“Apalagi yang kau gelisah kan bang? Undangan sudah di depan mata. Tinggal hitungan minggu saja, Mira sudah resmi menjadi milik abang!” Anggun. Wanita itu tak berhenti mengoceh sejak jus tomatnya penuh hingga kosong melompong seperti sekarang. Tapi wajah di depannya tak berubah sedikit pun. Tetap gelisah tanpa sebab. Entah kenapa, perasaannya semakin tak menentu semakin mendekati hari-H pernikahan. Pernikahan yang ia nanti-nanti sejak lima tahun yang lalu. Kebahagiaan yang sudah terbayang dibenaknya sejak lamarannya diterima tiga bulan yang lalu. Tapi kini kenapa seakan berbeda dari harapan? “Apa sindrom pranikah itu begini, g*n?” Nyaris gadis itu tersedak saat meneguk air putih di gelasnya. Ia terkekeh-kekeh lalu mengambil tissu dan dengan cepat mengelap mulutnya. “Mana ku tahu, bang.

