Mencoba positif thinking

1773 Words
Kesialan sepertinya tidak pernah pergi dari diri Anisa, perempuan itu baru berlari beberapa meter dari rumahnya tapi sudah bertemu dengan Jordan yang sedang mengayuh sepedanya bersama teman-temannya. Anisa mendesah kesal, kalau begini caranya mana bisa dia move on cepat. Anisa ingin berbalik, tapi suara seorang lelaki membuatnya menghentikan langkah kakinya. "Dek, tali sepatunya lepas tuh. Entar jatuh." Teriak lelaki yang berdiri di samping Jordan. Anisa menoleh kebelakang, sialnya matanya harus bertatapan langsung dengan iris mata tajam lelaki bernama Jordan. Anisa terpesona, tapi dia sadar dia siapa. Anisa tersenyum singkat kepada teman Jordan, kemudian dia berjongkok dan mengikat tali sepatunya. "Terimakasih." Ucap Anisa yang kembali berlari dengan rasa kesal di hatinya. Tahu begini mending dia di rumah saja. Ketemu Jordan bukan termasuk dari rencananya. Karena rencananya dia mau menyegarkan otaknya. Bukan menambah rasa kesal di hatinya. "Senyumannya woy, bikin aku oleng." Ucap teman Jordan yang tidak di gubris oleh Jordan tetapi langsung di setujui oleh semua teman-teman Jordan. Kenyatannya senyuman Anisa memang manis. "Lemah, di senyumin gitu doang langsung oleng." Sinis Jordan yang langsung mendapat tatapan sinis serta dengusan dari teman-temannya. *** "Sa, Amira kenapa? Dari tadi senyam-senyum terus. Pakai acara nyanyi-nyanyi segala." Tanya Rahma kepada Anisa yang tengah duduk selonjoran di teras rumah. Anisa mengedikkan bahunya pertanda kalau dia tidak tahu. Rahma yang melihat wajah kusut anaknya menggelengkan kepalanya pelan. "Lama-lama kamu mama jodohin dari pada ngombak-ngambek terus." Ucap Rahma yang langsung di beri tatapan horor oleh Anisa. Di jodohin? Kalau sama Jordan sih mau. Tapi kalau sama yang lain... "Mama ih, kayak anaknya gak laku aja pakai acara di jodoh jodohin." Anisa memanyunkan bibirnya. Tapi kenyataannya memang begitu. Tidak pernah sekalipun dia memperkenalkan lelaki kepada kedua orang tuanya. Bahkan disaat kakaknya membawa ratusan lelaki ke rumah, dia masih stay dengan kesendiriannya. Mungkin teman-teman dan kakaknya sudah berganti pasangan ratusan hingga ribuan kali, tapi dirinya.... "Lagian kamu udah gede gak pernah bawa lelaki ke rumah. Mama juga penasaran dengan lelaki yang bakal bersanding sama anak mama ini. Tuh kakak kamu tiap hari ganti pasangan mulu, sampai pusing kepala mama." Ucap Rahma yang di beri kekehan kecil oleh Anisa. Kakaknya itu benar-benar pencinta lelaki tingkat akut. Tiap hari laki-laki yang di bawa kakaknya ke rumah selalu beda. "Nanti aku minta ajar ke kakak tips buat deketin laki-laki." Ucap Anisa sambil berdiri. Di dalam hatinya dia berbicara, Maksudnya tips untuk mendapatkan Jordan. "Sa, Jangan macam-macam kamu ya. Maksud mama gak gitu." Teriak Rahma dari luar. Dia tidak mau anak keduanya ikut anak pertamanya yang tidak cukup dengan satu lelaki. Sedangkan Anisa yang mendengar teriakan mamanya hanya tertawa saja. Anisa menggelengkan kepalanya pelan ketika melihat kakaknya duduk di ruang tengah sambil makan cemilan dan menonton televisi. Kakaknya itu hobi makan tapi badan tidak melar. Hebat bukan? "Sa, kenapa sih cheff Arnold itu setiap hari semakin tampan?" Tanya Amira yang di jawab Anisa dengan kedikan bahu saja. "Makin cinta aku tuh sama dia kalau kayak gini. Kira-kira dia nyari istri kedua gak ya, Sa?" Amira kembali bertanya kepada Anisa yang membuat Anisa menggelengkan kepalanya pelan. Dasar emang kakaknya itu, dia benar-benar tidak cukup dengan satu lelaki saja. "Aku rasa tidak. Jadi hentikan hayalanmu untuk menjadi istri keduanya kak." Jawab Anisa sambil menaiki anak tangga rumahnya menuju kamarnya. Amira masih duduk di ruang tengah dengan mata tidak lepas dari layar televisi di depannya. Rasa kagum kakaknya kepada cheff Arnold membuat kakaknya sering kali bermimpi ingin menjadi istri kedua cheff Arnold. Tapi ketika Anisa bertanya kenapa kakaknya kenapa kakaknya tidak berhayal saja menjadi istrinya cheff Juna yang masih sendiri? Kakaknya selalu menjawab kalau dia butuh lelaki humoris seperti cheff Arnold, bukan lelaki tegas seperti cheff Juna. *** Mencintai dalam diam itu menyakitkan, terlebih jika saingan kita adalah saudara kita sendiri. Anisa mungkin akan terus maju jika yang menjadi saingannya itu adalah perempuan lain, tapi sayangnya yang menjadi saingannya adalah perempuan yang masih mempunyai ikatan darah dengannya. Sambil menyisir rambut kakaknya, Anisa tersenyum miris di dalam hati. Hatinya terluka karena dirinya harus mendadani seorang perempuan yang akan bertemu dengan lelaki yang selama ini dia dambakan untuk menjadi pasangannya tapi malah menjadi calon iparnya. "Bagaimana Sa penampilan kakak?" Tanya Amira sambil berputar di depan Anisa. Oh, ayolah..., Sekarang ini Anisa sudah mati-matian menahan diri untuk tidak menangis tetapi kakaknya malah menunjukkan betapa cantiknya dia di depannya. "Sangat cantik." Jawab Anisa sambil memaksakan senyumannya. Baru juga mereka berdua diam, tiba-tiba keduanya mendengar deru mesin mobil masuk kedalam perkarangan rumah mereka. Dengan cepat Amira berlari keluar balkon kamar Anisa. Dan benar, itu Jordan. Anisa yang berdiri di belakang tubuh Amira hanya mampu tersenyum tipis. Sosok lelaki tegap itu, tatapannya, bahkan langkah kaki tegasnya tidak pernah bisa dia lupakan. "Dia datang Sa, dia datang menjemputku." Ucap Amira senang. Anisa hanya mampu tersenyum miris ketika dia melihat bahagianya kakaknya ketika melihat Jordan menjemputnya. Sedangkan dirinya harus menyaksikan itu dengan bibir tersenyum miris. Sakit rasanya ketika kita melihat lelaki yang kita cintai justru mencintai perempuan lain. "Aku ke bawah dulu." Ucap Amira sambil berlari keluar dari kamar Anisa. Anisa tidak perduli dengan ucapan kakaknya. Dia tidak perduli dengan apa yang kakaknya itu lakukan. Rasanya dia ingin pergi saja dari rumah ini. Hatinya terlampau sakit tapi tidak ada satupun yang mengerti dirinya. "Takdir seperti apa yang akan datang padaku? Kenapa rasa ini sulit hilang? Padahal aku tahu dia tidak akan pernah menjadi milikki, tidak akan pernah, dan tidak akan pernah bisa. Dia milik kakakku, sampai kapanpun akan tetap begitu. Dia tidak akan pernah menjadi milikku walau hanya sementara." Ucap Anisa dengan sesak di dadanya. Anisa tidak menangis, dia tahu tangisannya tidak akan membuat lelaki yang dia cintai datang kepadanya dan menggegam tangannya.  Sedari dulu Anisa tidak pernah berpikir atau membayangkan akan saling berebut laki-laki dengan kakaknya. Namun kali ini semesta seakan mempermainkannya, dia harus mengalah untuk kakaknya. Anisa tidak mengikuti kakaknya keluar kamar. Dia tidak mau menyaksikan keromantisan antara kakaknya dan Jordan. Lebih baik dia di kamar saja, menyelesaikan rancangan gaun yang dia gambar agar segera bisa di jahit oleh karyawannya. Saat Anisa hendak menggambar, Anisa mendengar teriakan kakaknya dari luar rumahnya. "Ma, Mas Jordan itu loh...." Teriak Amira ketika Jordan mengacak-acak rambut yang sudah di tata rapi oleh adiknya. Anisa yang melihat betapa bahagianya Jordan dan Amira seketika hanya terdiam. "Serasi." Hanya kata itu yang Anisa ucapkan ketika dia berdiri di balkon dan melihat Jordan membukakan pintu mobil untuk Amira. "Apa aku sanggup melupakannya? Aku rasa itu memerlukan waktu lama, atau bahkan tidak bisa sama sekali." Ucap Anisa sambil menatap perginya mobil Pajero putih milik Jordan. *** Jordan menggegam tangan Amira di sepanjang perjalanan memasuki pusat perbelanjaan terbesar di Jakarta, yaitu mall. Mereka berdua terlihat serasi dengan wajah cantik dan tampan mereka. Senyum Amira tidak pernah luntur, bahkan Amira terus terang menatap wajah Jordan dari samping tanpa malu. Sepanjang perjalanan mereka tentu saja menjadi pusat perhatian. Memangnya siapa yang tidak akan melihat kedua manusia yang mampu membuat mata mereka fress?  Amira yang cantik tentu akan mengundang tatapan mata laki-laki nakal diluar sana, tidak peduli walau di samping Amira sudah ada lelaki yang menggegam tangannya. Sedangkan wajah Jordan yang tampan tentu saja membuat deretan perempuan diluar sana menatap kagum kearahnya, tidak perduli walau ada perempuan yang berjalan di sampingnya. "Aku baru tahu kalau kamu mempunyai adik perempuan." Ucap Jordan sambil tersenyum kepada Amira. Perempuan yang jauh dari kata anggun tapi mampu membuatnya tidak bisa berpaling dari perempuan itu. "Lagian kamu gak nanya." Jawab Amira sambil mengamati sekitarnya. Restoran Jepang. Amira sering datang ke restoran Jepang hanya karena ingin memakan sushi. Tapi sayangnya bukan dia yang memakan sushi itu, tapi malah Anisa. Anisa selalu menghabiskan sushi karena ikannya yang fress. Setelah memesan sushi dan juga jus lemon, keduanya mengobrol mengenai pertunangan mereka yang akan di gelar besok malam dengan acara kekeluargaan saja tanpa ada pesta yang meriah. Karena mereka akan menggelar pesta setelah akad, yaitu resepsi pernikahan. "Aku gak nyangka kalau besok kita udah tunangan. Bahkan mama tuh udah heboh, sampai dia udah nyiapin gaun dan sebagainya yang akan aku kenakan besok." Ucap Amira sambil tertawa renyah. Jordan tersenyum tipis, dia juga tidak menyangka akan seserius ini dengan perempuan di depannya. Karena dulu-dulu pun dia tidak pernah serius sama sekali menjalin hubungan dengan siapapun. Menjalin hubungan serius dengan perempuan di depannya jauh dari prediksinya. Perempuan cerewet dengan suara berisiknya itu tidak termasuk dalam kriterianya. Karena yang menjadi calon perempuan kriterianya adalah perempuan anggun yang siap menjaga pandangan untuk calon lelakinya dan....., Jordan menggelengkan kepalanya pelan. Kenapa kriterianya mirip sekali dengan adik dari calon tunangannya? Adik tingkat yang selalu menunduk jika berpapasan dengannya ketika di kampus dulu. "Mamaku juga udah heboh soal persiapan pertunangan kita." Jawab Jordan sambil tersenyum kepada pelayan yang mengantar pesanannya dan Amira.  "Oh cocok dong kalau gitu, kedua orang tua kita sama-sama gak sabar buat ngelihat kita bersama." Balas Amira yang entah kenapa terlalu asing dan biasa saja di dengan oleh Jordan. Jordan tidak merasa kalau pertunangannya itu istimewa. Entah mengapa ada yang mengganjal di hatinya. Tapi soal perasaannya, jangan di tanya, dia sudah mantap bersanding dengan perempuan cerewet di depannya berati dia mencintainya. Meski ada keraguan di hatinya. "Adikmu sudah memiliki tunangan? Maksudku, dia dulu adik tingkatku. Selama kuliah aku sering melihatnya, tapi aku tidak pernah sekalipun melihat dia bersama lelaki. Apa dia sekarang sudah memiliki pasangan?" Entah mengapa Jordan malah bertanya perihal Anisa kepada Amira. Padahal dia sendiri tidak terlalu kenal dengan calon adik iparnya. Dia juga tidak pernah perduli dengan orang sekitarnya. Tapi perasaannya entah kenapa terusik ketika melihat calon adik iparnya. Amira yang hendak meminum minumannya langsung menatap wajah calon suaminya. Jordan itu tipe lelaki yang cuek, tapi entah kenapa lelaki itu malah bertanya perihal adiknya. Dengan mencoba berpikiran positif thinking Amira menjawab. "Dia masih sendiri. Kayaknya bagi Anisa laki-laki itu nyamuk yang sangat mengganggu. Nyatanya dia tidak pernah terlihat dekat atau mengenalkan satu lelaki pun kepadaku atau mama dan papa." Jawab Amira sambil tersenyum tipis. Betapa beruntungnya calon suami adiknya nanti ketika dia bisa bersanding dengan adiknya. Perempuan yang selalu menjaga diri dan perasaannya hanya untuk calon suaminya nanti. Karena Amira tahu, Adiknya pasti sudah memiliki lelaki incaran tapi masih adiknya sembunyikan. Memangnya mana ada perempuan cantik seperti Adiknya yang terus terusan sendiri tanpa memiliki incaran, mustahil. "Aku sering melihatmu tersenyum, tapi aku sering melihat adikmu memasang wajah datarnya. Kalian sungguh berbeda." Ucap Jordan terus terang kepada Amira.  "Andai dia sama sepertimu, sering mengumbar senyumannya, aku yakin, akan ada ribuan lelaki mengantri padanya, bahkan termasuk aku dulu. Sebelum aku mengenalmu." Batin Jordan sebelum dia menggegam erat tangan sang kekasih. Amira hanya tersenyum kaku, memangnya dia harus menjawab apa lagi? Adiknya memang tidak seceria dirinya. Tapi menurut Amira adiknya tidak sekaku itu. Anisa selalu memasang wajah kaku? Oh ya? Bahkan Anisa terkenal ramah di komplek rumahnya. Lalu siapa yang benar disini?
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD