One

1573 Words
Happy Reading. Musik mengalun begitu keras, bau alkohol yang menyeruak, dan lautan manusia yang tengah memuaskan hasrat menari mereka. Para pemabuk, para jalang yang tengah berkeliaran mencari mangsa, dan beberapa pasangan yang sedang b******u, adalah pandangan biasa yang terjadi pada sebuah Club ternama di Seoul. "Ini akan sulit Jim" Jimin mengangkat satu alisnya. Pandangan matanya manatap Namjoon dengan tajam. Namjoon yang menyadari itu langsung gugup. "Bukanya begitu. Jaman sekarang mencari gadis yang masih suci sangat sulit. Dan mereka jarang mau menjerumuskan diri mereka pada dunia seperti ini" jelas Namjoon gugup. "Apakah Club-mu mulai kalah dengan Club Hanbin?" Mendengar nama Hanbin disebut wajah Namjoon langsung berubah. "Aku akan dapatkan malam ini untukmu" Jimin tersenyum tipis. Tinggal menyebut nama Hanbin, Namjoon pasti akan langsung menuruti ucapanya. "Kau yakin mau cari yang suci?" Jimin memutar bola matanya jengah. "Lebih baik kau pulang. Bocah sepertimu tak cocok disini" Taehyung mendengus saat mendengar ucapan sinis Jimin. "Cih! Dasar Player Sialan" maki Taehyung sambil berlalu. "Alien k*****t" balas Jimin kesal. * Suara tamparan dan teriakan terdengar begitu menulikan telinga. Isak tangis seolah menjadi musik yang terus mengalun. "Wanita sial. Mati saja kau" Aliya menatap dingin pada pria yang tengah menyiksa seorang wanita. Matanya menatap benci pada pria itu. Tanganya terkepal erat sampai urat nadinya terlihat. Tangan mungilnya meraih vas bunga yang ada didekatnya. Dengan pelan ia menghampiri pria itu. "Kau juga mau ku siksa?" Aliya terpental saat pria itu mendorongnya. "Iblis sepertimu pantas mati" makinya penuh kebencian. "Wanita kurang ajar. Kubunuh kau...." "Prangkkk" Aliya menghantam kepala pria itu dengan vas yang ia bawa. Kepala pria itu mengeluarkan banyak darah dan tidak lama kemudian pria itu tumbang. "Kau pantas mati" ucapnya dingin sambil menatap pria itu. "Aliya apa yang kau lakukan?" Aliya melirik wanita yang memanggilnya dengan datar. "Kajja" Aliya membantu wanita itu untuk berdiri. "Bagaimana kalau..." "Aku tidak peduli. Lebih baik kita pergi, aku muak terus melihat b******n k*****t itu. Mau dia mati mau tidak itu urusanya. Aku tidak peduli. Kajja" ajak Aliya. "Bagaimana cara kita untuk hidup?" Tanyanya lirih. "Kau tenang saja. Aku akan menitipkan mu sebentar pada Hani" ucap Aliya sambil menuntun Gyuri. "Kau mau kemana?" Tanyanya lemah. "Mencari kerja" jawabnya singkat. * Namjoon membolak-balik daftar nama yang ada didepanya. "Apa hanya ini yang kalian bisa?" Tanyanya berang. "Maaf Sajang-nim, tapi tidak ada yang mau menyerahkan diri mereka" ucapnya takut. "b******k" Semuanya bergetar saat mendengar teriakan Namjoon. "Masuk" seru Namjoon saat mendengar suara ketukan. "Ada tamu untuk anda" "Siapa?" "Aliya Kim" Namjoon menyeringit saat mendengar ucapan anak buahnya. Ia tak kenal dengan Aliya Kim. "Suruh dia masuk" Anak buah Namjoon mengangguk paham. "Kalian keluar. Cari lagi para gadis yang mau menjual diri mereka" mereka semua langsung keluar. "Masuk" seru Namjoon saat mendengar ketukan pintu. "Aliya Kim imnida" Namjoon menatap aneh pada gadis itu. Mini dres warna Hitam, rambut pendek yang dibiarkan terurai, tinggi semampai dan dia sangat cantik. Itulah penilaian Namjoon pada gadis yang bernama Aliya. "Aku teman Jenni Eonni" Namjoon semakin bingung. Aliya berucap begitu datar dan dingin padanya. "Ada urusan apa anda mencariku. Dan kau kenal adikku dimana?" tanya Namjoon menyelidik. "Aku Hoobae-nya dikampus. Usiaku 20 tahun, aku ingin bekerja untukmu. Tak peduli pelayan atau jadi jalang sekalipun yang penting aku dapat uang. Dan aku masih perawan" Namjoon terkejut saat Aliya berucap dengan sekali tarikan nafas. "Kau perawan?" Aliya mengangguk. Detik berikutnya Namjoon tersenyum licik. Pucuk dicinta ulangpun tiba. Tidak perlu susah-susah mencari perawan. Kali ini perawanya sendiri yang datang padanya. "Kau yakin mau menjadi jalang?" Aliya mengangguk pasti. "Kau pasti akan hidup dengan bergelimang harta Nona tapi Masa depanmu bisa hancur" yakin Namjoon. "Aku sudah mengetahuinya Tuan Kim. Jauh sebelum masuk kedalam sini hidupku sudah lama hancur" Namjoon terkejut saat mendengar ucapan Aliya. Gadis ini terlihat putus asa. "Baiklah jika itu mau. Pelayanku akan mengantarmu kekamar. Dan malam ini kau akan mulai bekerja. Aku punya satu tamu yang harus kau layani" Aliya mengangguk singkat, dan membuat Namjoon tersenyum. "Joo, bawa Aliya kekamar Jimin. Tapi sebelum itu persiapakan dia dulu" ucap Namjoon pada pelayannya. "Tunggu dulu. Siapa itu Jimin?" Tanya Aliya pada Namjoon. "Temanku Nona" Aliya menatap Namjoon dalam. "Apa dia adalah Park Jimin pemilik Park Corp, tunangan dari Jung Mina" Kali ini Namjoon yang dibuat kaget oleh Aliya. "Kau mengenal Jimin?" Aliya tersenyum sinis. Sekali mendayung dua pulau terlampaui. "Apa ada masalah?" Aliya menggeleng singkat. "Baiklah. Joo antar dia" cetus Namjoon pada tangan kanannya. * Jimin memandang kota Seoul dari jendela kamar Club Namjoon. Matanya terpejam menikmati angin malam yang menerpa tubuh toplesnya Nafasnya memburu kala sebuah ingatan menghampiri otaknya. "Sialan" makinya sambil berlalu kearah sofa yang ada disana. "Kenapa k*****t itu lama sekali" umpat Jimin kesal. "Masuk" serunya saat mendengar suara ketukan pintu. "Park Jimin" Jimin berbalik saat mendengar suara lembut wanita yang memanggilnya. Alis Jimin terangkat saat melihat seorang wanita yang berjalan kearahnya. "Tuan Kim memintaku untuk menemanimu" Jimin tersenyum saat melihat wanita itu mengangkang dipangkuanya. Liar! "Kau agresif sekali" pandangan Aliya berubah dingin saat melihat Jimin. "Berapa yang kau inginkan?" Tanya Jimin sambil meremas p****t sintal Aliya. "Hanya sebuah apartement, dan uang untuk aku hidup" ucap Aliya dingin. "Hanya itu" ucap Jimin. "Dan berikan pekerjaan pada kakakku diluar Seoul. Aku tak mau ia melihatku bekerja sebagai jalang disini" ucap Aliya pada Jimin. "Itu mudah untukku Nona. Dan bisakah kita memulainya" Aliya mengangguk singkat. Detik berikutnya Jimin langsung meraup bibir pink Aliya dengan bruntal. Aliya hanya diam ia tak berniat membalas ciuman Jimin. Tangan Jimin juga tak tinggal diam. Tanganya mulai meraba tubuh Aliya. "Bibirmu manis" puji Jimin sambil menyatukan kening mereka yang berkeringat. "Itu Fist Kiss-ku" ucap Aliya sambil memejamkan matanya saat Jimin meraba tubuhnya. "Kau tak pernah berciuman sebelumnya?" Aliya menggeleng. "Ughh...." lenguhan Aliya mengundang senyum tipis dari Jimin. Dia benar-benar polos monolog Jimin dalam hati. "Bagaimana jika kita mulai sekarang?" Aliya menatap Jimin dengan dalam. "Seperti kau menghancurkan hidupku. Akupun akan melakukan hal yang sama. Karena itu adalah mimpiku" monolog Aliya. "Aku belum tahu namamu" ucap Jimin. "Aliya Kim" ucapnya singkat. "Kau tak banyak bicara" nilai Jimin. "Terserah" Jimin tersenyum m***m. "Kita mulai" ucap Jimin. * "Bagaimana keadaanya?" "Lukanya sudah saya jahit. Mungkin sekitar 3 jam lagi dia akan sadar" jawab dokter tersebut. "Pastikan dia tidak mati" "Saya mengerti" ucapnya. * Suara desahan memenuhi kamar tersebut. Ranjang yang berdecit seolah menjadi musik penambah. Udara dikamar ini semakin panas. Jimin tersenyum simpul saat melihat Aliya yang mendesah nikmat dibawah kendalinya. Gadis ini perawan, seperti keinginanya. Kelakuan polos dan sifat dingin seolah menjadi daya tarik pada wanita Kim ini. "Kau sangat nikmat...Babe" bisik Jimin sensual pada telinga Aliya. "Ugh...yeah..." Aliya tak pernah mengira jika jamahan Jimin akan senikmat ini. Walaupun ia harus merasakan rasa sakit diawal permainan mereka tapi ini tak sebanding dengan rasa nikmat yang ia rasakan saat ini. Jimin semakin mempercepat gerakan tubuhnya. Kejantananya semakin membesar dirahim Aliya. Dan ia juga merasakan kenikmatan yang sangat luar biasa dari penyatuan ini. Lebih dari bayanganya, tubuh Aliya benar-benar sangat nikmat. Bahkan ini seratus kali lebih nikmat dari yang pernah ia lakukan pada para jalang yang sudah profesional di Club Namjoon. "Arghhh..." Jimin memejamkan matanya saat ia mendapatkan pelepasan untuk kesekian Aliya. Ini sangat nikmat. Sementara Aliya juga merasakan hal yang sama. Ia merasakan hangat saat Jimin mengeluarkan s****a dirahimnya. "Tubuhmu nikmat Nona Kim" ucap Jimin setelah berhasil menormalkan nafasnya. "Tentu saja. Kau yang pertama menikmatinya jadi wajar jika kau merasakan kepuasan itu" balas Aliya dingin. "Kau sangat dingin dan datar. Tapi tak masalah, aku sangat tersanjung dengan kehormatan itu" ucap Jimin. "Apakah k*****t itu memaksamu?" Tanya Jimin sambil membelai wajah Aliya. "Aku datang sendiri padanya. Aku tak mau mati konyol karena siksaan dan kelaparan. Lagipula masih banyak yang harus kulakukan" ucap Aliya dingin. "Siapa yang menyiksamu?" Tanya Jimin ingin tahu. "Kau tak perlu tahu. Itu akan jadi urusanku. Yang kuinginkan hanya sebuah apartement dan uang untukku hidup. Dan jangan lupakan tentang kakakku" balas Aliya. "Aku punya penawaran yang sangat menguntungkan untuk mu" tawar Jimin. "Jangan mencoba lari dari perjanjian awal kita Park Jimin" Jimin tersenyum saat mendengar ucapan dingin Aliya. "Aku tidak akan lari dari perjanjian awal kita, aku hanya ingin membuat perjanjian baru. Aku adalah yang pertama bagimu. Jika kau masih bekerja pada Namjoon kau pasti akan digilir oleh bajiangan yang lain. Dan tak menutup kemungkinan jika mereka akan menyiksamu. Jadi untuk menghindari hal itu. Bagaimana jika kau hanya bekerja untukku, hanya melayaniku seorang. Kau tak perlu melakukan apapun lagi. Cukup kangkangkan kakimu untukku dan aku akan mendapat apapun yang kau inginkan. Harta, Kekuasaan, dan apapun yang kau inginkan lainnya. Bagaimana?" Aliya mentap Jimin lama. Otaknya masih berfikir atas tawaran Jimin. "Hanya kau yang akan kusentuh jika kau mau jadi jalang-ku" yakin Jimin. "Apa aku bisa mempercayaimu?" Tanya Aliya menyelidik. "Aku bukan laki-laki yang suka berbohong Nona Kim. Kau bisa percaya padaku" yakin Jimin. "Lalu tunanganmu?" Jimin tersenyum sinis. "Aku tidak pernah perduli dengan kekonyolan itu. Aku bisa berdiri tanpa sanggahan dari Jung's Company. Hidupku bebas dan tak ada yang bisa mengaturnya termasuk kedua orangtuaku" ucap Jimin. "Hanya aku dan tak ada yang lain?" Jimin mengangguk. "Kau setuju?" Aliya masih berfikir. Jika ia menolak tawaran Jimin, dia adalah orang yang paling bodoh didunia ini. Tapi ini tak sesuai dengan fikiranya. Ia tidak mau terikat selamanya dengan Jimin, tapi akan lebih mudah menuntaskan tujuanya jika ia selalu bersama Jimin. "Aku masih menunggu jawabanmu Nona Kim" Aliya kembali menatap Jimin. "Demi Gyuri Eonni dan Eomma" monolog Aliya. "Baiklah jika itu maumu. Aku setuju" Jimin tersenyum tipis. "Aku menginginkanya lagi. Bolehkah?" Aliya menghela nafas lelah. "Terserah" Jimin tersenyum lalu kembali menyerang Aliya. T.b.c
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD