Berita kecelakaan

1219 Words
'Telah terjadi sebuah kecelakaan beruntun yang cukup hebat pagi ini di jalan raya Pantura pada tanggal 28 Juli 2021. Satu mobil mewah yang di kendarai oleh suami istri yang bernama Jordan Mahendra dan juga Amira Maharani Alfat menabrak mobil di depannya karena di duga mobil mereka mengalami Rem blong. Lelaki yang bernama Jordan mengendarai mobil dengan kecepatan tinggi yakni 120 KM/jam. Mobil Pajero berwarna hitam telah menabrak pembatas jalan karena mengalami rem blong pada mobilnya. Mobil Pajero dengan warna hitam mengalami rusak parah. Hingga membuat perempuan yang bernama Amira Maharani Alfat terjepit oleh samping mobil yang ringset dan membuat polisi sulit untuk mengevakuasi tubuhnya. Pada saat kejadian kecelakaan yang terjadi di jalan raya Pantura mengakibatkan 4 pengendara lain meninggal dan dua luka-luka. Untuk kedua orang yang ada di dalam mobil Pajero tersebut mengalami luka berat yang cukup parah dan saat ini mereka tengah di rawat di Rumah sakit terdekat.' Aldo sungguh sangat terkejut ketika dia sedang menonton televisi sambil menunggu adik sepupunya bersiap tiba-tiba dia melihat berita mengejutkan dari televisi jika Amira dan Jordan mengalami kecelakaan. Setahunya hari ini pengantin baru itu berencana pergi ke Paris untuk berbulan madu. "Bang ayo, katanya mau lihat pameran lukis di alun-alun, keburu ramai entar." Teriak Anisa yang sudah rapi dengan kamera menggantung di lehernya. Pokoknya sore ini dia harus mengabadikan lukisan-lukisan dari beberapa pelukis terkenal. Kedua sahabat serta kakaknya pasti sangat iri ketika nanti dia memberi tahu mereka bahwa sore ini dia bertemu dengan para pelukis terkenal. "Kita gak jadi pergi ke alun-alun untuk melihat festival melukis." Aldo segera masuk kedalam kamarnya guna untuk memastikan apa yang dia dengar dan lihat di televisi itu benar atau salah. Dia mencoba untuk menepis pikiran buruk tentang apa yang terjadi dengan Amira dan Jordan. Aldo segera menelpon Om Bima, Papa Anisa dan Amira, tapi tidak Omnya angkat. Lalu dia mencoba untuk menelpon tantenya, tetapi sama, tidak tantenya angkat juga. Hingga Aldo memilih menelpon mamanya. Deringan pertama nomer teleponnya langsung tersambung dengan nomer telepon mamanya. "Hiks, hiks, kenapa Al?" Tanya Sinta yang kini sedang menunggu kabar di rumah mengenai kondisi menantu dan keponakannya. "Maaf Ma, apakah yang aku lihat di televisi itu benar? Apa Amira dan Jordan mengalami kecelakaan saat menuju Bandara?" Aldo bertanya kepada mamanya dengan harapan mamanya mengatakan apa yang dia lihat dan dengar itu salah. "Iya, benar Al. Sekarang Tante dan Om kamu masih berada di rumah sakit. Mama cemas di rumah karena mereka tidak kunjung memberi kabar kepada mama tentang keadaan Jordan dan Amira. Mama takut Amira dan Jordan kenapa-napa. Tante dan Om kamu minta kepada Mama buat mama tidak memberi tahu Anisa dulu tentang kabar ini, mereka takut Anisa terpukul tentang kabar kecelakaan Amira. Kalau bisa kamu bawa Anisa pulang tanpa memberi tahu apa yang terjadi sekarang ini kepada dia. Katakan saja kalau kamu itu kangen dengan Mama dan ingin datang kesini." Terang Sinta yang sontak langsung membuat Aldo terdiam. Dia tidak menyangka bahwa apa yang dia lihat di televisi itu benar. "Baik Ma, setelah aku mengirimkan ijin cuti ke rumah sakit tempatku bekerja, aku akan segera mengajak Anisa pulang ke Jakarta. Kalau begitu aku tutup teleponnya. Kabari aku jika ada apa-apa." Aldo memijat pelipisnya dengan wajah kusut. Dia harus ngomong apa dengan Anisa jika apa yang dia pikirkan terjadi. Melihat tubuh Amira yang terjepit di dalam mobil membuat dia negatif thinking. Dia takut kalau sampai Amira kenapa-napa. Aldo segera mengirim email ke rumah sakit tempatnya bekerja dan meminta cuti satu Minggu. Kemudian dia menghampiri Anisa yang sedang duduk di ruang tengah. Anisa terus mendumel karena dia sudah dandan hampir 1 jam hanya untuk melihat pameran lukis. Tapi dia malah tidak jadi pergi kesana. "Kita balik ke Jakarta sekarang." Ajak Aldo sambil duduk di samping Anisa yang kini tengah menatapnya kaget. "Kenapa? Apa yang terjadi? Kenapa tiba-tiba Bang Al mendadak ngajak aku balik ke Jakarta?" Tanya Anisa dengan lesu. Baru semalam dia sampai ke Bandung, masa iya sore ini dia harus balik ke Jakarta. Sebenarnya dia masih ingin lama-lama di Bandung. Kerena suasana kota kembang ini membuatnya nyaman. Terlebih jika dia berada di Bandung dia tidak akan pernah mendengar nyinyiran dari tantenya tentang dia yang tidak kunjung menikah. "Abang tiba-tiba kangen sama Mama. Kamu tahu kan kalau Abang udah gak ketemu Mama lama semenjak Mama liburan sama teman-teman sosialitanya di Bali? Abang kangen sama dia." Aldo terpaksa berbohong kepada Anisa. Jika dia mengatakan tentang apa yang terjadi sebenarnya kepada adik sepupunya, adik sepupunya pasti akan menangis dan pingsan. Karena dia tahu bahwa Amira dan Anisa itu sudah seperti anak kembar yang selalu bersama. Jika salah satu dari mereka pergi, tentu saja hal itu akan membuat duka tersendiri bagi mereka. "Gimana kalau kita balik ke Jakarta besok pagi saja? Sore ini kita lihat dulu pameran lukis. Ya Bang, ya, ya, ya Bang Al, ayolah..." Anisa menggoyangkan lengan Aldo yang sekarang tengah berdiri mematung di depannya. "Abang takut kamu menyesal dan tidak bisa melihat dia kembali." Lirih Aldo yang Anisa sendiri tidak denger. Aldo memeluk adik sepupunya, kemudian dia menangkup wajah Anisa. "Kali ini kamu harus nurut sama Abang. Sekarang kemasin barang-barang kamu, kita balik ke Jakarta sore ini juga. Abang juga akan kemasin barang-barang Abang karena Abang mau menginap disana selama satu Minggu." Ucap Aldo yang semakin membuat Anisa kecewa. "Tau gini mending semalam aku gak usah kesini. Baru juga sampai ke Bandung, udah diajak pulang ke Jakarta lagi." Anisa menghentak-hentakkan kakinya sambil menaiki satu persatu anak tangga rumah Aldo yang masih tahap renovasi. Aldo yang melihat Anisa menghentak-hentakkan kakinya sambil mendumel ketika dia mengajak Anisa balik ke Jakarta merasa bersalah. Anisa pasti sudah mempunyai berbagai agenda di Bandung. Tapi dia juga tidak mau semakin menyesal jika membiarkan Anisa tetap berada disini padahal Amira sedang mengalami musibah di Jakarta. "Maafkan Abang Sa, Abang takut kamu tidak lagi bisa melihat Amira jika kamu terus berada di Bandung. Abang gak mau kamu kehilangan kesempatan untuk melihat kakak kamu. Karena seperti yang Abang lihat di televisi, keadaan Amira sudah sangat mengenaskan." Ucap Aldo sambil mengusap wajahnya dengan kasar. Aldo kembali menaiki anak tangga rumahnya untuk mengemasi bajunya. Tapi saat melewati kamar Anisa, dia melihat dan mendengar adik sepupunya itu mendumel. "Kenapa sih semua orang itu selalu seenaknya sendiri dan selalu memikirkan kesenangan pribadinya? Baru juga aku sampai disini tadi malam, kenapa sore ini Bang Al udah ngajak aku balik lagi ke Jakarta?" Anisa kembali memasukkan barang-barang yang dia bawa semalam ke dalam kopernya. "Tahu gini aku gak usah bongkar koperku dan gak usah sekalian datang kesini. Buang-buang waktu." Anisa tidak henti-hentinya mendumel. Bahkan perempuan berparas cantik itu sampai meremas bajunya karena kesal. "Arggg..., Rasanya aku mau nangis gara-gara semua orang gak ada yang ngertiin aku. Aku pengen disini, aku pengen nenangin diri, tapi semua orang gak ngerti." Anisa menutup kopernya dan mengusap air matanya. Perempuan cantik itu benar-benar menangis karena dia tidak bisa menikmati liburannya di Bandung dan harus balik ke Jakarta sore ini juga. "Good bay Bandung. Sayang banget aku harus pergi sebelum mencicipi semua kuliner disini." Ucap Anisa yang memang sudah memiliki agenda untuk mengelilingi kota kembang ini bersama dengan Abang sepupunya sambil menikmati kuliner yang ada di kota ini. Tapi sayang sekali itu hanya rencananya saja. Kenyataanya dia harus meninggalkan kota indah ini sore ini juga. "Nanti kamu akan tahu bahwa bertahan di Bandung tidaklah penting. Karena yang berada di Jakarta jauh lebih penting." Lirih Aldo sambil kembali ke kamarnya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD