ONE NIGHT IN DUBAI - 02

1622 Words
ONID.02 BERHARAP AKAN BERTEMU KEMBALI Exel Wang     "Edward, apa semua urusan kita di sini sudah selesai?" Aku yang sedang duduk di sofa kamar hotel berbicara pada asistenku, Edward Abizard.       Edward menganggukkan kepalanya sambil berdiri di hadapanku dengan beberapa map di tangannya, "Sudah, Tuan. Urusan kita di Hong Kong semuanya sudah selesai. Tinggal pengesahan dan tanda tangan di kantor Istanbul."       "Bagaimana dengan persiapan peluncuran produk baru kita?"       "Semuanya sedang dipersiapkan Tuan. Bulan depan sudah bisa di pasarkan."       "Baiklah, produk perhiasan terbaru itu akan di luncurkan di hari pertunanganku dengan Fayette. Buatkan satu set perhiasan khusus untuk ia kenakan di hari pertunangan kami nanti."       "Baik, Tuan. Nanti saya akan menghubungi orang kantor di Istanbul untuk membuatkan perhiasan khusus Nona Fayette."       Edward maju satu langkah dan memberikan map yang ada di tangannya padaku. "Tolong tanda tangani beberapa berkas ini Tuan, sebelum aku mengirimnya ke pihak perusahaan Crown Corp."       Aku menerima map itu dan membacanya dengan hati-hati.  Semua lembaran kertas yang ada di dalam map itu adalah beberapa dokumen yang berhubungan dengan kerja sama pihak Wang Corp dengan Crown Crop. Selama ini perusahaan Wang Corp yang awalnya dipimpin oleh baba-ku hanya memasarkan produk perhiasan Wang Jewelry di kawasan Eropa dan Amerika. Dan semenjak aku mulai masuk bekerja di perusahaan milik baba, aku ingin mengembangkan bisnis perhiasan ini hingga ke Asia.       Saat melakukan perjalanan bisnis beberapa bulan lalu, aku bertemu dengan seorang pria yang sangat terkenal di dunia bisnis. Para pebisnis dunia sangat mengenal beliau dengan sebutan “The King Of Commerce” alias Raja Perdagangan. Beliau adalah Tuan Abraham Xander, seorang pria paruh baya yang mengusai dunia bisnis export-import di Eropa dan Asia. Dari berita yang aku dengar, beliau memiliki seorang istri yang juga pintar berbisnis. Hingga setelah menikah mereka menyatukan perusahaan mereka dan membangun kerajaan bisnis bersama dan menguasai perdangan luar negeri antara Asia dan Eropa.       Awal bertemu dengan beliau, aku berpikir beliau adalah seorang pria yang sulit untuk di dekati. Tapi setelah bertemu langsung dengan beliau saat malam perjamuan di London waktu itu, penampilannya yang dingin sangat jauh berbeda setelah mengenalnya lebih dekat. Beliau adalah orang tua yang berjiwa muda dan selalu memberi motivasi pada pebisnis muda sepertiku ini. Malam itu aku berbincang lama dengan beliau yang memiliki kepribadian menarik itu. Hingga akhirnya beliau menawarkanku untuk bekerja sama memasarkan produk perhiasan Wang Jewelry di Asia, terutama di Hong Kong. Dan kemarin adalah hari terakhirku berada di Hong Kong untuk mengurus kerja sama tersebut dengan perusahan Crown Corp milik beliau.       Setelah membacanya beberapa saat, kemudian aku menandatangani beberapa lembar berkas yang ada ditanganku dan kembali memberikannya pada Edward Abizard. Saat aku kembali bersantai menyandarkan tubuh di sofa kamar hotel, tiba-tiba ponselku yang ada di atas meja kopi bergetar. Di layar ponsel muncul wajah seorang model cantik yang sudah menjadi sahabatku bertahun-tahun. Ia adalah Fayette Griffin, seorang wanita cantik yang menjadi incaran para pria di kalangan atas kota Paris.       Aku dan Fayette berteman sejak kami masih kecil, karena kedua orang tua kami adalah teman lama sekaligus rekan bisnis. Kedekatan kedua keluarga kami membuat aku dan ia menjalin hubungan baik dan berteman cukup lama. Saat aku menginjak usia remaja, baba-ku dan père-nya Fayette berencana menjodohkan kami setelah dewasa untuk menjalin hubungan bisnis yang lebih intens antar kedua keluarga. Aku dan Fayette Griffin tidak pernah mempermasalahkan perjodohan kami, karena dari kecil kami sudah berteman dengan baik. Hingga saat kami sudah terbilang dewasa seperti sekarang ini, kedua orang tua kami memutuskan untuk mengadakan pesta pertunangan minggu depan.       "Hallo, honey." terdengar suara yang familiar dari seberang telepon.       Aku tersenyum mendengar suara cerianya saat menelponku, "Hey...Apa kamu merindukanku?"       "Menurutmu?"       "Hmmmm...inginmu?" Aku pura-pura berpikir.       Beberapa detik kemudian terdengar kembali suara lembut itu, "Exel, kapan kamu akan kembali ke Istanbul? Aku merindukanmu."       "Aku akan kembali ke Istanbul penerbangan siang ini." Aku kembali tersenyum sendiri mengingat wajah wanita yang ada di seberang sana.       "Benarkah? Kalau begitu cepatlah kembali. Aku akan ke Istanbul besok pagi. Kita harus menyiapkan segala keperluan untuk pertunangan kita minggu depan. Kamu juga harus fitting tuxedo yang sudah dibuatkan oleh Mere-ku."       "Iya, Fey. Aku akan segera kembali."       Tiba-tiba suara ketukan pintu terdengar dari luar kamar. Edward muncul dari balik pintu dan berkata, "Tuan, mobil sudah siap. Sudah waktunya kita berangkat ke bandara."     Aku mengangguk menanggapi ucapan Edward dan kembali meneruskan pembicaraan dengan Fayette Griffin, "Fey, teleponnya aku tutup dulu ya. Aku akan segera berangkat ke bandara."       "Oke. Sampai ketemu besok di Istanbul. Bye bye"       "Bye bye." Aku menutup telepon dan bangkit dari sofa.     Aku berjalan keluar kamar melewati koridor lantai lima hotel The Peninsula Hong Kong menuju pintu lift. Sedangkan Edward berjalan di belakang dengan koper dan beberapa barangku di tangannya.       Sudah satu minggu lebih aku berada di Hong Kong untuk perjalanan bisnis. Aku mengadakan pertemuan dengan Tuan Abraham Xander pemilik perusahaan terbesar di Hong Kong, Crown Corp. Kami melakukan beberapa kali pertemuan hingga mencapai kesepakatan yang ada apada lembaran kertas yang aku tanda tangani tadi. Dan aku sangat berharap kedepannya Wang Jewelry bisa menguasai pasar Asia seperti di Eropa dan Amerika.       Aku adalah pewaris utama dari perusahaan Wang Corp. Sebuah perusahaan yang terkenal dengan bisnis perhiasannya yang mendunia. Aku adalah anak dari pasangan Alexandre Wang dan Emira Miray. Baba-ku adalah pemilik perusahaan Wang Corp, sedangkan Anne-ku merupakan dokter senior di rumah sakit milik Wang Corp. Aku terlahir dari ras campuran, Yunani-Turki-Chiness dari pihak Baba-ku dan Turki dari pihak Anne-ku. Tapi Anne-ku bilang, aku lebih mewarisi wajah Baba-ku. Aku juga tidak tahu pasti akan hal itu, yang pastinya banyak wanita yang selalu berusaha mengejarku. Itu benar-benar membuatku pusing. Dan untung saja aku memiliki calon tunangan yang sangat sabar menghadapiku yang selalu dikelilingi wanita cantik.       Setelah sampai di lobby hotel, aku segera manaiki mobil yang sudah di persiapkan untukku yang telah terparkir di depan pintu hotel. Mobil itu meluncur dengan lancar melewati jalanan kota Hong Kong yang sibuk. Tiga puluh menit kemudian mobil yang aku dan Edward tumpangi berhenti di pintu masuk Departure Hall. Aku turun dari mobil dan berjalan memasuki ruang tunggu setelah mengurus semua persyaratan keberangkatan keluar negeri.       Aku duduk di Premium Lounge bersama Edward Abizard sambil menikmati secangkir kopi. Aku menatap layar ponselku melihat perkembangan bursa saham di internet.       "Cantik sekali." Tiba-tiba Edward yang sedang duduk di hadapanku bersuara.       Aku mengangkat wajahku yang tadinya menunduk menatap Edward. Aku melihat Edward sedikit ternganga dengan apa yang ia lihat.  "Apa yang sedang kamu lihat, Bro?"       Edward masih belum merespon pertanyaanku. Dan aku pun menoleh kearah tatapan Edward tertuju dengan penasaran. Setelah aku menoleh, Edward baru mengeluarkan suaranya, "Lihat pramugari yang sedang duduk di sudut itu Tuan, sangat cantik."       Aku melihat kearah sudut ruangan yang di tunjuk oleh Edward. Benar saja, ada dua orang pramugari sedang duduk di sudut ruang lounge yang tidak jauh dari tempatku duduk. Yang satu membelakangiku dan yang satu lagi duduk menghadap kami. Kedua pramugari itu sedang asyik mengobrol sambil menikmati cocktailnya. "Apa yang kamu maksud pramugari yang duduk menghadap kesini?"       "Iya. Baru kali ini aku melihat pramugari secantik itu. Juga baru kali ini aku melihat wanita seperti bidadari. Mengalahkan kecantikan Nona Fayette Griffin." Edward masih menatap paramugari itu tanpa mengedipkan mata. Seketika ia tersadar dengan ucapannya yang membandingkan pramugari itu dengan Fayette.       "Sorry Tuan. Aku tidak bermaksud..."       Aku menatap Edward Abizard dengan tatapan tajam dan kemudian menoleh menatap pramugari yang sedang duduk di sudut sana. "Kamu benar, ia sangat cantik."       Edward tersenyum lega karena aku tidak memarahinya. Sedangkan aku menggelengkan kepala dan kembali menatap layar ponsel di tanganku. Kamu benar Edward. Wanita itu sangat cantik secantik bidadari, aku membatin.       Tidak lama kemudian dua pramugari yang duduk di sudut lounge itu bangkit dari duduknya. Mereka berjalan menuju pintu keluar lounge melewati meja kami. Gerakan kedua pramugari itu sangat menyita perhatian. Edward kembali menatap pramugari yang lewat itu tanpa mengedipkan mata. Dan aku pun ikut memperhatikannya.       Suara panggilan untuk boarding pass terdengar dengan jelas di Departure Hall. Itu adalah panggilan untuk penerbangan dari Hong Kong menuju kota Istanbul. Aku dan Edward segera beranjak pergi meninggalkan Premium Lounge berjalan menuju antrian boarding pass di gate yang telah di tentukan.       Setelah memasuki pesawat, aku dan Edward duduk di kursi First Class yang telah di pesan oleh Edward beberapa hari yang lalu. Dan sesuatu yang tidak di duga tapi sangat diinginkan terjadi. Pramugari yang kami lihat di Premium Lounge tadi adalah cabin crew dari pesawat yang kami tumpangi. Ia juga ditugaskan melayani penumpang yang ada di First Class.       Pramugari itu sedang memperagakan safety information saat pesawat hendak take off. Ia berdiri tidak jauh dari kursi tempat kami duduk. Edward Abizard masih menatap pramugari yang sedang memperagakan itu tanpa mengedipkan mata. Sedangkan aku hanya mencuri pandang menatap kecantikannya.       Saat ia memperagakan safety information dihadapan para penumpang, tiba-tiba mata kami saling bertemu. Matanya yang menatapku sangat indah, berwarna coklat keemasan. Bukan karena soft lense, tapi mata itu terlihat alami dan bawaan dari lahir. Membuat hatiku sedikit bergetar saat menatap senyuman dan matanya yang indah itu. Pantas saja Edward sangat memeperhatikan wanita ini, ia benar-benar indah. Dan mungkin ucapan Edward benar, kecantikannya mengalahkan Fayette.       "Maaf Tuan, tolong pasang sabuk pengamannya karena pesawat kita akan take off." Aku tidak tahu sejak kapan pramugari bak bidadari itu berdiri di hadapanku. Suaranya yang lembut menyadarkanku dari lamunan. Dan untuk kedua kalinya mata kami saling bertemu.       Tidak tahu kenapa jantungku berdegup semakin kencang saat menatapnya. Matanya yang berwarna coklat keemasan itu sangat indah, sangat indah seperti batu alam amber. Siapapun yang melihatnya pasti akan terpana.       "Tuan..." Pramugari itu kembali tersenyum padaku.       Edward semakin bingung melihat sikapku yang tidak merespon sedikitpun. Ia menyinggung lenganku dengan sikunya yang runcing, membuat lenganku terasa sakit. "Tuan, seat belt-mu belum di pasang."       "Hmm...." Aku tidak menjawab ucapan Edward, tapi aku memasang wajah dinginku sambil memasang seat belt. Dan kemudian pramugari itu kembali tersenyum menatapku dan seat belt-ku. Setelah itu ia terus berjalan kearah belakang memeriksa penumpang lainnya.       Mata Edward tak lepas dari pramugari itu dan memperhatikannya hingga ke belakang. "Tuan, lihat itu. Bukan aku saja yang terpana melihatnya, orang yang ada di First Class ini juga menatap kagum padanya."       Edward melirik kearahku dan memberikan senyuman mengejek, "Dan kamu pun juga terpana padanya."       "Edward, jangan asal bicara."       "Aku tidak asal bicara. Faktanya Tuan tadi menatapnya tanpa mengedipkan mata." Edward terkekeh menatap kearahku. “Aku berharap setiap naik maskapai ini akan selalu bertemu dengan pramugari itu.”       Ya, aku juga berharap akan bertemu kembali dengannya, ucapku membatin.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD