Bab. 2 - Akhir untuk Awal Baru

1502 Words
Hidup tidak pernah memaksa kita bersama dengan seseorang yang kita pilih. Semua tergantung diri kita sendiri. Ingin tetap bertahan, atau memilih meninggalkan karena lelah memperjuangkan? Ini bukan hanya tentang pertanyaan dan pilihan Tapi, ini juga tentang keputusan dan keberanian Entah berani memperbaiki meski tahu akan berjuang sendiri Atau berani mengusaikan yang menyakitkan dan merelakan dengan keikhlasan.. *** "Aku mau kita pisah, Mas." Linda bicara tanpa keraguan sama sekali. Tekadnya sudah bulat. Ia bisa mentolerir semua kesalahan Aditya. Tapi tidak dengan satu hal, perselingkuhan bukan hal yang bisa ia maafkan dan terima dengan lapang d**a. "Kamu yakin mau cerai dariku? Memangnya bisa apa kamu tanpa aku, Lin?" Linda tersenyum kecut. "Kamu sendiri, bisa apa selama aku jadi istrimu?" tanyanya membalik keadaan. "Apa maksudmu bicara begitu?!" "Memang faktanya demikian. Kamu suamiku, Mas. Tapi nggak pernah memberiku nafkah sepeser pun. Nggak pernah membelaku. Dan hanya bisa menyalahkanku saja. Apa kontribusimu sebagai kepala rumah tangga? Nol besar! Aku muak dengan semua ini. Percuma aku mengalah, tapi kamu tetap saja egois!" "Apa kamu bilang?! Jangan berani meneriakiku, Lin!" hardik Aditya hampir hilang kendali. "Kenapa? Bukannya aku bicara fakta? Kamu cuma kasih aku makan kan? Coba ingat lagi, siapa yang mencucikan pakaian kotormu dan juga sekeluargamu? Siapa yang sering masak untuk kalian? Siapa yang membereskan rumah sampai bersih setiap hari? Siapa yang menyiapkan keperluanmu selama ini? Siapa?! Kalau bukan aku, siapa lagi?! Coba kamu hitung berapa gaji yang harusnya kamu bayar jika aku adalah asisten rumah tanggamu?! Apa sebanding dengan pemberianmu?! Nggak, Mas! Aku pikir selama ini aku memang terlalu bodoh, Mas! Kamu dan ibumu berhasil memperlakukanku sebagai pembantu! Bukan istri atau menantu!" Aditya geram. Satu tangannya hendak menampar pipi Linda. Tapi, wanita itu spontan menghalau dengan cepat. Ia bukan wanita lemah seperti kebanyakan perempuan di luar sana. Yang diam bila ditindas kasar oleh lelaki. Ia mengalah selama ini bukan karena takut, melainkan karena masih menghargai suaminya. Sekarang, semua tidak berlaku lagi. Linda teguh pada keputusannya. "Kamu berani melawanku?! Kamu bahkan nggak bisa kasih aku anak!" Linda menepis lengan suaminya. Dengan pandangan berkilat ia menunjukkan tak gentar. "Oh ya? Aku sudah cek kandunganku dan baik-baik saja. Bagaimana denganmu?" balasnya kilat. "Aku akan urus surat perceraian kita segera! Bicara denganmu hanya membuang waktuku yang berharga, Mas. Satu lagi, ingat untuk mengembalikan uangku! Atau aku akan menyebarkan perilaku burukmu ke seluruh dunia! Sampai nggak ada perempuan satu pun mau dengan laki-laki nggak bertanggung jawab sepertimu!" ancam Linda sudah habis kesabarannya. Belum sempat Aditya membalas, wanita itu sudah menarik koper dan menenteng tasnya. Kemudian berlalu pergi. Di luar ibu mertua dan adik Aditya berdiri tegang. Mereka rupanya mendengar semua dengan jelas. Linda hanya melirik sepintas tanpa berkata-kata. Lalu pergi begitu saja. Aditya ingin mengejar, tapi Hartatik melarangnya. "Biarkan saja dia pergi. Kita lihat apa dia bisa terus bersikap sesombong itu nanti. Bagus kalau kalian berpisah. Kamu nggak perlu sembunyi-sembunyi berhubungan dengan Lastri," ujar ibunya mengingatkan. Berhasil mengurungkan langkah Linda. Di luar Kenanga sudah membantu menyiapkan mobil untuk mengantar Linda. Ia meminta bantuan temannya tadi sore. Bersama teman beserta pak sopirnya, Kenanga mengantar Linda malam itu juga. "Tolong antar aku ke rumah pak lurah dulu ya?" "Mbak Linda mau ngapain ke sana?" Kenanga bingung. "Nanti juga kamu akan tahu. Masmu itu harus dikasih pelajaran biar nggak mengulangi lagi." Alhasil mereka pun mampir ke rumah pak lurah. Kedatangan Linda malam-malam jelas membuat pak lurah heran. Tapi tetap menerima tamunya dengan ramah. Kenanga dan temannya menunggu di mobil. "Ada apa, Nak Linda malam-malam begini mau bertemu kami? Apa ada masalah serius?" tanya istri pak lurah heran. "Sebelumnya saya minta maaf, Bu. Karena sudah mengganggu waktu istirahat Ibu dan Bapak. Kedatangan saya ke sini hanya ingin menyampaikan sebuah kabar. Saya dan mas Adit mau bercerai. Dan itu pasti kabar baik buat anak Ibu dan Bapak." Pak lurah dan bu lurah bingung. Tak mengerti maksudnya. Mereka memang sering dengar kabar burung tentang hubungan gelap putri sematawayang mereka dengan suami orang. Dan mereka pikir desas-desus itu hanya isapan jempol semata. "Maksudnya, Nak?" Linda lantas menunjukkan ponselnya. Di sana terlihat bukti-bukti kuat tentang perselingkuhan suaminya dengan Lastri. Jelas saja orang tua Lastri murka. Mereka menjaga nama baik keluarga selama ini. Tak akan membiarkan ada hal seperti ini makin berkembang menjadi buah bibir di masyarakat. "Maafkan putri kami, Nak..." kata Bu lurah merasa bersalah. "Kami kira semua berita itu cuma bohong, makanya kami nggak ambil pusing." Linda tersenyum datar. "Tidak apa, Bu. Bukan sepenuhnya salah Lastri. Saya hanya ingin mengingatkan, sebaiknya Lastri jangan berhubungan dengan mas Adit dulu sampai saya resmi bercerai. Kasihan dia dan keluarga, kalau harus menanggung hujatan dari masyarakat nantinya. Apalagi, sebentar lagi ada pemilihan. Saya dengar Bapak mencalonkan diri lagi. Saya rasa jika tersebar kabar jeles bahwa Lastri menjadi pelakor dalam rumah tangga saya, dampaknya pasti akan kurang baik. Setahu saya warga sini sangat menjunjung budaya baik dalam berkeluarga dan bertetangga," jelas Linda panjang lebar. Pak lurah mengangguk paham. Mengerti maksud ucapan Linda. Bu lurah langsung panik dan bingung. "Saya cuma kasihan sama Lastri, Bu, Pak. Kalau suami saya bisa berkhianat sekali, nggak menutup kemungkinan akan terjadi lagi kan?" lanjutnya memperingatkan. Pak lurah dan bu lurah hanya bisa terdiam menanggung cemas. Mereka lanjut bicara sebentar. Kemudian Linda pamit undur diri. Ia sempat bertemu dengan Lastri yang baru pulang dari pengajian. "Terimakasih ya, Lastri. Berkat kamu, saya bisa meninggalkan pria yang kurang layak saya pertahankan..."ujarnya seraya tersenyum. Lastri sadar ia sudah ketahuan. Gadis itu hanya bisa menunduk malu. Mempercepat langkah masuk ke dalam rumah. Kehadirannya dismabut ayah ibunya dengan kemarahan yang meluap. Mereka menentang hubungan Lastri dengan Adit sampai kapan pun. Kecuali Lastri tak mau menjadi anak mereka lagi. Linda masuk ke mobil dengan hati yang kosong melompong. Seolah baru saja ia tumpahkan semua isinya. Mobil krmbali melaju perlahan. Kenanga dan temannya saling melirik. Menerka-nerka apa gerangan yang baru saja terjadi? "Mbak Linda, mampir makan dulu ya? Kami berdua lapar nih," kata Kenanga membuka obrolan. "Boleh. Mau makan apa?" "Ayam bakar aja gimana?" tawar teman Kenanga yang bernama Nana. Anak orang kaya pindahan dari kota besar. Meski banyak orang mengira ia sombong dan angkuh, nyatanya Nana adalah sosok yang ramah dan berhati mulia. Ia senang berkawan dengan Kenanga karena gadis itu bisa memahami dirinya. Dan tidak ikut-ikutan menggunjingkannya. "Walaupun sudah nggak sama masku, nanti aku tetep boleh ketemu Mbak Linda kan?" "Kenapa nggak? Masalahku kan cuma sama kakak dan ibumu. Bukan dengan kamu, Kenanga." "Aku doakan Mbak Linda menemukan seseorang yang jauh lebih baik dari mas Adit..." Kenanga berujar tulus. Linda hanya menanggapi dengan senyum tertahan. Ia memilih menatap ke jendela. Memandang jalanan dengan perasaan yang mulai lega. Semua rasa sakit sudah terlalu dalam mengganggu. Ia berharap bisa segera membuang sisanya sampai habis. Dan memulai kehidupan baru yang lebih baik. Sebuah panggilan telepon baru saja ia terima. Siska, sahabat baiknya menghubunginya. "Halo, Lin, sorry ya, tadi masih kerja. Lembur aku. Ada apa? Chatmu kok tiba-tiba nanyain kerjaan? Bukannya kamu nggak dibolehin kerja lagi sama suamimu ya?" tanyanya memberuntun. "Aku sudah putuskan akan berpisah dengan mas Adit, Sis. Jadi, aku butuh bantuanmu sekarang. Bisa tolong kamu carikan pekerjaan di sana?" "Hah? Seriusan? Kok nggak ada hujan nggak ada angin tiba-tiba mau pisah sih? Kamu sejak nikah nggak pernah cerita apa-apa soal rumah tanggamu ke aku. Mendadak kayak gini, bikin khawatir aja." "Ceritanya panjang. Nanti kalau ketemu kuceritakan semua." "Beneran ya? Aku masih sahabatmu loh." "Iya. Bisa bantu aku kan?" "Kamu mau merantau nih seriusan?" "Iya. Aku harus kerja untuk bisa mandiri. Nggak mungkin nyusahin keluargaku terus." "Oke deh. Besok kutanyakan ke atasanku dulu. Semoga aja masih ada lowongan. Soalnya bulan lalu kudenger lagi cari tambahan admin. Tapi, belum tahu udah keisi orang lain apa belum. Kalau nggak, ntar kutanya ke temen-temenku buat bantu carikan." "Thanks ya, Sis?" "Biasa aja deh. Kapan kamu mau ke sini? Tinggal di apartemenku aja dulu. Aku kesepian di sini, temenku dah balik ke kampung, nikah." "InsyAllah secepatnya begitu urusan perceraianku kelar." "Oke deh sip. Kutunggu pokoknya. Kamu bakalan betah di Kalimantan. Apalagi kalau udah minum air Mahakam. Kata orang, bakal susah ninggalin lagi." "Oh ya? Bagus dong, aku malah bisa lebih betah." "Semoga ya. Yaudah aku masih ada urusan, ntar kita kabar-kabaran lagi, ok?" "Ok. Makasih, Sis." Panggilan pun ditutup. Mobil berhenti di depan salah satu rumah makan lesehan. Mereka turun untuk makan. Pak sopir yang mengantar pun ikut diajak makan bersama. Seseorang berjalan tergesa menuju parkiran mobil. Sampai tak sengaja menabrak Linda. Wanita itu hampir terjatuh. Namun, dengan sigap sang pria menarik tangan Linda dan berhasil merengkuhnya. "Kamu nggak pa-pa? Maaf, saya buru-buru," sesal sang pria. "Oh iya nggak pa-pa." Linda berusaha menjauhkan diri. Pria itu pun berlalu setelah permisi. Linda merasa aneh. Seolah ada sesuatu baru saja hadir dalam hatinya. Dan ia tak tahu apa itu. Semacam firasat atau hanya perasaan sekilas tanpa makna. Entahlah. Pria itu kembali menoleh. Ia menatap punggung Linda yang kian menjauh. Wajah cantik dan senyuman manis gadis itu diam-diam terpatri dalam pikirannya. Ia hanya bisa menggelengkan kepala, lalu menyalakan mesin mobil. Dan pergi dari sana. "Kalau ketemu lagi, mungkin baru jodoh..." gumamnya setengah bergurau pada diri sendiri. Siapa yang tahu akan seperti apa nantinya... &==Simpanan==&
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD