ONE NIGHT IN DUBAI - 03

1487 Words
ONID.03 MANA ADA WANITA SEPERTI AKU Fayette Griffin     “Ya…oke. Pertahankan posisinya, Fayette. Sedikit ke kanan…ya oke. Fayette, ganti posisi dengan tangan sedikit diangkat. Ya…bagus.” Terdengar dengan jelas suara kamera dari seorang photographer professional yang ada di hadapanku. Kilauan cahaya kamera juga menerpaku tanpa henti.          Photografer itu berjalan menjauhi alat-alat studio yang ada di sudut ruangan sembari berkata, “Kita istirahat dulu ya. Pemotretan akan di sambung satu jam lagi. Jadi kalian bisa makan siang dulu.”          “Baik, Boss…” Semua crew photographer menjawab dengan serentak.     Saat photographer itu baru sampai di depan pintu keluar studio, ia membalikkan tubuhnya dan berkata padaku. “Hmmm…. Fayette, setelah makan siang kamu jangan lupa mengganti costum dan make up sesuai dengan tema ya. Kamu bisa meminta costumnya pada stylist yang ada di ruangan itu.”     “Oke.” Aku menjawab sambil mengangkat salah satu tanganku membentuk lingakaran dengan ibu jari dan telunjuk.     Setelah photographer dan crewnya keluar ruangan, hanya tinggal aku dan Riana assistenku di dalam studio tersebut. Ia membantu membawakan beberapa barangku ke ruang ganti. Kami berjalan bersama sambil berbincang-bincang.     “Riana, apa ada pesan atau panggilanku dari Exel selama pemotretan tadi?”          Riana menggelengkan kepalanya, “Tidak Nona Fey. Tuan Exel belum ada menghubungi anda.”     “Hmmm…pria itu, bisa-bisanya ia tidak menghubungiku seharian. Apa ia tidak bisa meneleponku duluan? Setiap hari aku yang lebih dulu menghubunginya. Kalaupun ia yang menghubungiku duluan, paling hanya saat ada sesuatu yang penting.”     Aku berpikir sejenak sambil berjalan, lalu kembali berkata saat kami sudah sampai di depan pintu ruang ganti. “Apa mungkin ia sedang bersama wanita lain? Wanita di Hong Kong pasti sangat berbeda dengan wanita di Eropa. Wanita mana yang tidak ingin mendekatinya? Penampilan dan keberadaanya selalu mencuri perhatian.”     Riana tertawa kecil sambil menutup bibirnya lalu berkata, “Tentu saja, Nona. Pria setampan dan sekaya itu, mana ada wanita yang menolaknya.”     “Kamu benar juga Riana. Biar aku saja yang menghubunginya terlebih dahulu setelah sampai di ruang ganti.”     Tidak lama kemudian aku dan Riana sampai di ruang ganti. Ia meletakkan semua barang-barangku ke dalam lemari yang telah disediakan pihak studio. Sedangkan aku segera duduk di kursi yang ada di depan meja rias membersihkan makeup ku sebelum tim MUA (Makeup Artist) datang meriasku kembali.     “Nona Fey, apa anda tidak takut kalau Tuan Exel dekat dengan wanita lain?” tiba-tiba Riana bertanya saat ia telah berdiri di belakangku membantu memperbaiki tatanan rambutku.     “Tidak. Tidak ada yang perlu aku takutkan Riana. Meski banyak wanita yang mendekatinya, ia tetap calon suamiku. Aku dan dia telah dijodohkan dari kecil, jadi tidak ada yang harus di cemaskan. Lagi pula, mana ada wanita seperti aku. Cantik, super model dan banyak disukai oleh pria. Ia tidak mungkin berpaling dariku, Riana. Karena hanya akulah yang pantas menjadi pendampingnya.” Aku berbicara dengan penuh percaya diri.     “Anda memang benar, Nona. Anda yang terbaik dan anda bisa memiliki apa pun yang anda inginkan. Tapi tidak semua pria menilai wanita dari kepopuleran.”     Hatiku sedikit masam mendengar ucapan Rianna yang tidak membenarkan ucapanku sepenuhnya. Aku meliriknya di cermin sembari berkata, “Populer itu penting Rianna. Pria akan merasa bangga jika mendapatkan wanita popular sepertiku. Dan aku bisa jamin kalau Exel tidak akan bisa berpaling dariku. Meski ia selalu bersikap baik padaku dan tidak pernah menyatakan cintanya padaku, tapi aku sangat yakin kalau ia sangat menyukaiku.”     Setelah berbicara, aku mengabaikan Rianna yang kembali membereskan barang-barang milikku. Aku mengulurkan tangan mengambil ponsel yang ada di atas meja rias lalu menekan nomor ponsel yang aku tandai sebagai favorite.          "Hallo, honey." Aku menyapa pria ayang ada di seberang telepon.     "Hey...Apa kamu merindukanku?"     "Menurutmu?"     "Hmmmm...inginmu?" Exel Wang membalikkan pertanyaan seolah sedang berpikir.     Aku tidak menjawab pertanyaanya tapi kembali bertanya, "Exel, kapan kamu akan kembali ke Istanbul? Aku merindukanmu."          "Aku akan kembali ke Istanbul penerbangan siang ini." Exel menjawab dari seberang telepon dengan tenang.     "Benarkah? Kalau begitu cepatlah kembali. Aku akan ke Istanbul besok pagi. Kita harus menyiapkan segala keperluan untuk pertunangan kita minggu depan. Kamu juga harus fitting tuxedo yang sudah dibuatkan oleh Mere-ku."     "Iya, Fey. Aku akan segera kembali."     Dari seberang tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu. Juga terdengar suara Edward Abizard yang merupakan assisten Exel Wang, "Tuan, mobil sudah siap. Sudah waktunya kita berangkat ke bandara."     Tidak lama kemudian Exel Wang kembali bicara padaku, "Fey, teleponnya aku tutup dulu ya. Aku akan segera berangkat ke bandara."     "Oke. Sampai ketemu besok di Istanbul. Bye bye"     "Bye bye." Dan selalu Exel Wang yang mengakhiri telepon.     Aku kembali meletakkan ponselku di atas meja rias. Kemudian aku termenung mengingat ucapan Riana yang kembali terngiang di telingaku. Ucapanya itu benar-benar membuatku gundah saat ini. Kalau di Paris dan Istanbul, aku bisa pastikan Exel di bawah kendaliku. Tapi kalau di luar sana, mana mungkin aku bisa mengawasinya. Tidak, tidak mungkin. Exel tidak akan mengkin tertarik pada wanita lain. Karena aku lah wanita yang pantas bersamanya.     Aku adalah Fayette Griffin. Putri satu-satunya dari pengusaha terkenal di Prancis dan beberapa Negara di Eropa. Père (ayah) ku bernama Deon Griffin, seorang pengusaha properti kaya raya dan pemilik perusahaan Griffin Corp. Sedangkan mere (ibu) ku adalah seorang designer terkenal di Prancis yang bernama Alexandria Vallery. Dan aku adalah seorang super model yang banyak dikenali orang-orang. Aku sangat menyukai dunia modeling dan tidak tertarik dengan dunia bisnis ataupun menjadi perancang busana seperti kedua orang tuaku.          Aku memilih menjadi seorang model karena aku bisa bebas mengekspresikan diri. Aku tidak ingin seperti kedua orang tuaku yang terikat dengan pekerjaan. Aku tidak suka bekerja dengan cara monoton dan harus menjalani kegiatan yang menurutku sangat membosankan itu. Dengan menjadi model, aku tidak terikat bekerja di satu tempat. Setiap pengambilan foto akan selalu berganti lokasi, tema dan fashionnya. Banyak brand-brand ternama dunia memakaiku sebagai model produk mereka. Dan itu membuatku menjadi sangat terkenal di dunia modeling.     “Nona Fey, segera ganti pakaian. Sebentar lagi anda akan kembali melakukan pemotretan.” Tiba-tiba suara Rianna membuyarkan lamunanku.     Aku menoleh pada Riana dengan wajah kaget, “Ah iya. Aku akan segera ganti pakaian.”     Tidak lama kemudian aku keluar dari fitting room. MUA, hairstaylist telah menungguku di depan meja rias. Dengan segera aku melangkah menghampiri mereka lalu duduk di kursi di depan meja rias. Aku duduk dengan tenang membiarkan para orang professional itu mendandaniku sesuka hatinya. Karena aku yakin hasilnya akan tetap cantik.     “Sudah selesai. Anda benar-benar sangat cantik Nona Fey. Apa pun yang anda pakai akan tetap indah dilihat.” Seorang stylist tersenyum memujiku.       Aku membalas semyumnya dari cermin, “Benarkah?”     “….” Stylist itu mengangguk     “Semoga hasil pemotretannya juga bagus.”     Dari balik pintu, muncul seorang office boy dengan sebuah nampan di tangannya. Ia masuk kedalam ruang ganti setelah mengetuk pintu. Nampan yang ia bawa berisikan segelas jus apel kesukaanku dan setoples cookies gandum yang kaya akan fiber. Jadi aku tidak perlu khawatir jika terlalu banyak memakan cookies itu. Setiap ada jadwal pemotretan, aku selalu meminta para crew menyiapkan minuman dan makanan yang aku sukai. Karena dengan makanan dan minuman itu dapat mengusir kejenuhanku saat menunggu giliran untuk di foto.     Namun saat memasuki ruang ganti, tiba-tiba kaki office boy itu tersandung oleh kaki meja yang tidak jauh dari pintu masuk. Hal itu membuat nampan yang ia bawa itu terjatuh dan jus yang tumpah mengenai tanganku. Untung saja jus yang tumpah itu tidak mengenai baju yang aku pakai untuk pemotretan nanti. Tapi aku merasa sangat kesal karena tanganku yang sudah diberi lotion menjadi kotor.     Dengan spontan aku marah dan meneriaki office boy itu. “Apa kau tidak bisa bekerja dengan baik? Apa kau berjalan tidak memakai mata? Untung saja jus itu tidak tumpah ke bajuku.”     “Maaf Nona, aku tidak sengaja. Aku akan segera mengganti jus dan cookies anda.”     “Apa kau ingin dipecat karena tidak bisa bekerja dengan baik? Aku bisa melaporkanmu pada atasanmu.”     Office boy itu menatapku dengan wajah memohon. Mata dan hidungnya tiba-tiba memerah seperti sedang menahan tangis. “Nona, aku mohon jangan laporkan hal ini pada atasanku. Kalau aku dipecat, aku harus bagaimana? Aku harus memenuhi kebutuhan keluargaku dan juga membiayai pengobatan ibuku.”     Aku yang melihat pria itu memohon pun menjadi tidak tega, “Ya sudah. Cepat ganti jus dan cookies ku segera sana. Sebentar lagi giliranku di foto. Jangan sampai melakukan kesalahan lagi.”     “Baik Nona. Terima kasih, Nona. Aku akan segera kembali.” Pria itu membungkuk dan berlalu pergi keluar ruangan.     “Nona Fey, memarahinya karena masalah sepele itu tidak baik. Anda benar-benar membuatnya ketakutan.” Riana mendekatiku sambil menegurku.     “Kalau tidak dimarahi seperti itu, ia akan terus-terus melakukan kesalahan.” Aku menjawab dengan acuh tak acuh.     “Tapi Nona, tidak seharusnya anda menghardiknya.”     Aku memiringkan kepalaku menatap Riana yang berdiri di sampingku dengan tatapan tajam, “Sudahlah. Untung saja kamu adalah orang kepercayaan mere, kalau tidak aku akan ikut memarahimu.”     Aku mengulurkan tanganku mengambil tas yang ada di samping meja rias. Kemudian mengambil sejumlah uang dan memberikannya pada Riana, “Riana, berikan uang ini pada office boy itu, untuk biaya pengobatan ibunya.”     “Baik, Nona.” Riana menerima uang yang ku berikan dan pergi keluar ruangan.     Saat aku duduk menunggu giliran pemotretan, aku memainkan ponselku untuk menghilangkan kebosanan. Tiba-tiba pesan singkat masuk saat aku sedang bermain game. Sayang, apa kamu ada waktu malam ini? aku ingin mengajakmu untuk minum ke tempat biasa -Damitri Curtis-     Aku tersenyum membaca pesan masuk itu. Seperti yang aku katakan tadi, banyak pria yang selalu berusaha mengejarku. Dan aku selalu memperlakukan mereka dengan baik agar bisa tetap bergaul di kalangan atas kota Paris. Aku menyentuh layar ponselku membalas pesan yang dikirimkan oleh Damitri Curtis. Maaf  Sayang. Malam ini aku tidak bisa. Karena besok pagi aku harus pergi ke Istanbul. Mungkin lain waktu. -Fayette Griffin-
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD