erlin mampu menjadi mediator pada mereka berdua. "Sama-sama, kau perlu banyak bersabar menghadapi putriku." "Aku mengerti, sekali lagi terima kasih, aku pamit." Evner mengangguk kecil, memberi salam perpisahan. "Kau hebat, Sayang." puji Jamien. Erlin membalikkan badan membelakangi suaminya. "Jamie, kau harus berlaku bijaksana, meskipun putri kita salah, kau wajib menegurnya." Jamien memeluk tubuh Erlin dari belakang, rasanya ia tidak pernah bosan bermanja-manja dengan Erlin. "Ya, aku janji akan menegur putri kita, jangan cemberut seperti itu." Jamien menoel-noel pipi Erlin. Pada akhirnya Erlin pun mengulas senyum, ia tak bisa berlama-lama kesal terhadap Jamien. Mereka berdua adalah Alpha dan Luna dari Klan Black Rogue, sedangkan Emely adalah anak pertamanya.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
205.9K
bc

Tentang Cinta Kita

read
190.4K
bc

Siap, Mas Bos!

read
13.4K
bc

My Secret Little Wife

read
98.2K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.6K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
15.4K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook