THE LEGEND 13

1214 Words
"Liu Chang ... sebenarnya kalian ini manusia macam apa? Kenapa kalian bisa mengubah sesuatu menjadi nyata? Bisa berjalan di atas air, bisa menciptakan petir dan semua kejadian di luar nalar yang tidak bisa dilakukan oleh orang biasa?" tanya Xiu Zuan sangat penasaran. "Kami hanyalah manusia biasa, yang mempunyai kelebihan supranatural, bisa juga dari gen keturunan dari leluhur kita," jelas pemuda itu. "Lalu, Xiumin? Dia tergolong mahkluk macam apa?" tanya Xiu Zuan lagi. "Xiumin," Liu Chang terdiam sejenak. "Dia manusia iblis setengah dewa, memiliki kemampuan segel yang tinggi, seperti menyegel Phoenix dan mengendalikan Black Reven," tuturnya. "Aku pernah melihat sosok Xiumin yang mengerikan.  Dia mempunyai dua sayap hitam dan bola mata yang memerah. Sangat menakutkan," Xiu Zuan bergidik ngeri membayangkan sosok pemuda yang paling ia benci itu. "Emm, di saat bulan purnama merah, Xiumin akan berubah menjadi sosok monster, bahkan dia sendiri tak bisa mengendalikannya," ucap Liu Chang datar. "Aku ingin membunuhnya, untuk membalaskan dendam kerabatku-Tao. Rasa dendam membara itulah yang membuatku bisa bertahan hingga saat ini," ujar Liu Chang dalam renungan. "Aku juga ingin membunuhnya, apa semua itu mustahil, Liu Chang?" tanya Xiu Zuan. "Entahlah, dia sangatlah kuat, hanya Minghau harapan kita satu-satunya,  dia sudah pasti ingin membunuh Xiumin, semenjak raja biadap itu dengan bringasnya menghabisi seluruh keturunan penyihir Zhi Zhu. Apa kau bisa merasakan bagaimana rasanya jika sukumu dihabisi dan hanya tinggal kau yang tersisa, Xiu Zuan?," Liu Chang menoleh ke arah Xiu Zuan. Wanita itu melipat kedua kakinya. Dan memeluknya. Ia memejamkan kedua mata.  Mengingat bayangan menyakitkan pembantaian semua sukunya, yang dilakukan Xiumin. Masih bgitu membekas di dalam hantinya. "Iya, aku bisa merasakanya ... sangat merasakannya," lirihnya. Bayangan tentang sosok Xiumin yang begitu kejam. Terus saja terngiang di otaknya,  ia benar-benar takut ... sangat takut,  terlebih sekarang Xiumin tak akan melepaskannya dan akan terus memburu dirinya. Xiu Zuan berbisik lemah. "Apakah salah jika aku ingin hidup bahagia, Dewa?" *** Siang dan malam Liu Chang dan Xiu Zuan berjalan menempuh jarak ribuan kilo jauhnya, untuk menemukan keberadaan Minghau. Perjalanan ini merupakan perjalanan paling menyengsarakan bagi wanita malang tersebut.  Dalam keadaan hamil besar,  mungkin orang biasa sudahlah ke guguran.  Tapi tidak untuk wanita- Xiu Zuan, karena ada Phoenix yang selalu menjaga calon bayi dalam kandungannya, dalam keadaan se-sengsara apapun. Xiu Zuan juga merasa jika Liu Chang sudah bagaikan kakak untuknya. Karena pemuda itu selalu siaga dan merawatnya dengan penuh kasih sayang bak saudara kandung. "Habiskan minumanya, Xiu! Agar demammu cepat turun." ucap Liu Chang, sabar. Ya! Xiu Zuan sudah tiga hari ini terserang deman. Walaupun ia sudah di jaga Phoenix. Namun fisiknya hanyalah manusia biasa yang bisa terserang sakit. Liu Chang mengatakan, mereka sudah hampir melewati hutan ke-2. Dan sebentar lagi akan segera sampai ke hutan ketiga di mana Minghau berada. Setidaknya itulah yang bisa dijelaskan Liu Chang pada Xiu Zuan. "Aku akan mencari tanaman obat, dan buah-buahan untukmu.  Beristirahatlah Xiu, aku akan measang segel sihir di sekitarmu, agar kau tak ada yang mengganggu." ujar Liu Chang, lalu beranjak pergi. Jungkook kembali menengadah menatap langit biru. Ia masih mengingat masa-masa yang begitu menyakitkan dan memilukan, selama dirinya berada di istana Zhang. "Ishhh ..." ringis Xiu Zuan. Merasakan ada pergerakan di dalam perutnya. DUG!! Dan Lagi-lagi pergerakan itu kembali ia rasakan. Telapak tangan kanan gemetarnya, berlahan memegang perut besarnya. Merasakan pergerakan lembut di dalamnya, yang samar-samar masih bisa ia rasakan. Ia tak tau sudah berapa bulan kehamilanya sekarang, yang pasti perutnya sudah sangatlah besar. Air mata berlahan membasahi pipi gembilnya. Haruskah ia bahagia? Karena ia tak sendirian lagi di dunia ini?. Haruskah ia benci? Karena semua ini adalah sebuah paksaan dari raja kejam yang sangat dibencinya?.  Pertanyaan membingungkan berkecamuk di dalam otak Xiu Zuan. Andai bisa memilih ia tak ingin di takdirkan hamil apalagi dengan manusia b***t macam Xiumin. "Aku sedang sakit ... apa kau juga merasakan di dalam sana?" tanyanya, pada sang calon bayi, sembari mengelus perut besarnya. Ketika ia kembali merasakan adanya pergerakan, sontak wanita itu termenung. Sungguh sangat kacau keadaanya saat ini. Di tempat lain, Xiumin tengah terlihat sedang memimpin kelompok kecil memasuki hutan, berlari melompat dari pohon ke pohon, bak seekor tupai. Sepasang mata tajam mereka fokus menatap ke depan. Hanya satu yang ada di dalam pikiran Xiumin, Xiu Zuan dan juga calon bayinya. Ia harus segera menemukanya sebelum hal buruk terjadi. Xiumin mengandalkan kekuatan Zhen, hanya dia pemuda yang bisa berkomunikasi dengan segala jenis hewan. Jadi bisa memudahkan usaha Xiumin untuk menemukan keberadaan Xiu Zuan dengan cepat. Mereka tetap mencari tanpa henti. Terlebih Xiumin mengetahui bahwa Xiu Zuan pergi bersama seorang seorang pemuda.  Yang entah siapa, ia pun tidak tahu. Membuat hatinya seketika kembali meradang. Siapa pemuda itu? Dari mana Xiu Zuan mengenal pemuda itu? Dan apa hubungan mereka? Pertanyaan-pertanyaan bodoh itu membuat Xiumin sangat kesal. "Xiumin ... tidakkah kita beristirahat sebentar saja?" tanya Zhen, dengan raut wajah lelahnya. Xiumin melirik ke arah Zhen, sejenak. Kemudian ke arah dua anggotanya lainnya, yakni Suho dan satu anggota wanita Xiaotan. Begitu terlihat lelah mereka bertiga, tergambar di raut wajahnya. Mau tak mau, Xiumin beristirahat sejenak. Lagi pula stamina yang buruk akan menghambat tujuan mereka nantinya. "Kita bermalam disini." ujar Xiumin. Xiaotan langsung menyandarkan tubuhnya di batang pohon besar. Suho pergi mencari hewan buruan untuk makan malam mereka bertiga . Sedang Xiumin duduk di samping Zhen, yang kini tengah bertanya pada seekor burung, yang bertengger di punggung tangan pemuda tersebut. "Apa arah kita sudah benar, Zhen?" "Ya ... mereka juga pernah bermalam di sini," ucap Zhen, yakin. Xiumin memejamkan kedua matanya, menelisik sekeliling,  mencoba mencium aroma tubuhnya yang pernah ia tinggalkan di diri Xiu Zuan. Namun semuanya telah lenyap cakranya tak lagi ia rasakan. Ingin rasanya ia menandai Xiu Zuan kembali agar ia bisa menjaganya. "Di mana kau, Xiu Zuan?" batinnya. *** Xiu Zuan sudah sembuh sepenuhnya dari demam yang menyerangnya beberapa hari yang lalu. Kini ia bersama Liu Chang kembali melanjutkan perjalananya. Sudah seharian penuh mereka menyusuri hutan,  dan sekarang sudah berada di penghujung hutan ke-2, memasuki hutan ke-3, di mana Minghau berada. Namun ada sedikit kendala,  karena hutan ini lebih luas dibandingkan hutan-hutan sebelumnya. Pohon-pohon menjulang tinggi ke langit,  bagaikan saling berebut cahaya matahari. Banyak hewan pengerat, dan mencari buah-buahan pun tak sulit di hutan ini. Entah mengapa hutan ini lebih kaya di banding dengan hutan-hutan sebelumnya. "Kita istirahat di sini!" ujar Zhen.  Ia meninggalkan Xiu Zuan di pinggir sungai, sedang ia sendiri pergi mencari kayu bakar. Jujur saja, Liu Chang sangat khawatir ketika Xiu Zuan sakit. Ia tak bisa membayangkan, andai dia ada di posisi wanita tersebut. Xiu Zuan adalah orang terhebat yang pernah ia temui selama ini. Xiu Zuan menata kayu bakar dan membersihkan ikan hasil tangkapan Liu Chang. Ia menatap Liu Chang sejenak, yang tiba-tiba melepaskan pakaiannya. Namun  wanita itu enggan untuk bertanya. Liu Chang duduk di tepi sungai, memandang pantulan bayanganya. Ia merenungi nasipnya terdahulu. Saat ia masih menjadi master. Dulunya ia adalah anak seorang bangsawan yang tidak terlalu kaya. Awalnya ia hidup di dalam tembok besar, tapi ia muak dengan peraturan yang ada di dalam istana. Menurutnya Xiumin terlalu egois, memaksakan semua kehendaknya tanpa memikirkan orang lain. Seperti ia memusnahkan semua kelompok suku Zhi Zhu, hanya karena dendam pribadinya. Hingga ia tega membunuh semua kelompok tersebut. Dan pada akhirnya, ia memutuskan untuk keluar dari istana, hidup bebas tanpa ada pengekangan. Kehidupan terdahulu terlalu pahit untuknya. Ia ingin bebas dan mengembangkan semua keahlian meramu obat dan sihirnya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD