PART 6 - HERE

1904 Words
RUBY POV  Juan tidak punya pilihan lain selain membiarkanku untuk ikut bersamanya dan memerintahkan keluargaku agar tetap di kamar sementara dia berniat memeriksa keadaan Istana Cxarvbunza ini. Aku berjalan cepat di belakangnya keluar dari kamar dan menyusuri lorong panjang menuju keluar. Perbaikan memang sedang dilakukan di beberapa tempat dan semua dikerjakan dengan cepat dan teliti. Kami bertemu dengan Randall yang sedang mengawasi para pasukannya membantu untuk membangun kembali Istana Cxarvbunza yang megah ini. “Kau sudah kembali?” Sepupu Juan itu melihat ke arahku, “apa Hillary ikut bersamamu?” Untuk apa dia menanyakan keikutsertaan adikku? Batinku. Keningku berkerut ke arahnya, “Kenapa kau menanyakan Hillary?” Lalu aku memandang suamiku, “bilang padanya jangan macam-macam sama Hillary, Juan.” Randall menghela napasnya. “Menyimpan rasa dendam berlama-lama itu tidak baik, My Queen,” katanya. “Aku tidak menyimpan dendam apa pun. Aku hanya tidak mau adikku terlibat dengan pria berandalan sepertimu, Randall,” balasku. “Randall, berapa persen lagi akan selesai?” “Kurasa sudah delapan puluh persen selesai, Juan. Dan ini bahkan belum dua belas jam, kan?” Juan mengangguk pelan sambil mengedarkan pandangannya dan memperhatikan kemegahan istananya. Dia mendongak ke atas menara yang sudah berdiri dengan kokohnya. “Apa kau yakin tidak melihat Corins ada di wilayah kita lagi, Randall?” Randall mengangguk dengan pasti, “Bersih Yang Mulia Juan! Odiv bahkan tidak bisa mencium aroma mereka ada di wilayah ini dan juga wilayah kita yang lain. Aku memasang ‘barikade’ ku di setiap perbatasan wilayah Cxarvunza. Dan kurasa siapa pun yang berusaha untuk menembusnya aku akan tahu.” “Bagus. Kerja bagus Randall,” ujar Juan pada sepupunya itu. Randall tersenyum puas dengan pujian Juan sebagai atasannya. “Kau lihat kan? Mereka tidak membutuhkan bantuan kita di sini. Randall bisa mengurusnya dengan baik,” lontar Juan ditujukan kepadaku. “Maksudmu, Ruby tidak memercayai kalau kau melimpahkan tugasmu padaku, Juan?” tuding sepupu berandalan Juan itu sambil melihatku dengan mimik tidak percaya. “Ya… aku kan hanya ingin membantu dan melakukan tugasku sebagai Ratu di negeri ini! Mana mungkin aku hanya bersantai di Bumi sementara kalian semua bekerja untuk membangun kembali istana kita ini?!” tandasku dengan sedikit nada yang tinggi. Tangan Juan terangkat membelai kepalaku. Tenang, Sayang. “Dan memang aku agak kurang percaya padamu… tapi sekarang aku bisa melihatnya dan Juan benar, kau bekerja dengan sangat baik,” kataku lagi. Dan senyum Randall benar-benar menyebalkan. Namun, itulah dia dan aku mulai memakluminya. “Terima kasih My Queen.” Sahutnya sambil dengan nada formal dan gerakan membungkuk. Juan mengajakku berjalan lagi, tapi sebelumnya aku memutar tubuhku ke arah Randall dan berkata, “Ingat Randall, jangan dekati adikku!” “Bagaimana kalau adikmu yang mendekatiku, huh?” “Hissh!” Ruby. Juan memanggil dalam kepalaku dan aku terpaksa hanya meninggalkan tatapan mengancam pada pria sok tampan itu. Dia melihat ke arah Juan dan suamiku itu mengangguk pelan. Randall pasti menyampaikan keinginannya lewat pikiran dan Juan menyetujuinya—apa pun itu. Suamiku menarik tanganku dan menjauh dari Randall. “Sampai jumpa My Queen….” Aku tidak menjawabnya. Dia bilang apa padamu, Juan? Sebaiknya kau tidak perlu tahu, jawabnya sambil terus mengajakku berjalan ke arah lain. Ada hubungannya dengan Hillary? “Apa kau terus akan bertanya soal itu? Ingat tujuanmu ke sini kan?” Juan berhenti dan memandangku dengan alisnya yang berkerut. “Tapi Juan….” “Sudah kukatakan Hillary sudah dewasa, dia tidak seharusnya lagi kau atur-atur, Sayang. Biarkan dia memilih hidupnya sendiri, oke. Yang perlu kau pikirkan saat ini adalah anak kita… anak-anak kita dalam rahimmu itu.” Juan menegaskan kalimatnya sambil melihat ke arah perutku. Pria di depanku ini benar juga. Kekhawatiranku akan kedekatan Hillary dan Randall bahkan mengalihkan si kembar yang ada dalam perutku. Tanganku spontan berpindah ke tubuh bagian tengahku itu, gundukan perutku mulai terasa dan aku membelainya. “Iya… kau benar Juan,” kataku. “Baiklah aku akan mencoba untuk tidak memikirkan Hillary.” “Bagus.” Juan terlihat puas dengan jawabanku dan memeluk pundakku untuk menlanjutkan perjalanan. *** Malam ini kami sudah bisa makan bersama di ruang makan yang sudah diperbaiki—karena hanya mengalami kerusakan sedikit saja. Mama, Papa, Hillary, Reinold, Lady Arnetha, juga tunangan Reinold—Putri Gwenich Vansofie. Tidak lama kemudian Randall datang bersama seorang wanita cantik. Sepupu Juan itu menarik kursi untuk wanitanya duduk. Sekilas aku melihat ke arah Hillary yang langsung merubah ekspresinya menjadi cemberut. Gerakan Reinold juga sangat mencurigakan, dia menggelengkan kepalanya pelan. Seperti sedang terjadi sebuah konspirasi yang aku tidak tahu. “Selamat malam, aku mengajak Putri Adelia untuk makan malam bersama kita dan berkenalan secara langsung.” Randall menunjuk Juan, aku dan Reinold juga Lady Arnetha, “kau pasti sudah mengenal mereka kan Adelia?” Wanita itu mengangguk sambil tersenyum sumringah. Lalu Randall menunjuk pada keluargaku, Hillary, Mama dan Papa, “ini keluarga Queen Ruby—Princess Hillary, Madam Margareth, dan Sir Ronie,” tandasnya menyudahi perkenalan dan dia duduk di kursinya. “Selamat malam… saya Princess Adelia, dari keluarga Count Fitra, salam kenal.” Wanita itu merundukkan kepalanya dengan sangat sopan. Entah kenapa aku merasakan kecanggungan dan ketegangan dalam suasana makan malam kali ini. Hillary tidak sekalipun mengarahkan pandangannya pada Putri Adelia dan terlihat sangat akrab dengan Randall. Juan, apa yang terjadi? Aku bertanya pada suamiku yang pasti mengetahui apa yang tengah menjadikan suasana makan malam menjadi kaku seperti saat ini. Juan menghela napasnya dan berdiri, padahal dia belum menghabiskan makanannya. “Sepertinya aku dan Ruby harus pamitan lebih dulu, kalian lanjutkan saja….” Dia menggamit tanganku dan memaksaku untuk berdiri. Apa-apaan Juan? Aku ingin berdua saja denganmu, oke. Alasan yang aneh dan tidak menjawab rasa penasaranku sama sekali. Randall membawa wanita lain dan bukan mendekati adikmu, kau resah. Dia mendekati Hillary kau juga gelisah. Jadi apa maumu sebenarnya, Ruby? Dia menyahut lagi. “Jadi benar Randall sedang mempermainkan perasaan Hillary, huh?” tanyaku. Juan memejamkan matanya sambil menghela napas panjang. Seolah dia putus asa menghadapi rasa ingin tahuku yang berlebihan tentang hubungan adikku dan Randall. Alih-alih menjawab pertanyaanku dia malah pergi meninggalkanku. Odiv dan Dimitri terlihat beberapa langkah di belakangku dan Juan. Aku menghentikan langkahku. Aku ingin bicara dengan adikku, Juan. Kau silakan pergi lebih dulu. Lalu aku pergi menuju ke kamar Hillary dan Odiv mengikutiku. Sepertinya Juan memerintahkan pria itu untuk menjagaku. Aku masuk ke dalam kamar Hillary dan Odiv menunggu di luar. Sepertinya adikku itu masih bertahan di ruang makan dan belum kembali ke kamar. Beberapa menit kemudian pintu kamarnya terbuka dan muncullah wajah adikku yang lesu itu. Aku berdiri menghampirinya dan dia terlihat sudah bisa menebak apa yang akan kubicarakan. “Aku sedang tidak ingin membicarakannya, Kak,” katanya. “Memangnya kamu tahu apa yang ingin aku bicarakan?” tanyaku basa-basi. “Randall dan si Adelia itu kan?” Dia menebak dengan benar dan menyebut Putri Adelia hanya dengan namanya saja. “Lalu kenapa wajahmu cemberut seperti itu?” “Aku tidak suka dengan caranya wanita itu melihatku, Kak Ruby!” Akhirnya dia mengeluarkan unek-uneknya. Aku menariknya duduk di tepi tempat tidur. “Hills… sebenarnya apa hubunganmu dengan Randall, hh?” Adikku itu menggeleng, “Tidak ada, bahkan berteman pun tidak.” “Lalu apa ini? Kau jelas seperti orang yang cemburu.” “Entahlah Kak! Yang pasti aku tidak suka melihat Randall bersama wanita lain!” Hillary mulai emosi—karena dia mengatakannya sambil berdiri dan mata yang berkaca-kaca. “Jangan bilang kau menyukai berandalan itu Hills?” “Aku menyukainya! Dan aku sudah bilang padanya kalau aku menyukainya!” katanya, “bahkan mungkin bisa dibilang aku mulai mencintainya, Kak.” Jantungku berdegup kencang. “Tidak boleh! Kau tidak boleh jatuh cinta pada pria seperti Randall, Hills! Princess Adelia hanyalah salah wanita yang didekatinya, pasti masih banyak lagi wanita lain yang sudah dia rayu! Ya, Randall pria seperti itu! Itulah kenapa aku ingin kau menjauh darinya….” “Aku tahu Kak. Tapi aku kan tidak bisa membohongi perasaanku sendiri. Memangnya Kak Ruby bisa mengatur perasaan Kakak? Ingat tidak bagaimana Kakak begitu menyukai Kak Anthony dulu? Walau pria itu tidak pernah membalas perasaan Kak Ruby, hh?” Aku menelan ludah mengingat perasaan tidak berbalasku di masa lalu. Menyakitkan… dan menyenangkan walau hanya bisa melihat wajahnya atau cukup berdekatan dengannya. Aku tidak menyangka adikku akan mengalami hal yang sama. Dan ini gara-gara pria berandalan itu! “Kau harus menjauhinya, Hills. Aku akan minta Juan mengirimmu kembali ke Bumi besok. Lagi pula tidak ada yang bisa kau lakukan juga di sini, kan? Bukankah hari wisudamu sudah dekat? Aku dan Juan akan berusaha hadir pada hari itu. Sepertinya kali ini Hillary tidak banyak membantah. Dia kembali duduk di tepi tempat tidur. Dan aku memeluknya, “Aku yakin ada pria di luar sana yang sedang menyimpan cinta sejatinya hanya untukmu, Hills. Aku akan mendapatkan pria yang sangat menyayangimu luar dalam… tidak seperti ber-Randall-an itu!” Kepalanya mengangguk di dadaku, “Iya Kak.” Aku membelai rambutnya yang tebal. Walaupun kami sering berselisih paham, aku sangat menyayangi adikku satu-satunya ini. “Apa kau membutuhkan sesuatu dariku, Hills?” “Seperti apa contohnya?” “Apa saja….” Matanya membulat bersinar terang, “Kak Ruby mau memberikan hadiah untuk hari wisudaku?” Aku mengedikkan kedua bahuku, “Mung—kin saja…,” kataku. “Kok tidak yakin begitu?” Aku tersenyum padanya, “Aku jarang memberimu hadiah. Kau mau apa?” “Mobil….” “Huh?” “Kak Ruby kan bertanya aku membutuhkan apa, kan? Aku membutuhkan mobil… mobil milikku sendiri. Yang bisa aku gunakan kapan saja aku mau.” “Mobil ya… baiklah aku akan bicarakan hal ini dengan Juan….” “Kak Juan pasti langsung mengabulkan permintaanku.” “Jangan besar kepala…,” kataku memperingatkannya. “Aku yakin seribu persen!” Aku menarik napas panjang. Setidaknya dia sudah tidak terlihat sedih lagi. “Tidak ada spesifikasi khusus untuk mobilnya kan?” “Ada dooong… tunggu….” Hillary mengambil ponselnya dan menggeser layar handphone-nya dengan jarinya. “Ini dia,” katanya sambil menunjukkan layarnya padaku. Gambar mobil Porsche 918 Spyder berwarna silver, dua tempat duduk dan dua pintu. Di bawahnya tertera harga untuk mobil tersebut adalah 9,8 Milyar! Aku menatapnya tidak percaya. “Kamu mau memerasku ya?” “Ya ampun Kak Ruby! Suami Kakak itu Raja lho… Raja! Harga segitu masih belum seberapa Kak.” Lihat adikku ini. Harga mobil hampir sepuluh milyar dibilang belum seberapa. Itu bisa untuk makan rakyat Cxarvbunza! “Lagi pula harga begitu mahal hanya bisa ditempati dua orang saja?! Tidak sebanding sama harganya Hills,” kataku. “Maksud Kak Ruby seharusnya aku memilih bis saja yang bisa menampung orang banyak, dengan harga segitu?” cibirnya. “Bukan itu… ah sudahlah… kita lihat saja apa Juan bersedia mengeluarkan uang segitu banyak hanya untuk sebuah mobil kecil yang akan diberikan untukmu?” “Kak Juan tidak akan punya pikiran sepertimu Kak. Aku yakin itu.” “Kamu lama-lama melunjak Hills.” Adikku itu malah nyengir kuda sambil mendorongku keluar kamar. “Terima kasih Kakakku sayang… sekarang aku mau istirahat dulu, oke?” Aku berdecih sambil keluar dari kamar. “Ingat! Jangan mau bertemu dengan Randall atau bicara lagi dengannya…,” kataku kembali mengingatkannya. Aku takut hatinya akan goyah kembali jika Randall ada di hadapannya. “Siap!” “Mobilmu batal kalau kau melanggar Hills!” Dia tersenyum lebar sambil menutup pintu kamarnya dan aku berdecak dalam hati. Saat ini Juan pasti sudah tahu apa yang menjadi keinginan adikku itu. Keyakinanku sebenarnya sama dengan Hillary, bahwa suamiku itu pasti akan langsung mengabulkan permintaannya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD